Selasa, 04 Desember 2007

GCM-112-Tenggelam

Tenggelam



Lukas 18:35-43

Saat masih kecil tingkat sekolah dasar, saya bermain, salah satunya, di kali metro (sungai). Saya bisa berenang karena belajar di kali metro. Dan, saya pernah tenggelam.

Firman pagi ini mengisahkan pengemis buta duduk di pinggir jalan yang mendengar Yesus Sang Juru Selamat lewat. Itu terjadi di jaman Yesus.
Kondisi di atas masih relevan dengan situasi modern sat ini. Di pinggir jalan raya pengemis buta menjadi pemandangan sehari-hari.

Kisah firman Allah tentang pengemis buta tentu tidak tepat jika dikaitkan dengan kita yang ada di tempat ini. Mengingat masing-masing pribadi yang ada, bukan pengemis dan tidak buta. Ada hal menarik dari firman Allah jika dikorelasikan dengan dunia moderen adalah ada buta fisik dan buta Iman.
Buta Iman diartikan sebagai manusia beradab yang hidup dalam dunia moderen semakin sulit melihat Yesus Kristus Sang Juru Selamat. Kita makin terbutakan terhadap campur tangan Yesus Kristus Putra Allah. Kita masing-masing terlena oleh kehidupan moderen sehingga Iman kita buta terhadap penyelenggaraan Allah Bapa.

Yang membutakan Iman terhadap Yesus Kristus Sang Penyembuh salah satunya, rutinitas. Iman terhadap Yesus Kristus tergilas oleh rutinitas hidup setiap hari. Kita terlena oleh rutinitas pekerjaan, aktivitas dan hal-hal yang makin menyibukkan kita. Mestinya Iman yang mewarnai pekerjaan tapi yang terjadi sebaliknya. Rutinitas menenggelamkan Iman.

Pagi ini, kita jadikan titik balik. Bukan lagi rutinitas menggilas Iman tetapi Iman yang mewarnai setiap kesempatan, apa pun jabatan, status, dan peran sosial kita masing-masing.

Kesadaran terhadap keterbatasan kita, marilah kita merendahkan diri, membuka hati dan mengarahkan Iman kita terhadap Yesus Sang Penyembuh melalui peristiwa sehari-hari. Agar kita selalu menjadikan Iman mewarnai setiap apa pun yang kita pikirkan. Apapun yang kita bicarakan. Apapun yang kita lakukan.

Jadi.. bukankah kita ternyata pengemis buta hidup di jaman moderen terhadap Yesus Sang Penyembuh?

*) Disampaikan saat Renungan pagi 19 November 2007

Dimuat www.glorianet.org/kukuh/112

Tidak ada komentar: