Senin, 23 November 2009

Inspirasi (6)

Karakter baik
terbentuk dari pahatan hal-hal negatif dan
menguatkan hal positif
secara terus-menerus
dalam diri

Inspirasi (5)

Ibarat tanah liat siramilah kekerasan emosi dengan air ketenangan

Inspirasi (4)

Susunlah setiap saat dalam jiwa batu bata kesungguhan

Inspirasi (3)

Tanamankan dalam diri benih mental aktif

Inspirasi (2)

Bangunlah pribadi inspirasi bagi diri dan lingkungan sekitar

Inspirasi (1)

Jadilah pribadi aktif yang terlibat pencapaian kelulusan 100%

Minggu, 13 September 2009

Sekolah : Sumber Daya Mengkreatifkan

Hanya sekitar 30 persen kesempatan kerja yang tersedia terisi oleh tenaga kerja yang sesuai dengan pendidikannya. Karena itu, perlu sinkronisasi segera antara sistem kependudukan, pendidikan dan ketenagakerjaan (Kompas, 25 Maret 2009, h. 12). Apa yang diajarkan selama meraih ilmu pengetahuan di sekolah ?

Lalu, modal atau bekal apa yang diberikan sekolah saat membaca kalimat berita “Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada Februari 2008 tercatat 9,43 juta pengangguran atau sebanyak 8,46 persen dari total penduduk. Pengangguran di tingkat SD-SMP berjumlah 4,8 juta orang, sedangkan di jenjang SMA-universitas mencapai 4,5 juta orang (Kompas, 25 Maret 2009, h. 12).

Sekolah
Sekolah secara Sosiologis merupakan lembaga sosial. Yang terbentuk dari kumpulan nilai-nilai dan norma sosial. Sekolah sebagai lembaga sosial memiliki fungsi manifes dan fungsi laten (tersembunyi). Sekolah berfungsi manifes ketika sekolah melaksakan kurikulum-kurikulum seperti saat ini dengan kurikulum KTSP. Sedangkan fungsi laten (tersembunyi) adalah menanamkan kesadaran kebutuhan belajar selama hidup, mampu memecahkan permasalahan hidup dan memiliki kemampuan hidup mandiri. Sekolah mengemban dua tugas sekaligus dengan kesimbangan dan berjalan beriringan.

Sekolah berdasar tinjauan Sosiologis menjadi salah satu agen/media perubahan sosial. Sebagai agen/media perubahan sosial, sekolah merupakan sarana sebagai rekayasa sosial dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang belum paham menjadi paham, dari yang terampil menjadi lebih terampil. Dari yang berpengalaman menjadi lebih berpengalaman.

Sekolah secara Sosiologis merupakan salah satu saluran mobilitas sosial vertikal. Saluran mobilitas sosial vertikal dari tingkatan taman kanak meningkay sampai ke jenjang perguruan tinggi. Otomatis statusnya pun mengalami peningkatan dari pelajar sekolah dasar mengalami peningkatan sampai mahasiswa.

Dari tinjauan di atas maka sekolah merupakan media paling strategis untuk melakukan rekayasa sosial bagi sumber daya manusia. Mengingat sekolah memiliki komponen-komponen untuk melakukan rekayasa sosial. Terbukti, adanya kurikulum yang dipakai sebagai rel, ada jam pelajaran untuk mengarahkan sumberdaya manusia menjadi lebih meningkat. Juga ada guru sebagai ujung tombak rekaya sosial tersebut.

Komponen tersebut sebagai variabel untuk melaksanakan fungsi manifes. Namun fungsi laten yang menjadi bekal hidup setelah menyelesaikan proses belajar mengajar di sekolah mengalami kesulitan untuk bertahan hidup dan hidup di dalam masyarakat. Hal tersebut dikarekan fungsi laten sekolah terabaikan atau terpendam dalam lumpur pencapaian kurikulum.

Sekolah yang hanya melaksanakan fungsi manifes menjadi peserta didik seperti gelas kosong. Maka peserta didik wajib diisi sebanyak-banyak ketentuan-ketentuan kurikulum. Yang terjadi seperti saat ini peserta didik banyak yang mengalami kesulitan berat untuk bertahan hidup. Dengan bukti banyak pengangguran intelektual. Saat terjadi krisis seperti saat ini fungsi manifes tidak mampu memberikan bekal memadai bagi peserta didik untuk menyiasati persoalan selepas bangku belajar formal. Bahkan beradaptasi terhadap dinamika sosial yang begitu cepat dan menghempas siapa saja yang tidak mampu bertahan, dan menyikapi lalu mengambil keputusan dengan penuh resiko.

Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan dan mewujudkan fungsi laten, peserta didik diposisikan sebagai subyek dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dengan peserta didik menempati posisi subyek maka seluruh sumber daya yang ada dan dimiliki diapresiasi. Secara umum sumber daya yang dimiliki oleh peserta didik terdiri dari sumber daya spiritual, sumber daya emosional, sumber daya sosial dan sumber daya intelektual serta sumber daya motorik.

Namun sayangnya pengapresiasian selama ini terhadap peserta didik lebih ditekankan pada sumber daya intelektual. Sistem dan struktur sosial yang ada diarahkan pada pencapaian maksimal sumber daya intelektual. Struktur sosial sekolah yang diskriminatif seperti kelas akselerasi dan berbagai even olimpiade. Disadari atau tidak sistem dan struktur yang dibangun menjadi proyek mencusuar bahkan membangun menara gading.

Akibat yang bisa dilihat dengan kasat mata dari sistem dan struktur pendidikkan yang mercusuar dan menara gading adalah booming pengangguran intelektual. Selain itu, para intelektual muda yang lemah bahkan lembek terhadap perubahan sosial, dampaknya mudah putus asa bahkan tidak tahu mesti berbuat apa tehadap masalah yang ada dan mesti dihadapi.

Sungguh sangat disayangkan sumber daya peserta didik yang begitu besar dan melimpah banyak tidak tergarap secara memadai bahkan maksimal. Dari sisi ini tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sistem dan struktur pendidikan yang dibangun dan dikembangakn selama ini menjadikan sekolah ternyata menghasilkan manusia-manusia yang tidak mampu beradaptasi terhadap hidup dan kehidupan dirinya sendiri terlebih sosial.

Sumber Daya Mengkreatifkan
Permasalahan mendasar yang dihadapi dalam kehidupan dalam masyarakat oleh peserta didik adalah ketidakmampuan peserta didik untuk “mencair” terhadap lingkungan sekitar. Kondidi tersebut dapat diibaratkan seperti air dengan minyak. Air adalah masyarakat sedangkan minyak adalah para intelektual yang egois.

Para intelektual yang egois enggan untuk berinterseksi “bertemu” terhadap kondisi riil yang ada dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan, selama peserta didik menempuh pembelajaran formal hanya ditempatkan sebagai gelas saja tidak ditempat sebagai air yang mesti mampu menyesuaikan diri dimana diberada.

Segala sumber daya spiritual, sumber daya emosial dan sumber daya sosial terpagari bahkan disterilkan. Sumber-sumber tersebut oleh sistem dan struktur yang dibangun sengaja dihilangkan bahkan dimatikan. Sebaliknya yang dibangun adalah keseragaman, kedisiplinan semu namun mati. Ketaatan yang absolut. Hal tersebut sungguh sangat merugikan bagi kemajuan dab perkembangan sumber daya peserta didik.

Padahal kemampuan beradaptasi terhadap hidup dan kehiduapan mendapat kontribusi signifikan dari sumber daya spiritual, sumber daya emosial, dan sumber daya sosial serta serta sumber daya motorik. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apa kontribusi dari sumber-sumber tersebut ?

Sejatinya sumber-sumber tersebut menjadi manusia peserta didik menjadi manusia yang kreatif. Banyak pendapat ahli yang mendefinisikan ke-kreatifitasan seseorang peserta didik. (Julius Chandra: 1994, h. 15)

Seperti Dr. Myron S. Allen berpendapat “ kreativitas adalah perumusan-perumusan dari makna melalui sintesis” dalam buku Psychodynamic Synthesis. Dari uraian di atas secara sederhana peserta didik dapat diolah untuk kreatif dengan cara membuat makna mata pelajaran yang diperoleh dengan cara membuat sintesis (hubungan) dengan kehidupan secara umum atau kehidupan di sekolah. Apa manfaat mata pelajaran tersebut dalam kehidupan. Dan, manfaat tersebut baik jika sungguh dirasakan oleh peserta didik. Dengandemikian peserta didik mendapatkan makna khusus dari mata pelajaran tersebut. Pengolahan tersebut sudah mengajak peserta didik kreatif.

Ada juga pendapat: “kreativitas dirumuskan sebagai kemampuan untukk membuat kombinasi-kombinasi baru yang bernilai sosial” oleh John W. Haefele ada di buku Creativity And Innovation. Proses kreatif yang ditawarkan dari pendapat tersebut adalaha peserta didik diajak untuk membuat kolaborasi satu meta pelajaran dengan mata pelajaran lain. Bisa jadi tidak ada hubungan, tetapi jika peserta didik mampu menemukan kombinasinya maka peserta didik sudah termasuk “kreatif”.

Kombinasi mata pelajaran seperti Sosiologi dengan Biologi mungkin tidak ketemu kombinasi karena belum terbiasa. Mengingat selama ini terjadi pengkotakan mata pelajaran satu dengan lainnya. Namun, setelah ini maka peserta didik mendapatkan kombinasinya antara Sosiologi dengan Biologi. Contoh kombinasinya, jika seseorang mengalami gangguan pada organ tumbuhnya maka interaksi sosialnya juga mengalami sedikit gangguan. Atau juga Sosiologi dengan matematika atau mata pelajaran eksak lainnya. Jika ketemu kombinasinya maka peserta didik mulai memasuki dunia kreatif. Metode ini jauuh lebih melekat lama dan peserta didik mendapatkan pengalaman dan pengalaman ini menjadikan ilmu pengetahuan baru yang sebelumnya tidak pernah didapatkan.

Yang lain, terdapat di buku The Crisis of Creativity, “ kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan mana pun” dari George J. Seidel. Kreatifitas yang ini dapat dilatihkan saat mata pelajaran kepada peserta didik dengan cara mendorong peserta didik untuk membuat kalimat yang mengkaitkan antara dua benda yang berbeda. Cara ini dapat dilalui dengan beberapa tingkatan. Tingkatan pertama, dua benda yang memiliki kedekatan. Seperti buku dengan meja, peserta didik diajak untuk membuat kalimat untuk mengkaitkan keduanya. Kaitannya ada buku diatas meja. Tingkatan kedua, agak berjauhan, seperti buku dengan becak. Tentu peserta didik mulai berpikir berat. Tingkatan ini mulai mengajak peserta didik untuk dilatih “out of the box”. Bagi yang tidak terbiasa berpikir “out of the box” maka sulit dan lama. Kalimatnya bisa jadi, Ani membaca buku Sosiologi saat naik becak berangkat ke sekolah. Tingkatan ketiga, kaitan yang jauh. Seperti buku dengan gunung, sawah atau sungai. Inilah mulai mengarahkan peserta didik berpikir “out of the box.” Memang agak aneh tetapi itulah latihannya. Kalimatnya adalah agar tidak tersesat saat naik Gunung Bromo Rudi mesti membawa buku peta perjalanan ke Gunung Bromo.

Tujuannya jelas, pemecahan untuk masalah dalam hidup mampu menghubungkan satu fakta dengan fakta lain. Memang agak aneh, tetapi bukankah hidup sungguh aneh, maka perlu sejak dini mengajak pesetrta didik berpikir “out of the box” agar bisa dan mampu kreatif.

Memang ada kekhawatiran jika anak kreatif maka nanti akan disalah gunakan. Kreativitas bisa digunakan untuk yang negatif seperti pencurian, tetapi kreativitas juga ada positifnya. Dari sinilah ketika kreatifitas tertutup maka sulit menyelesaikan masalah tetapi jika kreatifitas terbuka dan diapresiasi secara baik maka efek negatifnya bisa diminimalisir.

Ada contoh kreativitas yang patut dibanggakan dan jadi contoh bagi pengelolaan sumber daya peserta didik. Kreativitas yang tidak ada kaitan dengan proses belajar mengajar selama di sekolah. Contoh ini sengaja diambil dari orang Indonesia agar dekat dengan kondisi peserta didik Indonesia. Bisa jadi jika contoh dari luar ada berbagai macam faktor pembedanya. Tetapi jika sama-sama orang Indonesia heterogenitasnya berkurang.

Contoh pertama, Tine, Melestarikan Budaya dengan Miniatur. Ide awal mendirikan usaha kerajinan muncul setelah dia melihat kemampuan kedua adinya, Dadang dan Ari yang suka dan pandai mengukit. Pendidikan yang ditempuh adalah D-1 Sekretaris. Penghargaan yang diperoleh adalah Rekor Muri untuk Gameral Terkecil tahun 2005. (Kompas, 30 Maret 2009, h. 16).

Contoh kedua, Sehari-hari Edy bergelut dengan kulit kacang. Kulit kacang itu dia masukkan ke dalam sebuah drum besar lalu dibakarnya selama sekitar dua jam. Agar cepat dingin, arang kulit kacang itu kemudian di jemur. Setelah dihancurkan hingga menyerupai tepung, adonan itu diaduk dengan lem kanji. Proses terakhir adalah mencetakkanya menjadi briket siap pakai. Pendidikannya STM (Kompas, 2 April 2009, h. 16).

