Senin, 11 Februari 2008

Menulis: Menebar Benih (3)

Jika benih dari tulisan adalah ide dalam pikiran dan unek-unek dalam hati maka bagaimana dengan ladang atau tanah sebagai tempat untuk tumbuh. Ladang dari tulisan adalah kertas. Secarik kertas. Tidakselalu kertas mesti bagus. Bisa kertas kosong sisa yang jelas dapat dipakai untuk menulis. Sangat mungkin potongan-potongan kertas yang terkumpul berisi ribuan benih ide, gagasan.

Sekali lagi kertas merupakan ladang yang siap menerima tulisan ide. Apa pun bentuk kertas, kualitasnya tebarkan ide dalam kertas. Yakinkan dalam diri bahwa kertas siap menerima benih
ide apapun yang akan ditebarkan. Kertas tidak akan protes tentang benih apa yang ditebar tetapi kertas lebih senang karena merasa berguna bagi manusia.

Tanpa kertas manusia tidak dapat membungkus kado, mencatat alamat dan masih banyak lagi yang lain. Untuk itu siap sedia secarik kertas bahkan jika mungkin buku cacatan kecil sebagai ladang berkumpulnya benih-benih ide.

Ide perlu ditanam, ide tidak bisa dibiarkan berlalu jika ingin kecewa untuk itu. Tanam benih itu dalam kertas dalam bentuk tulisan. Tanpa ladang maka benih ide tidak akan pernah berbuah. Juga dengan ladang kertas tidak akan berguna jika tidak dipakai untuk menerima benih ide, gagasan.

Sekali lagi, tebarkan benih itu dalam kertas apa pun bentuk dan wujudnya, bisa agenda, notes atau secarik kertas. Tampaknya menebarkan “benih” dalam kertas merupakan hal sepele atau kecil tetapi apabila kita dengan setia menebar “benih” dalam kertas maka bersiap-siaplah mengalami hal-hal ajaib dari “benih” yang telah ditebar.

Bukankah benih sudah tersedia, saatnya menyiapkan ladang kertas untuk menanam benih. Barang siapa menebar benih, bersiaplah memetik buah. Yakinkan dalam diri bahwa menebar benih tidaklah sia-sia tetapi sebaliknya.Sungguh, camkan hal itu !

Gagal, Bukan Kriminal

GAGAL itu bodoh !. Gagal itu tidak layak hidup ! itulah lebel sosial yang diberikan masyarakat kepada orang yang gagal. Gagal dalam hal apa pun. Terlebih dijaman makin kompetitif, orang berusaha tidak mau gagal. Sehingga munculah budaya ngompas menurut Koentjaraningrat. Bahkan dikalangan tertentu gagal itu adalah kejahatan yang pantas dipidanakan lalu dipenjarakan. Karena memalukan. Karena mencemarkan nama baik.

Adakah hal positif yang didapat dari suatu kegagalan. Kegagalan sejatinya adalah tidak tercapainya suatu tujuan tertentu. Jika Anda memliki paradigma Gagal adalah Tindakan Kriminal, silahkan mencermahti hal-hal dibawah ini :


Tidak Menghentikan
Gagal merupakan satu fase dalam perjalanan mencapai tujuan. Komitmen dalam pencapian tujuan itulah yang dapat meneruskan perjalanan. Gagal di tengah perjalanan hendaknya tidak menghentikan komitmen. Memang ada seribu satu alasan pembenar untuk menghentikan perjalanan dari fase kegagalan. Namun alasan pembenar sebagai upaya menghentikan perjalanan itulah yang mesti dikikis. Bagaimana puh untuk ketujuan perlu biaya.

Biaya untuk Berhasil
Bagaimana cara mengikis seribu satu alasan pembenar mengehtikan perjalanan mencapai tujuan. Tanamkan dalam pikiran dan hati bahwa “untuk mencapai tujuan perlu biaya.” Biaya tidak hanya tersedianya sejumlah uang untuk memenuhi segala keperluan. Biaya dalam artian tidak terbatas adalah gagal. Jika mengalami kegagalan tanamkan dalam diri bahwa kegagalan itulah biaya mencapai tujuan. Pencapian tujuan perlu biaya. Gagal adalah salah satu biaya yang mesti dipersiapkan dan telah melakukan sesuatu.

