Kamis, 27 Maret 2008

Ujian-GCM18

Saat duduk di bangku sekolah, setiap orang pasti mengalami ujian. Tujuan ujian di bangku sekolah adalah menguji kemampuan menyerap pelajaran. Jika nilai ujian baik maka seseorang naik kelas.

Ujian dalam kehidupan pun sebetulnya tidak hanya terjadi di bangku sekolah saja, tetapi ujian juga berlaku selama kita menjalin relasi dengan Allah Bapa. Ujian pun diselenggarakan oleh Allah Bapa bagi kita semua. Tetapi apakah kita semua menangkap ujian yang diselenggarakan Allah Bapa.

Allah Bapa menyelenggarakan ujian-Nya tidak di bangku sekolah, tetapi di bangku kehidupan sehari-hari. Setiap saat, dalam segala hal. Ujian yang diselenggarakan-Nya pun sangat bervariatif. Setiap orang mengikuti ujian yang diadakan Allah Bapa, sangat bersifat pribadi. Setiap orang memiliki soal ujian yang tidak sama dengan orang lain. Tujuan ujian yang diselenggarakan Allah Bapa bukan hanya untuk naik kelas. Namun lebih dari itu.

Kami sekeluarga, dalam pertengahan minggu sampai akhir minggu bulan Nopember 2007. Mendapat ujian dari Allah Bapa. Ujian yang kami hadapi adalah tentang Ujian Ekonomi.

Pada awal bulan Nopember 2007 selain mendapat gaji kami juga mendapat berkat ekonomi dari berbagai sumber. Tetapi "aneh". Berkat ekonomi tersebut sudah menipis sampai pertengahan bulan. Dan, kami sekeluarga menjalani hari sampai akhir bulan Nopember 2007 tersebut dengan ekonomi yang sangat terbatas. Saya berserta istri, berusaha mengarahkan hati dan pikiran bahwa ini ujian bagi kita (saya dan istri).

Saat refleksi saya mendapatkan bahwa kondisi tersebut pernah kami alami beberapa waktu lalu. Syukur bahwa kami dapat melewati saat-saat sulit tersebut. Biasa kami dengan mudah membeli apa yang kami inginkan, mau (i). Beli makan, jajan, pakaian dan lain-lain. Sungguh kami dengan mudah memenuhi, tetapi lain saat sekarang.

Kami berusaha mengarahkan bahwa ini ujian bagi kita. Toh kita pernah mengalami sebelumnya dan kita dapat melalui dengan baik meskipun kita harus menekan kemauan dan keinginan kami.

Kami berusaha melewati waktu bukan lagi hitungan bulan atau minggu, tetapi hari. Satu hari saja bagaimana saya (kami) dapat menekan kemauan kami untuk tidak jajan pada hari ini. Biasanya saya dengan mudah mengeluarkan sejumlah uang, namun sekarang tidak bisa. Pertanyaannya, bukan apa yang mau dibeli? tetapi pakai apa mau beli...?!

Sungguh kami sekeluarga menikmati hari lepas hari dengan bersyukur bahwa kami sungguh diuji oleh Allah Bapa. Allah Bapa menyelenggarakan kehidupan kami sekeluarga dengan luar biasa. Allah sungguh-sungguh memampukan kami untuk melewati hari demi hari dengan bersyukur. Allah sendiri yang mencukupkan segala kebutuhan kami meskipun dalam keadaan ekonomi yang sangat terbatas.

Salah satu didikan Allah Bapa dalam ujian ini adalah melepaskan ketergantuangan saya dari handphone, karena pulsa sejak minggu pertama sudah habis. Saya dapat merasakan bagaimana lepas dari ketergantungan handphone. Selain itu kami dididik untuk tergantung kepada Allah Bapa dengan berdoa bersama keluarga setiap pagi sebelum berangkat atau meninggalkan rumah.

Allah Bapa terima kasih untuk ujian yang telah diselenggarakan bagi kami sekeluarga. Terima kasih. Terima kasih. Dan, terima kasih Bapa. Amin.


Minggu, 16 Maret 2008

M21H

Awal dari bacaan ini adalah huruf (A). Bumi dan segala isinya seperti saat ini melalui perjalanan. Proses penciptaan bumi dan pernaik-perniknya berlangsung enam hari dan hari ke tujuh Sang Pencipta istirahat. Sang Pencipta melakukannya satu hari, satu hari. Hari Pertama,… Hari kedua.. dan seterusnya.

Demikian pula membuat,mencipta karya tulis berawal dari satu. Apa saja SATU tersebut, silahkan membaca dibawah ini.

Satu Huruf

Novel Harry Potter yang katanya terdapat 900.000 kata, sesungguhnya, tidak demikian adanya. Kenyataannya adalah sangat lebih dari 900.000 HURUF. Hebat !!! Sungguh hebat !!! Apa yang bisa hanya J.K Rowling ??? Tidak ?

Kehebatan J.K. Rowling adalah menuliskan huruf demi huruf dalam kertas. Titik. Jadi siapa yang tidak biasa ?

Satu Kata

Bentuk komunikasi yang lasim digunakan adalah berkata-kata secara lisan. Tetapi yang membedakan dengan menulis adalah menulis itu mewujudnyatakan kata-kata dalam bentuk nyata ,bisa dilihat. Sehingga menulis merupakan dokumentasi,arsip dari kata-kata lisan. Juga wujudnyata yang ada di angan-angan, nide, gagasan

Satu Kalimat

Pada dasarnya kalimat itu penjabaran tentang hal,sesuatu, ide, gagasan dalam bentuk yang lebih nyata, riil,konkret dan bisa dilihat serta dibaca orang, yaitu menulis. Adanya kalimat dimaksudkan agar pembaca lebih mengerti dan memahami tentang sesuatu secara lebih mendalam, dan yang kedua, pesan penulis sampai kepada pembaca.

Satu Paragraf

Paragraf lebih menekankan kupasan yang lebih mendalam tentang suatu hal.

Satu Karya

Satu karya tulis hakekatnya adalah akumulasi dari unsur cipta, rasa dan karsa serta karya manusia. Karya tulis merupakan bukti tanggungjawab moral manusia atas keistimewaannya. Keistimewaan manusia, adalah memiliki akal budi. Selain itu, bukti bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan berbudaya.

Sampai saat ini jika mau dihitung sudah jutaan langkah yang telah Anda ayunkan. Ingat dari jutaan ayunan langkah berawal dari SATU langkah. Jadi MULAILAH MENULIS (dari) SATU HURUF. Itulah kepanjangan judul tulisan ini. Selamat mencoba !!

19.50.150106

Jumat, 14 Maret 2008

Menulis (Tidak) Sulit !

Otak manusia memiliki kemampuan menyimpan luar biasa. Entah suada ada berapa juta kosa kata yang ada di dalamnya sejak balita sampai usia kita saat ini. Dalam otak terakumulasi kata, peristiwa yang kita jumpai setiap saat. Kita melihat saja sudah masuk dalam memori otak kita, terkecuali kita istirahat tidur. Sadarkah kita bahwa itu modal besar untuk menulis ? Betulkah menulis itu sulit jika modal sudah kita punya ?

Proses Menulis
Tidak sedikit orang mengeluh, betapa sulitnya menulis. Hal yang perlu disadari bahwa modal menulis sudah ada sejak kita lahir hingga sekarang. Apa yang kita lihat, segala yang kita baca mulai buku sampai komik merupakan modal dasar untuk menulis.

Dipilah, dari sekian juta pengalaman,kosa kata sampai peristiwa perlu diklasifikasikan sesuai dengan kategorinya. Saat ini bisa jadi kota kata, peristiwa dan pengalaman posisinya tidak teratur dalam otak kita. Untuk itu kita perlu memilah-milah kosa kata sesuai bidang,minat dan kepentingannya. Kosa kata memang ada yang dapat dipakai secara umum tetapi tidak sedikit yang berlaku khusus. Memilah kosa kata pun tidak boleh diremehkan begitu saja bagi penulis. Kalau tidak tepat memilah maka akibatnya fatal. Dengan memilah-milah maka sangat membantu kita dalam menulis.

Dari memilah-milah berdasar bidang, minat dan kepentingan maka memudahkan kita saat menuliskan sebuah kata untuk menggambarkan sesuatu yang hendak kita tulis. Karena menulis merupakan usaha untuk menterjemakan suatu hal dalam bentuk kata-kata. Dalam menterjemahkan perlu ada kemampuan untuk memilih kata mana yang tepat. Dari sekian juta kosa kata tentunya harus kita pilih satu persatu. Pemilihan kata inilah yang sering dikeluhkan oleh para penulis. Karena dari pemilihan kata-kata itulah tulisan memiliki kekuatan.