Creative Intelligence
Selama ini ketika berbicara kecerdasan manusia maka ada beberapa kecerdasan yang muncul yaitu IQ, Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Spiritual dan kecerdasan Sosial. Saat ini ada tipe kecerdasan lain yaitu Kecerdasan Kreatif.

Kecerdasan Kreatif berbeda dengan apa yang secara normal dianggap sebagai Kecerdasan Umum. Kecerdasan Kreatif berfokus pada cara berpikir dan hasrat kita untuk mencapai sesuatu yang baru atau berbeda (Alan J. Rowe, 2005, h. 23).

Menurut Alan J. Rowe ada Empat Tipe Kecerdasan Kreatif. Pertama, Intuitif. Tipe ini berfokus pada hasil dan mengandalkan pengalaman pada masa lampau sebagai penuntun dalam melakukan berbagai tindakan. Sekolah merupakan media interseksi (titik temu) antara guru dan peserta didik. Masing-masing memiliki pengalaman keberhasilan-keberhasil yang diraih pada masa lampau. Keberhasilan-keberhasilan tersebut merupakan modal atau bekal yang dapat dipakai untuk mewujudkan Kecerdasan Kreatif.

Kecerdasan Kreatif tersebut jika diinterseksikan tentukan membuahkan hasil yang bagus. Seberapapun besar atau kecil keberhasil yang dicapai masa lalu tentu merupakan kekuatan. Hanya masalahnya keberhasilan-keberhasil tersebut lebih banyak dibiarkan begitu saja berlalu. Dianggap tidak berguna atau tidak memilki manfaat sehingga seolah-olah “tidak pernah berhasil.” Akibatnya muncul perasaan minder. Keberhasil-keberhasilan tersebut dapat ditumbuhkembangkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi peserta didik. Sedangkan bagi guru saat bertemu peserta didik yang beragam dapat memnculkan ide kreatif yang baru. Profesi guru merupakan profesi yang berpotensi memunculkan kreatifitas yang mengalir terus.

Tipe kedua, Inovatif. Tipe ini berkonsentrasi pada penyelesaian masalah, sistematis dan mengandalkan data. Baik guru maupun peserta didik setiap waktu mengahapi masalah. Jika peserta didik berhadapan dengan tugas/pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan maka bukan hal baru dengan masalah. Demikian pula bagi guru, selalu berhadapann dengan keanekaragaman masalah saat berhadapan dengan peserta didik maka guru pun selalu berusaha menyelesaikan masalah.

Pendekatan-pendekatan seperti apa yang dapat digunakan terhadap permsalahan peserta didik. Dan, guru merupakann profesi memiliki potensi besar untuk berinovasi. Sehingga guru dan peserta didik pun secara terus menerus melakukan inovasi-inovasi. Karena lebih tergilas oleh rutinitas maka inovasi-inovasi yang telah ditemukan diabaikan kurang direfleksikan. Jika ada waktu sesaat untuk merefleksikan inovasi-inovasi yang telah dilakukan maka sungguh menjadi kesadaran yang memiliki sumber daya untuk berkreasi sepanjang waktu.

Tipe ketiga, Imajinasi. Tipe ini memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan peluang, artistik, senang menulis, dan berpikir “di luar kotak.” Tipe ini saat ini mengalami kesulitan untuk berkembang. Karena lebih banyak tergantikan oleh sesuatu yang pasti. Karena imanjinasi lebih dianggap “merusak” pola pikir guru dan peserta didik. Padahal imajinasi sebetulnya mampu menghidupan prose sbelajar mengajar di sekolah. Sungguh merupakan kesulitan tersendiri saat guru mengajak peserta didik untuk mengajak berimajinasi. Contoh, imajinasi apa yang dapat diwujudkan selama menempuh pendidikan di sekolah? Pandangan ini dianggap dilayak bahkan tidak lazim dalam dunia pendidikan.

Imajinasi lebih dominan dianggap mengajak peserta didik berkhayal saja dan hal tersebut tifdak ada hubungan dengan pelajaran dan tidak ada manfaat karena membuang waktu saja. Daripada peserta didik diajak untuk berimajinasi lebih baik peserta didik disuruh menghafalkan materi pelajaran. Ini kendala paradigma dikalangan pelaku dunia pendidikan. Padahal dari imajinasi itulah suatu yang baru atau aneh terwujud. Jika ada peserta didik memiliki imajinasi lebih banyak “dimatikan.” Jika ada peserta didik mempunyai buah pikir yang “keluar dari kotak” maka lebih banyak ditertawakan karena tidak lazim. Padahal pemikiran tersebut sangat jernih, murni bahkan cemerlang. Hanya karena penyampaian kurang tepat maka segera diabaikan.