Telah Melakukan
Selain membayar pencapaian tujuan dengan gagal, masih ada yang lain. Yaitu telah melakukan. Biaya “telah melakukan” ini perlu dicatat dengan baik. Mengapa ? Karena gagal merupakan satu bukti nyata bahwa perjalanan pencapaian tujuan telah berjalan, telah melangkah. Bukan hanya angan-angan, keingin saja tetapi telah berjalan. Gagal satu bukti telah melangkah. Kegagalan bukanlah langkah terakhir.

Bukan Akhir
Karena gagal merupakan satu fase maka gagal secara keseluruhan bukanlah akhir pencapaian tujuan. Namun, sayang tidak sedikit orang beranggapan bahwa gagal merupakan akhir segalanya. Padahal tidak demikian. Orang yang memiliki pandangan gagal merupakan akhir segalanya adalah orang paling egois. Hanya melihat dari sudut pandang dirinya sendiri tidak mau melihat dari sudut pandang yang lebih luas. Yang mesti dicermati ada musuh nomor satu.

Musuh Nomor Satu
Takut gagal merupakan musuh nomor satu, bahkan disebut bahaya laten. Takut. Ini satu kata yang paling keji. Karena dapat menghentikan kehendak, kemauan untuk pencapaian tujuan. Takut gagal. Perlu diupayakan dikikis sejak usia dini. Namun jika sejak dini sudah ditanam benih takut gagal maka perkembangan seseorang akan menghadapi kendala di masa mendatang. Yang perlu disadari ada cara lain.

Cara Baru Muncul
Sisi lain yang belum disadari dengan kegagalan adalah munculnya cara baru. Cara yang sebelumnya terpikirkan dengan menglami kegagalan maka orang akan menukan cara untuk mencapai tujuan. Ini sungguh hal yang menarik. Dari yang belum terpikir menjadi muncul pemikiran baru. Membiasakan bukan hanya hal positif tetapi kegagalan dalam artian positif juga perlu pembiasaan.

Membiasakan
Tanpa disadari, gagal juga menumbuhkan kebiasaan baru dari yang sebelumnya. Membiasakan gagal akhirnya membuat seseorang untuk berinovasi. Seperti iklan “inovasi tiada henti” . Tanpa kebiasaan, tanpa membiasakan diri maka orang tidak akan menemukan hal baru. Hal positif dari gagal yaitu jadi hebat.

Jadi Hebat
Apanya yang jadi hebat, gagal ko’ dibilang hebat ?! Kehebatan seseorang dilihat bukan karena tidak pernah gagal. Tetapi seberapa sering dia bangkit setiap mengalami kekegalan. Ini yang perlu dihargai. Karena jika gagal lalu berhenti maka itu hal yang biasa tidak ada hebatnya. Namun jika seseorang berani gagal lalu bangkit untuk memulai lagi perjalanan untuk mencapai tujuan itu yang hebat !! Sisi humanismenya adalah rendah hati.

Cara Rendah Hati
Tidak ada cara yang dapat merendahkan hati seseorang tanpa mengalami kegagalan. Kegagalan membuat seseorang untuk lebih berinbtrospeksi. Butuh berapa banyak kegagalan agarseseorang dapat merendahkan diri. Setiap orang memiliki ukuran yang berbeda untuk mencapai kerendahan hati. Tetapi momen yang paling tepat adalah kegagalan. Karena dengan mengalami kegagalanlah seseorang bisa merendahkan hati. Dan, setiap orang bisa.

Setiap Orang Bisa
Peristiwa gagal mencapai tujuan sejatinya bukan semata milik kelas sosial tertentu. Latar belakang pendidikan tertentu. Tetapi siapa pun, dan apapun latar belakang serta bagaimana pun keadaanya seseorang sangat mungkin mengalami kegagalan. Mulai yang kaya sampai yang paling miskin pernah gagal. Mulai rakyat biasa sampai yang punya jabatan tertinggi sekalipun pernah gagal. Jadi gagal adalah miliki setiap orang. Juga, gagal adalah guru yang paling kejam.