Proses memilih kata perlu dilatih dari waktu ke waktu. Untuk satu kalimat saja perlu diuji ketepatannya, apakah sudah tepat kata-kata yang tersusun dalam kalimat tersebut ? Adakah yang perlu dihilangkan, diganti atau ditambah. Dalam ini sudah masuk proses merangkat kata demi kata. Satu kalimat merupakan rangkai dari kata-kata. Sedikit banyak peran hati, perasaan dalam memilih dan merangkai kata, perlu dilihatkan. Mengkai satu paragram saja, berarti diperlukan proses merangkai dari kata menjadi kalimat. Merangkai kalimat menjadi paragraf. Merangkai juga didalamnya kombinasi-kombinasi dari kosa kata. Kombinasi pun perlu juga melibatkan perasaan, dan hati. Perasaan dan hati inilah yang menimbang-nimbang kemudian otak yang menentukan pemakaian kata.


Baik kata, kalimat dan paragraf perlu ada korelasinya. Sehingga setiap kata dalam kalimat, kemudian kalimat dalam paragraf wajib ada nilai logis. Nilai logis inilah yang memberi kekuatan korelasi dari tiap-tiap unsur paragraf. Sangat mungkin korelasi hanya terjadi di awal tulisan, di tengah, atau di akhir. Jika terjadi maka dikatakan tulisan tersebut tidak berkorelasi atau tidak logis.

Tuntutan nilai korelasi satu hal dengan hal lain menjadi penting. Dikarenakan salah satu faktor nilai jual tulisan adalah logis. Sepanjang kita mampu membuat korelasi satu peristiwa dengan peristiwa lain ke dalam bahasa kata maka dapat diterima. Meskipun menurut orang lain tidak memiliki korelasi tetapi kita mampu membuat korelasinya dengan pemilihan dan merangkai kata-kata maka bisa diterima oleh pembaca.

Kendalanya inilah yang juga tidak kecil. Selama ini kita cenderung memisah-misahkan satu peristiwa dengan peristiwa. Kita sering menilai bahwa peristiwa tersebut berdiri sendiri. Padahal tidak ada satu peristiswa yang berdiri sendiri tanpa ada keterkaitan peristiwa lain. Mengkorelasikan kata, kalimat dan paragraf sudah masuk ranah analisis. Saling dependensi dalam membuat tulisan antar kata, antar kalimat, dan antar paragraf sangat kuat.

Penulis hebat memiliki kemampuan untuk menciptakan saling dependensinya kata dalam kalimat, kalimat dalam paragraf, paragraf dalam satu naskah tulisan. Kemampuan itulah yang kemudian disajikan kepada pembaca.

Penutup
Proses akumulasi kata ditingkatkan dengan cara membaca sebanyak-banyaknya. Proses memilah ditingkat melalui penajaman, minat, bidang dan kepentingan. Proses memilih kata perlu dilibatkan juga hati, perasaan yang kemudian otaklah yang menentukan. Proses merangkai dilatih hanya dengan cara menulis atau menuangkan pikiran ke bentuk tulisan dalam kertas. Dan proses mengkorelasikan antar kata dalam kalimat, kalimat dalam paragraf, dan paragraf ke dalam satu naskah diasah dengan cara menuliskannya sedikit demi sedikit. Dan kemudian disajikan kepada pembaca. Beres !

Pertanyaannya, dimanakah letak kesulitannya ? Jadi tidak heran jika begitu banyak orang mengklaim,menulis merupakan pekerjaan berat bukan sulit !

Selasa, 11 Maret 2008

Wujud Kebudayaan kelas XI IPS

Salah satu materi Sosiologi Kelas XI IPS adalah kebudayaan. Materi kebudayaan tampak belumlah lengkap jika guru hanya memberikan penjelasan tentang Kebudayaan. Terlebih definis kebudayaan dari para tokoh.

Materi Kebudayaan akan makin mengenai ke siswa-siswi dengan cara bagaimana mewujudkan kebudayaan itu sendiri. Masalahnya sekarang, bagaimana mewujudkan kebudayaan itu.

Untuk itulah siswa-siswi kelas XI IPS diajak untuk MEWUJUDKAN KEBUDAYAAN. Setiap siswa diajak untuk membuat karya, apa pun karya. Yang jelas karya sendiri, bukan orang lain.
Tahapan:
1. Setiap siswa diajaka untuk membuatkarya
2. Setiap karya merupakan karya pribadi
3. Lalu, mempresentasikan karya di depan kelas
4. Yang dipresentasikan.antara lain
a. ide
b. latar belakang
c. proses pembuatan
d. kendala selama proses
e. cara mengatasi kendala
5. Selamat berbudaya

Memulai Menulis Tanpa Judul

Ibarat depot, karya penulisan mesti ada nama (baca:judul). Namun proses penentuan judul dalam karya penulisan (artikel, puisi,esai, reportase, cerpen) sangat berbeda dengan menentukan nama depot.