Tipe keempat, Inspirasional. Tipe ini lebih berfokus pada perubahan sosial dan rela berkorban demi mencapai tujuannya tersebut. Ini juga hambatan yang alami dalam mengajak peserta didik untuk berkreasi. Karena inspirasi peserta didik tumpul. Tumpulnya karean daya imajinasi peserta didik sejak sekolah dasar sampai pendidikan tinggi “dimandulkan” oleh pola pikir linear.

Pola pikir peserta didik lebih banyak disalurkan pada pikiran yang faktual semata. Namun tidak diajak berpikiran “bagaimana” yang faktual itu terjadi. Pola pikir “apa” itulah yang mendominasi otak, benak peserta didik. Pola pikir apa yang sekian lama dan terus ditanamkan dala pola pikir peserta didik sungguh tidak memiliki manfaat saat berhadapan keanekaragaman yang seolah tidak ada korelasinya. Padahal jika peserta didik dilatihkan berpiki “bagaimana” maka peserta didik mampu menemukan hal baru dari keanekaragaman fakta.

Hidup dari IQ
Memang masih terjadi perbedaan pendapat yang sangat tajam dikalangan pendidik di sekolah korelasi antara IQ tinggi dengan kreatifitas bahkan kecerdasan kreatif. Tetapi semoga dengan penelitian Jacob Getzel perbedaan tersebut mampu didekatkan. Penelitian yang dilaksanakan menyimpulkan, bahwa tes IQ saja tidak dapat memprediksikan orang-orang yang kreatif secara akurat. Apa yang dia temukan adalah bahwa siswa-siswa yang kreatif berfokus pada upaya menemukan permasalahan yang tepat dan bukan sekedar jawaban yang tepat. Ditambahkan pula pendapat Robert Sternberg dari Yale University, yang terkenal di bidang kreativitas, bahwa peranan IQ dalam kehidupan secara umum lebih kecil dibandingkan kepribadian, motivasi, pengalaman, faktor sosial dan ekonomi.

Yang sangat disayangkan peran sekolah bukan lagi menyimbangkan keseluruh potensi peserta didik tetapi menjadi tempat “melegalkan” tingkat IQ peserta didik. Sejarah peradaban manusia membuktikan penemuan-penemuan yang memiliki fungsi sosial bagi kehidupan manusia dilahirkan bukan hanya inividu yang IQ tinggi semata tetapi lebih didominasi oleh pola pikir kreatif. Mestinya sekolah-sekolah mampu melahirkan gabungan manusia pintar yang dilengkapi daya kreatif tinggi.

Hasil belajar di sekolah mestinya melahirkan peserta didik yang resposif terhadap tantangan hidup yang makin berat. Sehingga ilmu yang didapatkan di sekolah mampu memberikan jawaban yang kontekstual sesuai dengan tingkatannya. Bukannya peserta didik yang menambahi tantangan sosial. Hal tersebut dapat terwujudkan jika peserta didik diarah untuk berpikir bagaimana menerapkan ilmu yang didapat secara kontekstual. Spirit inilah yang perlu segera ditanamkan kepada pesserta didik. Inilah salah satu manfaat kecerdasan kreatif dalam hubungannya dengan dunia pendidikan.

Berdasarkan realita sosial, orang yang berlabel “berpendidikan” diukur dari tinggi rendahnya IQ, atau juga jenjang pendidikan yang telah ditempuh, atau prestasi akademik yang diraihnya. Padahal ukuran tersebut tidaklah tepat. Socrates seorang filsof terkenal menyatakan orang dikatakan berpendidikan sebagai orang yang mampu menguasai berbagai keadaan dari hari ke hari dan mampu memberikan penilaian untuk bisa dengan tepat menangani berbagai permasalahan. Maka jika ada seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan di bangku sekolah lalu mampu membuat lapangan kerja baru setelah PHK itulah berpendidikan. Itulah contoh dekat dari pernyataan Socrates.

Penutup
Jadi sekolah mestinya melahirkan kaum berpendidikan yang mampu beradaptasi terhadap dinamika sosial bukannya hanya membekali peserta didik dengan tingginya nilai raport atau IPK. Sekolah merupakan kumpulan sumber daya (guru dan peserta didik) yang masing-masing memiliki potensi kreatif yang besar.

Di masa depan tantangan makin berat baik bagi guru maupun peserta didik, sekolah sebagai agen/media perubahan sosial memiliki kontribusi besar dalam mempersiapkan peserta didik menghadapi dan menyelesaikan tantangan jaman. Menanamkan spirit bagi peserta didik untuk terus belajar menimba ilmu, mampu menyelesaikan masalah dan hidup mandiri sungguh-sungguh perlu diupayakan ditengah tuntutan fungsi manifes sekolah. Usaha ini mampu menjadi nilai lebih bagi sekolah yang bersangkutan. Karena sekolah tidak hanya membekali peserta didik dengan belajar untuk nilai tetapi juga demi belajar hidup.

Masyarakat makin sadar bahwa menyekolahkan anak tidak cukup hanya pintar tetapi mampu hidup ditengah dinamika jaman yang tidak menentu. Maka bagi sekolah-sekolah yang tetap mempertahankan kehidupan, pola masa lalu, bahkan romantisme belaka sehingga enggan beradaptasi dengan jaman maka tidak akan memiliki masa depan.

Pola pembelajaran yang lebih menekankan mendengar maka mudah sekali peserta didik lupakan atau mungkin mudah diingat dengan yang dilihat. Namun akan tersimpan lama saat peserta didik mampu menemukan selama proses belajar mengajar di sekolah. Untuk dapat menemukan maka kreativitaslah salurannya.

Bagi sekolah “jika tidak terlibat aktif dalam merencanakan masa depan dan hidup peserta didik maka masyarakatlah yang akan merencanakan sekolahmu.”

Jum'at Agung, 23.55, 11 April 2009

Penulis
Engelbertus K. Widyatmoko
Guru Sosiologi
SMAK Santa Maria
Jalan Raya Langsep 41
Malang

Bacaan pendukung
1.Kreativitas (Bagaimana Menanam, Membangun dan Mengembangkan), Julius Chandra, Kanisius, 1994.
2.Creative Intelligence (Membangkitkan Potensi Inovasi dalam Diri dan Organiasi Anda), Alan J. Rowe, Kaifa, 2005.
3.(Kompas, 30 Maret 2009, h. 16).
4.(Kompas, 2 April 2009, h. 16).

Label Sekolah (tidak) Menjawab Masalah ?

Saat ini bermunculan sekolah dengan aneka nama atau label. Mulai dari Sekolah Mandiri, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Harapan pendirian sekolah dengan label mampu menjawab masalah setelah peserta didik lulus sekolah.

Pendidikan

Sekolah merupakan lembaga pendidikan. Ada banyak definisi pendidikan. Dari sekian banyak definisi, ada definisi pendidikan mampu menjawab masalah setelah lulus sekolah. Tokoh pendidikan Jean Piaget berpendapat, pendidikan merupakan penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut.


Dari definisi tersebut jelas bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah jembatan bagi individu sebelum terjun ke masyarakat. Dalam pendidikan individu dengan segala potensinya diolah agar memiliki bekal diri saat masuk dalam masyarakat. Dan, peran guru adalah sebagai pendorong.


Berbicara peran guru bagi peserta didik selama menempuh pendidikan dapat dianalogikan seperti induk ayam yang hendak menetaskan telurnya. Induk ayam mengerami telur. Induk ayam bertugas menciptakan kondisi (temperatur) ideal agar telur dapat menetas dengan bagus. Temperatur yang ideal, tidak boleh terlalu tinggi atau panas, dan juga tidak boleh terlalu rendah atau dingin.


Maka telur dapat menetas dengan bagus jika temperatur ideal tercipta. Peran guru dalam sekolah (kelas) menciptakan temperatur ideal bagi anak. Guru tidak boleh terlalu kaku sehingga peserta didik takut untuk berekspresi dan beraktualisasi diri. Namun, jika guru terlalu “lembek” maka anak semaunya sendiri, bahkan melawan guru.


Guru perlu berperan menjaga temperatur. Maka penciptaan temperatur ideal perlu dijaga dengan dinamis. Guru bukan pada wilayah menentukan “nantinya anak”. Tetapi guru menciptakan iklim motivasi bagi peserta didik. Pengalaman-pengalaman negatif anak perlu diaktualisasikan dengan kemampuan lebih dalam diri. Pengalaman positif anak diolah agar tidak menjadi sombong tetapi dipkai sebagai pemicu untuk terus berkarya dengan segala potensi.



