Selasa, 29 April 2008

Manusia Berguna

Saat duduk di bangku sekolah dasar, salah satu kegemaran teman-teman adalah mengisi buku diary. Buku itu berisi tentang nama, tempat tanggal lahir, alamat hoby dan cita-cita.

Sering saya menjumpai nama-nama teman-teman dengan berbagai macam cita-cita. Ada yang ingin jadi dokter. Pilot. Insiyur, dll.

Yang pali sulit saya tuliskan di buku diary tersebut adalah cita-cita. Saya mengisi dengan "apa." Saya kebingungan saat itu. Jado dokter-tidak.Pilot-tidak. Insiyur-juga tidak.

Akhirnya saya menuliskan "menjadi manusia yang berguna." Hal tersebut terjadi lebih kurang tahun 1978. Saya tidak tahau bagaimana dengan "menjadi manusia yang berguna."

Sekarang, saya menemukan kalimat yang sama. Kalimat tersebut berbunyi demikian,"Aku ingin menjadi manusia yang berguna!"

Kalimat tersebut saya temukan dalam buku Rahasia Kecil KEHIDUPAN (J. Donald Walter, cet.7,2008). Buku tersebut tentang "rahasia-rahasia" perhari sampai hari ke-31. Buku tersebut tanggal 30 Maret 2008.

Senin, 28 April 2008

Mencari untuk Menemukan

"...kita hanyalah mencari dan menemukan.." Itu kalimat yang saya dapatkan saat membaca buku Mutiara Kehidupan (Albertus Herwanta,O. Carm, Dioma,2003). kalimat yang sama saya tulis dalam buku harian. Kalimat tersebut saya tulis kala saya ada di Bekasi sekitar tahun 1997.

Saat itu saya pergi merantau ke rumah teman, Acil, namanya. Saya menginap di rumahnya daerah Margahayu. Tujuan saya ke sana adalah mencari pekerjaan. Bahkan saya mencari pekerjaan sampai di Kerawang.

Memang, hidup adalah mencari untuk menemukan. Kalimat itulah yang saya tuliskan dalam buku harian saya. Dan, sampai sekarang kalimat tersebut menjadi salah satu pedoman.

Apa yang kita kerjakan dalam perziarahan, kalau bukan mencari. Apa pun yang kita lakukan pada dasarnya adalah mencari. Mencari. Dan, terus mencari.

Yang menjadi catatan penting adalah bukan hanya sekedar mencari. Tetapi sungguh-sungguh mencari dengan tujuan. Tujuan dari pencarian tersebut adalah untuk menemukan. Menemukan adalah hal yang menjadi GOAL. Menemukan yang kita cari.

Setiap orang mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Namun hakekat dari penemuan tersebut adalah kebahagiaan.

Saya berbahagian karena kalimat tersebut yang sekian tahun lalu saya tulis, saya temukan kembali.

Air-GCM-121

Saat Anda dan saya dibabtis sebagai tanda murid Tuhan Yesus, air menjadi elemen penting. Pencurahan air ke dalam diri Anda dan saya merupakan simbol kebersatuan dengan Allah Bapa.

Saat haus, air menjadi elemen yang mendasar. Air menjadi pelega di tengah dahaga. Air menjadi penyejuk di tengah kekeringan.

Saat mencuci, air pun tetap menjadi hal penentu. Dikatakan mencuci jika ada air. Air tetap diperlukan.

Saat dehidrasi, pertanda tubuh Anda dan saya kekurangan air. Apa yang terjadi jika hidup tanpa air?

Sebaliknya, apa yang terjadi jika sehari-hari Anda dan saya terendam air. Air ada di mana. Bukan hanya di tengah jalan tetapi di dalam setiap ruang dalam rumah. Jangankan ketinggian air satu atau dua meter. Satu sampai lima sentimeter saja. Apa yang terjadi?

Inilah situasi yang kita lihat rasakan bahkan alami. Air ada dimana dengan gerakan yang menakutkan. Dengan ketinggian yang mengerikan. Air menggenangi kampung, desa bahkan kota, terlebih ibu kota.

Keadaan demikian mengingatkan saya dengan cerita air bah. Tahun 2004 kita “dipertontonkan film Tsunami”, tahun 2008 diputar “film air bah”. Firman tentang air bah dalam Alkitab sungguh-sungguh nyata saat ini.

Allah Bapa sungguh mewujudnyatakan firman-firman-Nya kepada kita semua. Allah Bapa sedang berkarya dalam acara “reality show” bagi kita semua yang makin hari makin jauh dari kehendak Bapa. Kekerasan terhadap sesama manusia makin menjadi-jadi. Perlakuan kita terhadap alam semakin semau gue sendiri. Tanpa mau menjadi alam pun juga milik Allah Bapa.

Bagi manusia air dianggap hal sepele tetapi bagi Allah Bapa, air dapat dipakai sebagai media berkarya Allah Bapa demi mengingatkan, menyadarkan kita semua. Allah Bapa mampu berkarya lewat hal sepele yang dianggap manusia.