Para pembaca tahunya bahwa karya penulisan sudah jadi siap dibaca sudah pasti “berjudul”. Namun bagaimana proses kreatif sang penulis, pembaca tidak ada yang tahu. Sampai saat ini Penulis belum menemukan teori yang menentukan menuliskan judul terlebih dahulu atau nanti.

Masalah tersebut muncul selama Penulis mendampingi penulis pemula kalangan sekolah menengah atas dalam membuat karya penulisan (Kukuh W., “Awal Menulis dari Ulangan Harian” MATABACA, Februari 2006, h. 39).Kondisi demikian jangan sampai membuat kemadekan dalam proses kreatif penulis pemula, maka perlu terobosan.

Judul
Judul menjadi titik penting dalam menulis. Dengan judul membantu penulis untuk memberikan fokus materi yang dituliskan. Fokus inilah yang membantu agar penulis tidak melenceng dari materi bahasan. Selain itu judul berfungsi sebagai rel dalam membuat karya penulis. Yang namanya rel maka judul menjadikan arah penulis menjadi jelas bagi pembaca. Memang dengan menuliskan judul terlebih dahulu sangat membantu bagi penulis yang sudah memiliki bahan material yang sudah tersimpan dengan baik dalam memory otak

Namun bagi penulis pemula, penulisan judul sejak awal merupakan bencana tersendiri.Mengapa ? Berdasarkan pengalaman Penulis mendampingi para penulis pemula khususnya pelajar sekolah menengah atas, menentukan judul menguras energi yang sangat banyak. Pikiran penulis pemula judul apa yang hendak ditulis itu merupakan kesulitan pertama yang sudah ada di depan mata. Dan otak sudah berputar cepat sementara tangan ini belum menulis satu kata pun. Akibat negatifnya orang (penulis pemula) sudah memutuskan enggan menulis.Alasannya sulit untuk memulainya. Sementara bahan materi sudah tersedia di dalam otak maka terhentilah proses penulisan.

Kesulitan lainnya adalah menentukan kata pertama yang hendak ditulis sesuai atau tidak dengan judul. Karena merasa tidak menemukan kata yang tepat untuk memulai muncullah masalah berikutnya. Masalah tersebut adalah rangkaian kata-kata tidakmunkin dapat tersalurkan dengan baik hal tersebut dikarenakan kata pembukanya saja tidak bisa. Jika sudah demikian mana mungkin tercipta karya penulisan. Ini bisa jadi menjadi penyumbat, penghambat orang memulai menulis. Meskipun kemampuan mengungkapkan secara verbal sangat baik bahkan bagus.


Judul kemudian
Beda halnya mencantumkan judul kemudian. Artinya penulis pemula menuangkan terlebih dahulu bahan materi yang sudah ada dalam otaknya. Analisis, deskripsi dituangkan terlebih dahulu. Memang kelemahan mendasarnya adalah penulis pemula bisa saja tulisannya bias. Penulisan bias terjadai karena tidak kontrol karena merasa keenakan dengan materi yang telah tersedia dalam otaknya.

Bahkan bisa jadi keluar dari materi yang sudah ditentukan sejak awal meski dalam angan-angan. Kondisi demikian bisa jadi menjadi positif karena sekaligus melihat, mengukur kemampuan dalam menulis. Seberapa luas wawasan penulis. Juga, berbagai macam sudut pandang dapat disampaikan saat itu. Toh pembaca berasumsi bahwa penulis masih memberikan deskripsi-deskripsinya kepada pembaca.

Hal ini dapat disikapi dengan keberanian penulis pemula untuk segera mengerucutkan olah pikir penulisannya. Tujuan segera mengecutkan yaitu agar pembaca segera menemukan arah penulis. Materi yang dapat disajikan dalam mengerucutkan karya penulis seperti, bagaimana sikap penulis, tataran normatif yang berlaku,bisa juga, pandangan penulis sendiri terhadap materi tersebut.

Jika model ini yang dipilih kecenderungannya mulai menulis dengan uraian isi terlebih dahulu kemudiaan penulis, pengantarnya menyusul. Secara umum ada tiga kerangka dasar dalam pengantar,isi, penutup. Bagian isi dan penutup sebetulnya materi dalam otak sudah tersedia dengan baik. Namun lebih terkendala dalam pengantar.

Pengantar
Bagian awal ini memang menentukan. Karena menjadi penentu karya tulis menarik dibaca atau tidak, dibaca sampai selesai atau tidak. Sehingga Penulis menyarakan bagi pelajar sekolah menenah atas atau penulis pemula membuat bagian pengantar menyusul. Yang penting bagian isi dan penutup sudah diselesaikan. Pertanyaannya bagaimana dan kapan membuat pengantarnya ?

Bagian pengatar memiliki fungsi mengantarkan untuk masuk ke bagian isi materi penulisan. Lalu hal yang dapat dijadikan pengatar dapat berupa fenomena, gejala-gejala, bahkan masalah-masalah yang memiliki korelasi denga isi karya penulisan. Bila perlu sebelum membuat kalimat pertama pengantar perlu menerung sebagai sarana mengendapkan otak untuk menemukan kalimat yang tepat sebagai pintu masuk dalam sebuah karya penulisan.

Hasil pengamantan dan pengalaman Penulis selama ini menunjukkan penulis pemula lebih “berani” memulai pada bagian isi dan penutup. Dengan pertimbangan orang lebih mudah memulai menulis pada bagian isi dan penutup lebih dahulu daripada bagian pengantar.

Penutup
Sebagai langkah awal bagi penulis pemula, membuat kerangka baik bagian pengantar, isi dan penutup. Kerangkan ini berisi uraian singkat dan global dari seluruh rangkaian. Daripada proses kreatif karya penulisan terhenti gara-gara judul lebih baik menulis terlebih dahulu tanpa judul. Namun tetap perlu diingat, kalau sudah membuat secara lengkap mulai pengantar sampai penutup, tetap menuliskan judul. Selamat berkarya !!

Selasa, 04 Maret 2008

Tugas Sosiologi Kelas XI IPS

Salah satu tugas untuk mata pelajaran Sosiologi kelas XI IPS adalah mengumpulkan istilah-istilah Sosiologi. Tugas tersebut diberikan kepada siswa-siswi yang nilainya belum mencapai ketentuan. Untuk itu silahkan mengirimkan tugas tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan. Dengan cara
1. klik komentar
2. Carilah kolom "Tinggalkan komentar Anda"
3. istilah dicopy-paste di kolom komentar
4. tulislah nama/kelas no. dibawah daftar istilah-istilah
5. publikasikan komentar Anda
6. selamat bekerja
7. terima kasih

Minggu, 02 Maret 2008

Pengalaman Pertama

Pada tanggal 25 Februari 2008, saya mengirimkan naskah buku pertama kalinya. Naskah tersebut saya kirimkan ke PT Gloria Grafa.

Naskah buku tersebut saya beri judul "Kata Mutiara (plus). Banyak pengalaman menarik dan berkesan yang boleh saya alami selama proses pembuatannya.

Sebelumnya, saya juga membuat naskah buku tentang cerita pengalaman hidup orang-orang yang mengalami TITIK BALIK. Buku tersebut berisi tentang cerita orang-orang yang mengalami perubahan setelah melewati proses panjang namun membutuhakan perjuangan.

Sebagai contoh, ada anak pembantu rumah tangga, yang menjadi pemain basket andalan di sekolahnya. Dia mendapatkan beasiswa karena permainan dalam bola basket. Ada juga seorang cacat kaki yang dapat membuat kaki palsu dengan bahan yang lebih baik tetapi harga lebih terjangkau.

Juga ada serombongan tuna netra yang melakukan perjalan ke Gunung Merapi. Yang tidak kalah menarik, seorang pencinta alam yang mengalami kecelakaan yang berakit kakinya patah. tetapi dengan penuh semangat di mulai belajar dari nol memanjat dinding. Perjuangan dan keteguhan hanya membuahkan hasil yaitu, hobi panjat dinding yang mampu menghidupi keluarganya.

Sayang, buku tersebut tidak bisa terbit. Karena memang buku tersebut kumpulan dari cerita di salah satu tabloid Surabaya. Saya konfirmasi tentang perijinan mengalami kesulitan. Jadi naskah tersebut menjadi milik pribadi saya.

Terima kasih untuk pengalaman berharga ini.

Menulis dengan Hati

Mulailah menulis dengan hati
Tuliskan apa yang hati hendak katakan
Jangan pernah menunda menuliskan ketika hati berkata
Jangan pernah sakit hati karena kita menunda menuliskan saat hati berkata
Mulai dan mulai
Hidup sehat dengan menulis

Untuk Jadi Penulis "Berawal dari SEDIKIT"

Banyak orang bercita-cita ingin seperti RI Soekarno presiden RI pertama, RA Kartini. Chairil Anwar, dan masih banyak lagi penulis besar lainnnya. Tetapi apa yang terjadi ketika calon penulis sudah ada di depan kertas kosong. Berhenti. Dan berhenti. Para calon penulis beranggapan untuk menjadi penulis besar harus bergelar Prof. Dr. dan masih perlu jabatan-jabatan dan kekuasaan. Mulai saat ini hilangkan pemikiran dan anggapan seperti itu.
Setelah membaca uraian dibawah ini para calon penulis mulai terbuka pikirannya bahwa untuk menjadi penulis besar ternyata butuhnya hanya SEDIKIT saja. Seperti dibawah ini

Sedikit kegelisahan. Ingat Presiden RI Ir. Soekarno menemukan Pancasila berangkat dari kegelisahan. Kegelisahan bukan diartikan tidak mempunyai uang, atau ditinggal pacar. Tetapi kegelisahan positif . Dalam hati terjadi pergolakan batin, mengapa sampai seperti itu ya… ? Koq sampai tega dia berbuat seperti itu ? Atau Kegelisahan pikiran seperti mestinya kan tidak sampai terjadi tetapi mengapa terjadi juga. Mencari-cari adanya perbedaan yang seharusnya dengan yang senyataanya. Mestinya korupsi itu dilarang tetapi mengap masih juga ada orang yang korupsi. Berusaha mencari-cari bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak beres. Sedikit ini sebagai bekal menulis tetapi jika melihat dan menilainya semua situasi wajar-wajar saja dan tidak ada persoalan serta masalah maka sulit memulai untuk menulis

Sedikit membaca. Bung Hatta mempunyai koleksi buku-buku dan pengalaman. Membaca tidak hanya dalam artian sempit yaitu membaca buku , sobekan surat kabar, majalah baik lama maupun baru semata tetapi dalam artian luas membaca itu juga mencermati gejala, fenomena dan pengalaman yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, jalan ini sekarang berlubang-lubang. Ternyata kendaraan dengan muatan berat juga lewat jalan ini. Jalan ini biasanya penerangan memadai tetapi mengapa menjadi gelap ? ternyata lampu penerangan jalan diganti dengan lampu hias. Biasanya kalau ada anak muda bergerombol di perempatan jalan biasanya akan terjadi sesuatu. Seperti beberapa waktu yang lalu ada segerombolan anak muda terjadi tawuran antar kampung. Jadi membaca juga, mencermati, memperhatikan dengan seksama, menyimak situasi yang sedang akan dan telah terjadi. Dengan sedikit membaca maka secara tidak sadar dan tidak langsung calon penulis menabung perbendaharan. Sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan untuk menulis sudah mempunyai perbendaharaan yang cukup. Tetapi jika hari ini hanya dilalui seperti air mengalir maka kena panas matahari air itu menguap terbawa angin entah kemana sehingga tidak mempunyai tabungan perbendaharan bahan untuk menulis.

Sedikit menulis. Leonardo Da Vinci menuangkan ide dalam coretan-coretan. Setiap orang dipastikan bisa menulis tetapi belum tentu semua orang mampu mengungkapkan dan mengaktualisasi serta menterjemahankan pikirannya ke dalam tulisan. Permasalahan yang sering terjadi adalah tidak korelasi yang tepat antara pikiran dan kemampuan menuangkan ke dalam tulisan. Dalam pikiran sudah ada konsep, ide, gagasan tetapi sulit memulai. Untuk itu bagi calon penulis, minimal mempunyai buku kecil atau buku harian. Tujuannya dengan buku itu , sarana terapi menyelaraskan pikiran, ide dan konsep ke dalam tulisan. Coba berlatih menuliskan apa saja yang ada dalam pikiran, hati dan perasaan yang ada, Tuliskan apa adanya. Kemudian cermati, bagaimana sesuai tidak tulisan dan pikiran dan kemauan anda. Jika belum latih terus agar pikiran dan tulisan anda selaras dan tepat. Jika terapi sedikit menulis dimulai sedikit demi sedikit maka anda mulai merasakan adanya keselarasan antara pikiran dan tulisan anda.

Sedikit keberanian. RA Kartini memberikan diri untuk menuangkan gagasan, harapan dan ide tentang kaum wanita ke dalam buku harian meskipun awal menulis juga ragu-ragu. Ragu-ragu memulai menulis merupakan virus yang perlu segera dicarikan obat pembasminya. Kalimat, kata, bahkan huruf apa yang harus ditulis terlebih dahulu itu sering menjadi penghambat untuk sebuah tulisan apa pun bentuk tulisan itu. Mulailah tulisan itu dengan sedikit sikap berani menuliskan pikiran, angan-angan. Jika tidak berani sampai besok anda akan sampai disitu terus. Kertas putih tetap akan putih meski ada dihadapan anda tiga puluh menit berlalu tanpa hasil. Tetapi jika anda memiliki sedikit keberanian apa pun huruf, apa pun kata, apa pun kalimat yang anda tuliskan maka dalam kurun waktu sekian detik anda tidak akan pernah bisa menghentikan tulisan dalam kertas bahkan anda merasakan kekurangan kertas. Untuk itu obat paling mujarap melawan keraguan untuk menulis adalah mulailah menulis bukan yang lain. Seribu langkah dimulai dari satu langkap, kata pepatah Cina.

Sedikit mencoba. Chairil Anwar memulai menulis puisi dengan mencoba-dan mencoba meski ada ketakutan. Takut. Ketakutan bukan hanya didominasi calon penulis. Tetapi para penulis besar juga mengalami masalahan yang sama yaitu takut. Tetapi yang membedakan bahwa para penulis selalu mencoba menulis, salah, coba, salah, coba. Sehingga dengan terus mencoba akhirnya jadilah seorang penulis besar. Sampai sekarang pun tetap mencoba. Sebab kalau tidak mencoba maka tidak bisa dilihat karyanya. Suatu karya secara teoritis bisa dinilai betul salahnya, sekali lagi menurut teori. Tetapi menulis itu lebih banyak dituntut kemauan untuk mencoba menulis, bukan tulisan itu betul atau salah. Penulis, pemikir besar karena kemauan untuk mencoba menuliskan ide, gagasan. Tidak ada penulis, pemikir besar tidak menuliskan gagasannya apa pun itu. Pasti memalui tulisan. Sehingga coba, sekali lagi cobalah menulis. Tidak ada cara yang paling tepat untuk menjadi penulis selain mencoba.

Para penulis, pemikir atau pemikir penulis besar saat ini dimulai dengan sedikit. Kebakaran hutan dimulai dari nyala api yang kecil. Kapal tanker diarahkan oleh sebuah setir yang kecil. Orang sukses karena mengumpulkan sedikit demi sedikit. Mari mulai menulis dengan modal sedikit-demi sedikit. Jangan pernah sepelekan yang sedikit itu.

Menulis Itu ...

Menulis itu …

Setiap orang bisa menulis terkecuali orang di pedalaman tetapi saat ini orang pedalaman pun diajar menulis. Karena menulis merupakan salah satu ukuran seseorang memiliki peradaban lebih tinggi.Ingat penemuan benda-benda purbakala. Ketika ditemukan benda-benda yang bertuliskan maka dikatakan bahwa pada jaman itu memiliki peradaban lebih maju.
Terlebih dijaman modern saat ini kemampuan menulis sangat diperhitungkan. Jika bisa menulis maka pernah sekolah jika tidak bisa menulis tidak pernah mengeyam bangku pendidikan. Tetapi yang lebih diperhatikan dalam “menulis” bukan sekedar menulis rangkaian a,b,c,d sampai z. Menulis disini diartikan sebagai kegiatan sederhana sarat makna, pesan. Artin menulis sulit “ditangkap” manakala hanya sebagai wacana bukan kegiatan atau aktivitas. Jika menulis sudah sampai tataran kegiatan, aktivitas bahkan hoby maka arti menulis dengan sendirinya bermakna dan bernilai daripada berwacana tentang menulis. Maka MENULIS itu ….

Memilih. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam menulis adalah memilih. Memilih dalam menulis seperti berada di mal. Ada banyak benda, barang yang tersedia mulai pakaian, sepatu, kaset, elektorik dll semua kebutuhan tersedia. Demikian juga dalam menulis ada ribuan kata yang tersimpan rapi dalam otak tetapi kata apa yang hendak dipilih. Proses memilih satu kata dalam menulis itulah awal untuk memilih kata-kata berikutnya. Itu yang menjadi perhatian. Karena proses memilih satu kata juga merupakan tahapan dalam menulis. Dalam otak pikiran dan ingatan terkumpul ribuan bahkan jutaan kata tetapi tentu tidak semuanya terpakai dan dapat digunakan. Satu kata terpilih, kemudian kata kedua berikutnya dipilih selajutnya kata ketiga dan seterusnya. Memilih kata demi kata itulah proses yang perlu dilalui, ditempuh dalam menulis. Tanpa proses memilih kata demi kata maka sulit dikata menulis entah namanya apa.