Belajar

Penciptaan temperatur ideal tersebut berkait erat dengan belajar. Dalam hal belajar, ada dua proses yang terjadi dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak menurut Jean Pieaget. Pertama, proses asimilasi, dalam proses ini menyesuaikan atau mencocokan informasi yang baru itu dengan apa yang telah in ketahui dengan mengubahknya bila perlu. Kedua, akomodasi, anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik.


Selama proses belajar peserta didik hanya diajar untuk menghafal materi pelajaran. Peserta didik diajarkan bagaimana menyimpan sebanyak-banyak informasi dalam pikiran. Padahal, daya tampung otak kiri peserta didik sangat terbatas selain itu daya lekatnya lemah, dan sementara. Maka peserta didik hanya hafal dan mampu menyelesaikan masalah atau soal saat ujian. Setelah ujian lupa bahkan hilang sama sekali.


Sekolah dengan sistem pembelajaran demikian membentuk anak hanya pandai menghafal bukan pandai berpikir. Cerdas menggunakan berbagai informasi dalam otak. Peserta didik lemah dalam mengakomodasi bagi kebutuhan hidup. Peserta didik mengalami kesulitan dalam mengasimilasikan berbagai pengetahuan selama belajar di sekolah.



Perluasan

Sebetulnya dengan sekolah yang telah ada peserta didik dapat menjawab permasalah. Dengan kesadaran bahwa belajar tidak cukup hanya menghafal tetapi perlu menggali untuk menemukan. Lalu, belajar menghasilkan sesuatu berkaitan dengan ilmu dan kehidupan. Terus dibagikan kepada teman, guru, sekolah dan publik. Hal tersebut mampu mempersiapkan peserta didik untuk menjawab masalah riil, bukan hanya menjawab soal-soal tes.


Perubahan sosial terus membutuhkan penyikapan. Anak mampu menyikapi perubahan sosial hanya dengan pembelajaran dengan fokus penyelesaian masalah. Untuk pembelajaran perlu mengalami perluasan, salah satu perluasannya adalah pembelajaran bermakna.


Menurut Robert Bala (Kompas, 12 Juni 2009) pembelajaran tidak berhenti pada aspek pengetahuan (to know), dan keahlian ( to be able) tetapi merambah daya eksplorasi (to study) dan harapan (to hope). Dua hal terakhir ini sungguh perlu segera didorong pada semua tingkatan, mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.


Demikian pula, peserta didik sebagai individu terikat erat dengan interaksi sosial, maka individu perlu memiliki ketrampilan sosial. Perluasan kognitif, afektif dan psikomotor yang selama ini menjadi patokan perlu diarahkan menjadi sosio-kognitif, sosio-afketif dan sosio-psikomotor.


Artinya ketiga komponen dalam individu perlu diinteraksikan bagi lingkungan sekitar dimana pun individu berada. Bukan hanya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dipakai dan dimiliki secara indivu. Yang lebih memprihatinkan dipakai untuk kepentingan material semata. Itulah yang terjadi saat ini.




Sosio Adaptif

Tantangan ke depan bagi dunia pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik mampu beradaptasi dengan dinamika sosial suatu masyarakat berdasar kesejatian dirinya. Upaya persipannya dengan menerapkan ketrampilan sosial dalam setiap mata pelajaran dan di tiap jenjang pendidikan.


Ketrampilan sosial diawali dengan diterapkannya sosio-kognitif, sosio-afektif dan sosio-psikomotor. Ini mendorong peserta didik untuk selalu berinteraksi dalam setiap kesempatan untuk berbagai macam kondisi. Penerapan tersebut menanamkan dalam diri peserta didik sosio-adaptif.


Sosio-adaptif membentuk karakter peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan sehingga dapat menentukan sikap yang tepat. Selain itu juga berdampak pada kematangan jiwa dan kesehatan mental. Bukan hanya asal menolak terhadap setiap perubahan sosial.


Penutup

Tantangan ke depan peserta didik perlu didorong agar mampu bersikap secara tepat terhadap perubahan sosial. Untuk itu peserta didik sejak dini diproses melalui perluasan pembelajaran bukan pada label sekolah. Harapannya, dengan beragam label sekolah (diikuti biaya makin sulit terjangkau) menghasilkan peserta didik yang mampu menjawab permasalahan, bukan makin menambah masalah. Semoga tidak !!