Marilah kita mempersiapkan hati, pikiran dan iman Ilahi sebaik-baiknya bagi setiap karya Allah Bapa dalam kehidupan sehari-hari. Amin.

Makanan-GCM-120

Siapa orangnya yang tidak suka makan? Makan menjadi kebutuhan, tetapi sekarang, tidak. Makan menjadi lifestyle. Ditambah lagi, semakin banyak tayangan tentang makanan. Berbagai jenis makanan ditawarkan kepada masyarakat melalui berbagai macam acara. Makan.

Apa yang didapat dari makan setelah kenyang? Tidak ada. Lapar. Saya dan Anda dipengaruhi untuk mencoba makanan yang belum pernah ada. Kalau toh di tempat saya dan Anda tidak ada maka apa yang ada ingin dimakan. Dan, dimakan lagi.

Lapar. Lapar. Dan, lapar. itulah yang terus saya dan Anda rasakan. Saya pernah merasakan perut terasa lapar, dan lapar. Dan tidak ada habisnya. Tidak ada yang didapat. Sia-sia.

Mengapa saya dan Anda mencari makanan yang mengenyangkan sesaat? Makan yang membuat saya dan Anda terus terasa kenyang. Adakah "makanan yang mengenyangkan"?

Ada. Makanan yang mengenyangkan bisa didapat jika saya dan Anda sungguh-sungguh mau merasakan kenyang karena Firman Allah. Ini menjadi tantangan saya dan Anda pengikut Yesus Kristus.

Ketika masyarakat dunia menawarkan makanan yang kenyang sesaat Allah menawarkan "makanan yang mengenyangkan" secara Ilahi. Allah sunggung-sungguh akan mengenyangkan rasa lapar saya dan Anda. Allah bisa melakukan hal itu untuk saya dan Anda. Allah sungguh tidak mau saya dan Anda ikut arus makan makanan yang mengenyangkan sesaat.

Allah setiap saat memberikan makanan yang mengennyangkan saya dan Anda dalam berbagai bentuk dalam berbagai wujud sesuai dengann kondisi saya dan Anda. Allah bekerja dengan sangat personal. Sesuai dengan kondisi saya dan Anda. Cara Allah bekerja terhadap saya dan Anda pasti berbeda. Tetapi goal untuk saya dan Anda, sama. Kenyang Ilahi. Lebih jauh membahagiakan hidup dan kehidupan saya dan Anda serta jadi berkat bagi sesama.

Itulah yang Allah mau pada saya dan Anda. Allah mau memberikan makanan yang sunggung-sungguh mengenyangkan secara Ilahi. Bukan makanan yang ditawarkan di tayangan televisi.

Saya dan Anda makan "makanan Allah" dalam wujud firman Allah setiap hari. Satu ayat saja, setiap hari. Lalu rasa-rasakan. Buka hati dan pikiran, untuk memberikan ruang bagi Allah berkarya dalam diri melalui peristiwa, hal-hal yang saya dan Anda jumpai, alami. Karena firman Allah berasal dari Sang Makanan yaitu Allah sendiri.

Selasa, 08 April 2008

S/S-GCM-119

Sisa dan sisih hampir sama, sedikit beda bahkan tipis jedanya. Itu dalam kacamata harafiah. Namun dalam tinjauan Mata Iman sangat beda. Pijakannya sangat berbeda bahkan jauh. Hasilnya pun beda.

Saya-Anda makan kue. Lalu, apa yang masih ada itulah sisa. Yang namanya sisa, artinya orang lain nomor dua setelah diri saya dan Anda. Yang namanya orang lain nomor dua artinya saya dan Anda lebih didahulukan. Jika saya dan Anda mendahulukan diri sendiri maka namanya egois dalam tinjauan psikososial.

Itu dalam tataran manusiawi yang sama-sama penuh dosa. Jika dengan orang tua, namanya tidak sopan. Orang tua koq diberi sisa!

Apa yang terjadi dalam ranah relasi kita dengan Allah di surga? Allah Bapa kita beri sisa yang punya. Kita mementingkan diri sendiri. Kita lupa dengan Allah Bapa. Allah Bapa, kita nomor duakan. Kita lupa diri bahwa apa yang kita punyai, apa pun berasal dari Allah Bapa, bukan dari kita.

Lain halnya, dengan sisih. Sisihkan. Menyisihkan. Menyisihkan dimaknai, dari yang kita punya, kita terlebih dahulu mengambil untuk orang. Kemudian, apa yang masih ada untuk kita.

Pun demikian, kita saat berelasi dengan Allah. Apa yang kita punya lebih dahulu kita ambilkan untuk Allah Bapa. Lalu dari yang ada untuk kepentingan kita. Berarti kita mendahulukan Allah Bapa daripada diri sendiri.

Allah Bapa tentu sangat menghargai sikap yang kedua. Karena Allah Bapa tidak mau di nomor duakan. Allah Bapa sangat pencemburu.

Marilah kita menyisihkan bagi Allah bukan menyisakan untuk Allah.