Guru yang Kejam
Ini yang paling mengerikan. Gagal adalah guru paling kejam. Tidak main-main memang. Gagal berarti hancur. Gagal berarti kalah. Gagal berarti…dipandang sebelah mata oleh orang lain. Mana ada orang yang mau melihat jika seseorang mengalami kegagalan. Sangat mungkin orang yang gagal mengalami stres berkepanjangan. Orang mengurung diri secara terus menerus. Gagal merupakan guru. Yaaa… kegagalan adalah guru menuju sukses.

Sisi Lain Sukses
Terima kasih gagal. Tanpa gagal tidak mungkin saya seperti sekarang. Tanpa saya mengalami kegagalan tidak mungkin saya sebahagian saat ini. Memang kegagalan adalah sisi lain dari kesuksesan. Keberhasilan. Kegagalan dan sukses selalu seiring sejalan. Secara nyata gagal dan sukses saling bermesraan. Dimana ingin sukses, gagal selalu menyertai di sisi lain. Untuk gagal kedua sakitnya berkurang.

Sakit Kedua berkurang
Karena kegagalan yang kedua tentu rasanya sudah berkurang. Bahkan menantang seseorang untuk terus dan terus mencari menemukan rasa tantangannya. Pencapaian tujuan dan gagal yang pertama jauh lebih sakit. Tetapi gagal yang kedua orang mulai terbiasa. Namun ini yang memacu seseorang untuk terus maju melangkah mencapai tujuan meski siap menerima kesakitan meski tidak terasa menyakitkan lagi. Ini jika dipelihara dapat menghalangi potensi berkembang.

Menghalangi Potensi
Seseorang yang takut sakit karena gagal sama juga menutup potensi diri. Gagal dapat menghentikan aliran energi yang terus mengalir dalam diri. Potensi diri terus mengalir tetapi karena takut gagal maka secara ekstrem potensi terhenti dengan cepat bahkan mendadak. Maka ini yang sebetulnya menjadi salah satu sumber penyakit yang berbahaya. Potensi yang tidak tersalur karena takut gagal atau gagal lalu berhenti sama juga menutup diri. Rasa khawatir perlu dikurangi agar menemukan arah lain.

Cari Arah Lain
Untuk mencapai tujuan sepanjang yang direncanakan hanya akan menemukan beberapa alternatif jalan. Dan itu yang menjadi konsentrasi melaui jalan-jalan yang sudah ditemukan dan direncanakan. Tetapi sejatinya jalan yang sudah direncanakan tersebut bukan satu-satunya. Sangat mungkin jalan yang direncanakan menemukan kegagalan. Saat menglamai kegagalan itulah akan ditemukan arah jalan lain yang tidak pernah diduga sebelumnya. Dan sangat mungkin jalan yang didapat saat gagal sangat menakjubkan. Tetapi ingat itu merupakan bahan utama.

Bahan Utama
Sepanjang sejarah manusia pencapaian tujuan selalu disertai kegagalan. Kegagalan inilah yang menjadi bahan utama dalam mencapai tujuan. Apa pun tujuan yang ingin diraih, menghadapi kegagalan selalu menjadi topik pembicaraan tersendiri. Apa yang menjadi penyebab kegagalan. Bagaimana cara mengatasinya. Apa yang perlu dilakukan. Jadi untuk mencapai tujuan siapakan diri dengan bahan utama yaitu kegagalan. Disini keberanian seseorang diuji.

Menguji Keberanian
Bahan utama itulash yang akan menguji keberanian mencapai tujuan. Kerbaranian menghadapi kegagalan menjadi hal yang serius disiapkan sungguh. Keberanian sejati bukan hanya berani melawan yang lebih lemah atau kuat. Tetapi keberanian sesungguhnya adalah berani menghadapi kegagalan. Dari sini pula siapa diri kita seungguhnya nampak.

Jati Diri
Karena dari keberanianmenghadapi kekegalan itulah akan diketahui siapa diri kita sesungguhnya. Bagaimana diri kita sejatinya. Kegagalan akan memebentuk watak, kepribadian, pola pikir yangsesungguhnya. Kalau kita berhenti karena gagal bahkan takut gagal maka jati diri perlu dilatih lagi. Membentuk watak dan kepribadian yang dapat dilatihkan adalah menghadapi kegagalan dalam pencaian tujuan. Tingkat kreatifitas seseorang akan nampak.