Merangkai. Kegiatan merangkai tidak hanya berlaku dalam seni merangkai bunga tetapi merangkai berlaku juga dalam kegiatan menulis. Dari jutaan kata yang tersedia, kegiatan menulis merupakan kegiatan merangkai kata dengan kata. Merangkai dalam menulis juga perlu memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku jadi tidak bisa semaunya sendiri merangkai kata dengan kata sesuka hatinya. Jika dalam merangkai bunga ada nilai keindahan tetapi dalam menulis ada nilai kebenaran merangkai kata. Ada kata benda, kata kerja, ada subjek, predikat, objek, dll. Merangkai kata-kata menjadi satu kalimat itu proses menarik dan menyenangkan dalam menulis.

Mengkombinasikan. Mengkombinasi warna atau baju lebih sering dilakukan manakala hendak menghadari acara pernikahan, pesta atau yang lainnya. Artinya bahwa bagaimana agar warna atau baju atas dengan bawahan bahkan aksesoris lain saling selaras, conect, tidak blank. Menulispun kegiatan yang lebih menuntut keselarasan bahkan menyelaraskan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Dengan saling meyelaraskan satu kalimat dengan kalimat lain maka terasa bahkan hubungan antar kalimat mengalir terus dalam satu paragraf. Jika satu kalimat terpisah dengan kalimat lain maka seni menyelaraskan kedua kalimat itulah yang membuat kalimat demi kalimat mengalir bagaikan air. Proses mengkombinasikan kalimat satu dengan kalimat lain menjadi paragraf.


Mengangkat. Hal satu ini terasa janggal tetapi termasuk dalam rangkaian proses menulis. Kata mengangkat arti secara sederhana aktivitas memindahkan benda yang posisi ada di bawah menjadi lebih tinggi dari posisi sebelumnya. Menulis juga aktivitas memindahkan tema yang semula berada di bawah bahkan tidak nampak menjadi tema yang nampak bahkan “dilirik” orang. Mengangkat tema itulah aktivitas yang menyatu dalam menulis. Tema bisa berupa ide, gagasan, pandangan bahkan komentar terhadap suatu hal bahkan peritiwa. Mengangkat tema membutuhkan tenaga atau kekuatan tetapi bukan dalam artian fisik melainkan kemampuan memberi makna terhadap suatu hal atau peristiwa. Itulah proses “mengangkat” dalam menulis. Menulis itu juga kegiatan untuk memaknai suatu hal atau peristiwa supaya “dilirik” orang yang tertuang dalam paragraf-paragraf.

Mengejawantahkan.Cermin adalah benda yang selalu ada di setiap rumah bahkan ruangan bisa-bisa setiap benda yang dapat memantulkan dipakai sebagai cermin, contohnya body mobil, kaca mobil, kaca jendela dll dengan tujuan sudah gantengkah ? atau sudah cantikkah ? Menulis juga cermin diri. Seperti “apakah aku ini ?”, “bagaimana saya ini ?” Dengan menulis akan nampak bagiamana diri ini sebetulnya. Karena menulis merupakan cerminan diri, apa yang tertulis merupakan ungkapan hati terhadap suatu realita (kenyataan) suatu hal atau peristiwa yang ditranformasikan ke pikiran dan pikiran yang mengejawantahkan ke dalam kata-kata yang pas. Ide terurai dalam tulisan, tulisan terpecah dalam paragraf-paragraf, paragraf diperas menjadi kalimat-kalimat. Kalimat disaring lagi dalam bentuk kata. Dan kata tersusun dari huruf. Semua itu perlu dikombinasikan agar terejawantahkan.

Jika antara hati, pikiran dan realitas tidak selaras berarti masih perlu waktu untuk menyelaraskan ketiga komponen tersebut. Jika ketiga komponen tidak selaras maka dapat dikatakan kesatuan yang utuh belum tercapai. Dengan demikian roda perjalanan hidup akan menemui kerikil, batu bahkan bongkahan. Demikian juga menulis merupakan proses mengejawantahkan hati, pikiran dan realitas dalam tulisan. Itulah menulis.