Kreatif
Identitas diri yang terbentuk dari keberanian menghadapi kegagalan secara tidak langusng memebuat seseorang lebih kreatif dibandingkan dengfan yang lain. Karena orang yang berani menghadapi kegagalan tentu memiliki segudang pengalaman yang tidak dimiliki oleh orang lain. Yangmungkin orang lain berjalan sesuai dengan logika-logika tertentu. Tetapi bagi orang yang pernah gagal tentu akan menemukan logika tersendiri yang mungkin tidak logis tetapi mengena. Karena akan dipersiapkan untuk menerima tanggungjawab lebih.

Siap Menerima Lebih Berat
Belum tercapai tujuan seperti yang diharapkan, maka diperlukan persispan yang lebih matang. Karena akan menerima tanggungjawab yang lebih berat. Yaitu mengawali perencanaan dan tindakan yang diperlukan. Namun tidak berhenti disitu. Karena perlu tindakan yang tidak sama dengan yang sebelumnya. Perlu pendekatan yang berbeda pula. Kalau pendekatan sama dengan sebelumnya maka jelas tidak sampai tujuan lagi. Inilah yang memerlukan kesiapan lebih berat. Kesempatan untuk memperbesar kapasitas.

Memperbesar Kapasitas
Karena memelukan pendekatan yang berbeda maka tidak ada hal yang perlu dilakukan selain memperbesar kapasitan energi. Memperbesar kapasitas energi perlu ditambah lebih besar lagi. Pertama, energi diperlukan untuk menetralisir rasa down. Bagaimana pun juga ini perlu energi. Kedua, energi untuk memulihkan rasa down. Ketiga energi diperlukan paling tidak untuk satu langkah ke depan, melihat peluang yang masih ada. Energi paling tidak diperlukan untuk ketiga hal di atas. Maka itulah pentingnya memperbesar kapasitas. Dalam hal yang paling tidak mengenakkan ada manfaatnya.

Mengambil Manfaat
Dari tidak tercapainya tujuan dari rencana semula, tentu ada manfaat yang dapat diambil. Untuk dapat menemukan manfaat dari tidak tercapainya tujuan adalah segerala untuk bangun, bangkit. Secepatnya bangkit untuk melangkah lagi. Tidak perlu berlama-lama larut dalam kepedihan, kekecewaan karena tidak tercapainya tujuan. Masih banyak hal positif yang dapat ditemukan. Jika mau, pasti memperoleh manfaat.

Pasti Memperoleh
Sekecil apa pun manfaat pasti akan memperoleh hal yang sangat menarik. Hal sepele dalam keadaan down tentu akan menambah energi yang luar biasa. Hal sepele yang ditemukan pasti akan menghasilkan hal yang luar biasa. Lebih sering hal sepele menghasilkan keluarbiasaan disaat down. Ide-ide cemerlang yang tidak terpikirkan sebelumnya akan muncul disaat-saat down. Pengakuan juga menjadi kunci.

Mengakui
Kedewasaan untuk menerima dan mengakui bahwa down ini sangat penting dan mendasar. Karena tanpa mengakui maka selamanya proses pencapaian tujuan tidak akan sampai. Yang ada dalam pikiran adalah penyebab tidak tercapainya adalah faktor luar bukan dari dalam. Mengakui keterbatasan sungguh menghasikan energi berlipat ganda. Mengkaui kelemahan akan mengdatangkan hal positif dalam proses menuju pencapaian tujuan. Pencapaian tanpa panduan akan tersesat.

Panduan Masa Depan
Perasaan kecewa, dari pengalaman di masa lalu yang menyakitkan tampaknya perlu segera di kurangi. Terlalu lama larut dalam rasa kecewa sungguh menguras energi yang masih diperlukan. Lebih baik menghambil pelajaran dari masa lalu dengan mengkombinasikan dengan pencapaian orientasi yang makin jelas tentu lebih bermanfaat. Pengalaman masa lalu sangat berguna sebagai panduan untuk melangkah di tahapan selanjutnya. Bukannya hal yang sia-sia tetapi justru dapat membantu mempercepat pencapaian tujuan. Dan sangat mungkin waktu yang diperlukan lebih singkat dari pada proses tanpa belajar dari penglaman yang menyakitkan. Mau belajar adalah jaminan untuk maju.

Jaminan
Bermodalkan pengalaman masa lalu, dengan memperispan dengan sungguh maka ada jaminan bahwa pencapaian tujuan segera tercapai. Tentu tidak mau karena hal sama menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan. Inilah yang menjadi jaminan. Kemajuan setahap demi setahap tentu menjadi jaminan semakin dekat jarak menuju tujuan. Tetesan keringat mampu mengharumkan.

Mengharumkan Kesuksesan
Pencapaian tujuan yang tanpa disertai perjuangan yang melelahkan itentu kurang berasa. Jika pencapaian tujuan seperti garis lurus. Namun berbeda jika pencapaian tujuan berpola garis yang carut marut. Tentu pencapaian sangat berkesan, ibarat bunga harum semerbak aromanya. Dan, itu memiliki kesan yang sangat mendalam bukan oleh diri sendiri. Tepai bagi orang lain. Fase kegagalan mengharumkan ketercapaian tujuan. Berpikirlah positif, ada cara!

Belum Menemukan Cara
Jika dalam matematika ada rumus untuk menyelesaikan soal. Demikian pula dalampencapian tujuan, tentu memiliki cara. Belum tercapaian suatu tujuan sangat mungkin penyebabnya adalah belum ditemukan cara yang “pas” untuk mencapai tujuan. Untuk menemukan cara yang “pas” tidak jatuh dari langit. Tetapi perlu mengalami berbagai macam fase. Dari berbagai fase itulah, cara yang “pas” dapat ditemukan. Gagal lebih kecil dari diri Anda dari kehidupan Anda.

Bagian Kecil
Hal lainmengapa tidak perlu terlalu larut dalam kesedihan karena tidak tercapainya tujuan. Fase tersebut adalah bagian kecil dalam seluruh rangkaian kehidupan. Fase tersebut merupakan salah satu bagian dari fase-fase yang masih perlu dilalui. Fase tersebut hendaknya tetap menyatukan seluruh rangkan yang utuh kehidupan. Terlalu besar pengorbanan yang didapat jika fase tidak tercapaian tujuan menghacurkan, bahkan meluluhlantakkan rangkaian utuh kehidupan. Sungguh fase tersebut terlalu kecil jika sampai menghanguskan kehidupan yang masih sangat panjang. Jadi ambilah saripati kegagalan.

Batu Loncatan
Lebih baik, fase tersebutdipakai sebagai batu loncatan untuk mencapai yang lebih tinggi bahkan lebih mulia dariyang sebelumnya. Penjelasan diatas sungguh dapat meningkatkan semangat untuk dipakai sebagai modal menekan yang lebih kuat agar lonacatan semakin tinggi. Sangat disayangkan jika fase tersebut sampai membuat diam bahkan jatuh tersungkur. Lebih baik dipakai sebagai pijakan, dipakai sebagai titik balik mengapai cita-cita.

Semakin jelas bahwa kegagalan tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan kriminal. Seperti pendapat filsuf Montaigne “Gagal bukan kejahatan.” Bahkan penulis mengucap terima kasih karena pernah gagal hingga bisa menuliskan ini. Terima kasih KEGAGALAN. Karena saya bisa lebih maju.

Senin, 04 Februari 2008

Menulis: Menebar Benih (2)

Saya memulai tulisan ini dengan satu kata “saya” tetapi seperti apa tulisan ini wujudnya saya belum tahu. Tetapi pikiran dan hati saya ingin menyampaikan suatu pesan sederhana melalui tulisan ini.

Menulis itu seperti petani menebar benih di ladang. Entah apa benihnya, bagaimana ladangnya(subur/atau tandus). Yang jelas menulis itu menebar benih ide, gagasan, unek-unek dalam hati dan atau pikiran. Itulah benih yang selalu ada bahkan tumbuh setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik bahkan tak terhitung.

Mengingat begitu cepat ide, gagasan bahkan unek-unek muncul. Jika “benih” muncul lebih sering “benih” itu dibiarkan begitu saja tergeletak. Tetapi suatu ketika “benih” yang sama tersebut muncul kemudian tanpa sadar, hati merasa kecewa dan pikiran berkata “mengapa muncul kembali”. Dan hilang lagi. Kemudian muncul lagi dan terulang beberapa kali.

Kemunculan “benih” yang sama dalam beberapa kali memunculkan pertanyaan besar dalam hati dan pikiran. Dibiarkan saja “benih” itu muncul atau harus bagaimana ? itulah pertanyaan-pertanyaan yang tidak terucapkan bahkan berusaha diredam dan tersimpan rapi dalam hati dan pikiran.

Mulailah dengan membiasakan :menuangkan atau membahasakan dengan kata-kata segala apa yang ada dalam hati dan pikiran. Itu semua benih tulisan. Dan sayang jika benih itu hanya hilang terbawa angin.

Ditebar saja atau ditulisakan saja seperti apa hati dan pikiran ingin katakan, atau apa yang hendak hati rasakan juga otak pikiran ini, ingin mengatakan apa kepada kita.


Ternyata tanpa sadar dengan memulai satu kata terciptalah satu karya tulisan seperti yang telah Anda baca. Mari mulailah menebar benih setiap saat dengan menulis !

Menulis dari A sampai Y (1)

Semakin banyak ditemui resep membuat makanan. Resep tersebut tidak hanya diri sendiri saja tetapi sangat berguna bagi orang lain yang ingin belajar membuat makanan. Dulunya sulit memasak dengan adanya resep maka dengan mudah orang belajar membuat makanan.

Demikian juga dengan menulis. Membuat tulisan juga ada resep. Agar orang lain juga dapat menulis maka resep menulis perlu dibagikan. Karena sebagian besar orang merasakan sulitnya membuat tulisan. Tetapi dengan membaca resep dan mencobanya, pikiran bahwa menulis itu sulit, terhapus. Selahkan membaca dan mencoba.

A da ide. Untuk memulai menulis yang mesti dipunyai adalah ide. Ide, sesuatu yang hendak ditulis. Itulah ide.

B uat tulisan. Ide yang sudah ada dalam pikiran tuangkan dalam tulisan semampunya.

C epat tulis. Ide itu mudah terbang bahkan hilang saat angin bertiup untuk secepatnya ambil tindakan menyelematkan ide

D iam. Menulis itu tidak bisa disertai pekerjaan lain. Artinya menulis perlu kondisi duduk. Sempatkan waktu untuk duduk sambil menulis.

E mosi. Emosi dalam hati bisa jadi menjadi bahan tulisan. Dari pada emosi dipendam dan disimpan akibatnya tidak baik. Untuk penyaluran positif saat hati emosi adalah menuangkan dalam tulisan.

F asilitas menulis. Hanya cukup dengan secarik kertas dan alat menulis. Entah itu kertas sobekan buku atau pembungkus bahkan yang lain prinsipnya tidak perlu mewah. Saat menulis bisa pakai pensil, spidol, bolpoint atau alat tulis lain.

G unakan kemampuan. Modal yang dimiliki adalah kemampuan menuangkan ide dalam tulisan. Meski dalam kondisi “sakit”, tidak bisa berjalan, tidak bisa menulis, tidak bisa melihat, selama pikiran masih berjalan dengan baik, maksimalkan kemampuan tersebut.

I ngat, menulis itu belajar. Bahwa menulis itu tidak ada kata final. Artinya menulis itu belajar-belajar terus menerus. Menulis itu tidak ada kata akhir. Belajar dan belajar terus.

J angan putus asa. Dalam menulis perlu disiapkan energi agar tidak putus asa. Karena menulis tidak langsung jadi sempurna. Meski sudah jadi tulisan, jangan putus asa untuk berhenti menulis. Dengan putus asa maka tulisan Anda dangkal. Dengan tidak putus asa maka karya tulisan Anda mengalir terus.

K ondisikan diri untuk menulis. Seperti anak hendak berangkat sekolah mesti mandi dulu. Demikian pula dalam menulis juga perlu mengkondisikan. Kondisi yang sangat mendukung membuat tulisan adalah hati dan pikiran fresh / segar. Ada greget dalam diri. Fresh bisa dikondisikan dengan cuci muka agar segar sebelum menulis. Greget bisa dikondisikan dengan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

L agu pengiring. Carilah jenis musik, lagu favorit Anda yang dipakai sebagai sarana untuk menyenangkan hati dan menenagkan pikiran. Dengan hati senang pikiran tenang maka Anda menulis terasa nyaman.

M aju peradabannya. Dengan menulis maka orang itu maju. Orang maju adalah orang yang membagikan pikiran kepada orang lain. Tetapi orang yang menyimpan pemikirannya maka orang itu mundur sekian langkah karena orang tersebut egois.

N ilai. Dengan membaca tulisan seseorang maka pembaca dapat mengetahui bahwa penulis mempunyai “nilai” (baca: pandangan) akan suatu hal. Dari tulisan itulah kita dapat memberi “nilai” terhadap tulisan. Karena menulis itu sulit maka orang yang bisa menulis, dia bernilai.

O bjek tulisan. Sering yang menjadi kendala dalam menulis adalah objek. Apa objek paling menarik dalam menulis. Objek paling menarik adalah saat Anda berdiri di suatu tempat dan Anda menyatu dalam situasi tersebut, itulah objek menarik tulisan. Objek bisa peristiwa, hal, keadaan, atau lainnya.

P egang erat. Jika Anda punyai keinginan untuk menulis segeralah memegangnya jangan sampai lepas. Karena menulis itu punyai dua tujuan, pertama koreksi bagi orang lain, lingkungan sekitar, kedua, koreksi bagi diri sendiri. Sehingga menulis juga sebagai sarana instropeksi diri. Itulah berharganya menulis.

R uas kata-kata yang tersusun. Tulisan itu adalah rangkatan dari huruf-huruf menjadi kata-kata. Kata terajut menjadi kalimat-kalimat. Kalimat menyatu menjadi paragraf. Paragraf terjalin utuh menjadi tulisan. Itu semua berasal dari penggalan-penggalan/ruas-ruas yang bersambung terus-menerus. Sehingga mulailah menyusun ruas paling kecil dari tulisan.

S elalu berdoa. Jangan pernah melupakan berdoa sebelum menulis. Tujuan berdoa sebelum menulis. Menenangkan hati dan pikiran. Mohon dibukakan hati dan pikiran. Mohon tuntunan saat membuat tulisan.

T anya kepada penulis lain. Bertanya tidak hanya dipahami dengan bertanya “bagaimana menulis yang baik ?” kepada penulis lain. Tetapi bertanya dalam artian luas juga membaca tulisan karya orang lain. Dengan sering membaca tulisan orang lain maka pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam pikiran secara tidak langsung terjawab. Untuk itu seringlah membaca karya orang lain.

U jian penulis. Ujian tidak hanya berlaku bagi orang dengan status pelajar atau mahasiswa. Tetapi ujian berlaku bagi penulis yaitu dengan mengirimkan naskah tulisan ke media cetak. Saat itulah ujian bagi penulis berlangsung. Semakin sering penulis mengirimkan naskah tulisan maka semakin sering penulis ikut ujian. Dengan semakin sering maka bersiaplah Anda lulus ujian penulisan.

V ital lho menulis. Mari membayangkan jika dalam sehari tidak tulisan yang Anda baca. Seperti apa dunia bahkan kehidupan ini. Dunia maju kehidupan berkembang karena tulisan. Jelaslah bahwa tulisan itu mempunyai peran penting. Sehingga jangan diremehkan menulis itu. Anda tahu sejarajh karena ada tulisan.

W ah nimatnya menulis. Nimatnya menulis ibarat orang bertemu teman lama yang sekian puluh tahun tidak bertemu. Anda merasakankenikmatan karena apa yang menjadi angan-angan, gambaran pada diri Anda dapat dituangkan dengan tepat, yaitu menulis. Cobalah Anda pasti merasakan nikmatnya menulis.

Y a bersiaplah menulis. Jika Anda sudah siap, segeralah menulis, jangan buang waktu, ada kesempataN gunakan menulis, bahkan sangat perlu meluangkan waktu untuk menulis.

Hanya dengan berbekal A sampai Y maka pikiran-pikiran dan ganjalan mengalami menulis dapat terpinggirkan dan terjawab. Ternyata menulis bukan hal sulit. Tetapi kesulitan menulis lebih dikarenakan lebih sering menyulitkan diri memulia membuat tulisan.

Setelah membaca resep menulis hati-dan pikiran Anda semakin terasa tergelitik segera menulis. Semoga