Penulis

Kukuh Widyatmoko

Dosen Pascasarjana Program Pendidikan IPS Universitas Kanjuruhan Malang,

Ketua Kelompok Studi Kebijakan Publik “BILIK” Malang


Tinggal di :

Jalan Janti Barat C Dalam 3 Malang 65148

Tepl 087859585572


Senin, 07 September 2009

Menulis "out of The Box" (2)

Menyalurkan energi lewat gandengan huruf

Energi terbesar, terkuat bersumber dari hati

Niatkanlah untuk menggandengkan huruf secara tulus

Ubahlah pengalaman negatif menjadi karya positif

Luruskanlah karya tulisan kepada Sang Pencipta

Ijinkanlah Sang Pencipta terlibat dalam setiap karya tulis

Serahkanlah setiap huruf dari hati demi memuliakan Sang Pencipta

Senin, 27 Juli 2009

ORANG BODOH VS ORANG PINTAR

By Mario Teguh

Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis... Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar. Walhasil boss-nya orang pintar adalah orang bodoh. Orang bodoh sering melakukan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah. Walhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh. Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mencari kerja. Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar. Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato, maka dia menyuruh orang pintar untuk membuatnya. Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH). oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk membuat undang-undangnya orang bodoh. Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan, sementara itu orang pintar percaya. Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh. Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas. Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar. Walhasil orang orang pintar menjadi staf-nya orang bodoh. Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang-orang pintar yang berkerja. Tapi orang-orang pintar DEMO. Walhasil orang-orang pintar 'meratap-ratap' kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan. Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pinter akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya. Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa di jadikan duit. Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan. Bill gate (Microsoft), Dell, Hendri (Ford), Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Liem Siu Liong (BCA group). Adalah contoh orang-orang yang tidak pernah dapat S1), tapi kemudian menjadi kaya. Ribuan orang-orang pintar bekerja untuk mereka. Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh. PERTANYAAN : Mendingan jadi orang pinter atau orang bodoh?? Pinteran mana antara orang pinter atau orang bodoh ??? Mana yang lebih mulia antara orang pinter atau orang bodoh?? Mana yang lebih susah, orang pinter atau orang bodoh?? KESIMPULAN: Jangan lama-lama jadi orang pinter, lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh. Jadilah orang bodoh yang pinter dari pada jadi orang pinter yang bodoh. Kata kunci nya adalah 'resiko' dan 'berusaha', karena orang bodoh perpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil. Orang pinter berpikir panjang maka dia bilang resikonya besar untuk selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut. Dan mengabdi pada orang bodoh... Dimanakah posisi anda saat ini... Berhentilah meratapi keadaan anda yang sekarang... Ini hanya sebuah Refleksi dari semua Retorika dan Dinamika kehidupan. Semua Pilihan dan Keputusan ada ditangan anda untuk merubahnya, Lalu perhatikan apa yang terjadi... Stay Super..... Salam, Mario Teguh...

*) Kiriman MJ. Kristianti

Jumat, 17 Juli 2009

PERSAHABATAN PETER DAN TINA *)

Peter dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun,
hanya memandang langit sementara sahabat-sahabat mereka sedang asik
bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing.



Tina: "Duh bosen banget. Aku harap aku juga punya pacar yang bisa berbagi
waktu denganku."



Peter: "Kayaknya cuma tinggal kita berdua deh yang jomblo. cuma kita berdua
saja yang tidak punya pasangan sekarang.."
(keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)



Tina: "Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita adakan permainan yuk?"



Peter: "Eh? permainan apaan?"



Tina: "Eng... gampang sih permainannya.. Kamu jadi pacarku dan aku jadi
pacarmu tapi hanya untuk 100 hari saja. gimana menurutmu?"



Peter: "Baiklah... lagian aku juga gada rencana apa-apa untuk beberapa bulan
ke depan."



Tina: "Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya... semangat dong! hari ini akan
jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?"



Peter: "Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak salah film The Troy lagi maen
deh. katanya film itu bagus"



Tina: "OK dech.... Yuk kita pergi sekarang. tar pulang nonton kita ke
karaoke ya....
ajak aja adik kamu sama pacarnya biar seru."



Peter : "Boleh juga..."
(mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan Peter mengantarkan Tina pulang
malam harinya)



Hari ke 2:
Peter dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe,
suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik yang syahdu membawa hati
mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang Peter membeli sebuah
kalung perak berliontin bintang untuk Tina.



Hari ke 3:
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado untuk seorang sahabat
Peter.
Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan, mereka memutuskan membeli
sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat duduk di
foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas jus berdua dan mulai
berpegangan tangan untuk pertama kalinya.



Hari ke 7:
Bermain bowling dengan teman-teman Peter. Tangan tina terasa sakit karena
tidak pernah bermain bowling sebelumnya. Peter memijit-mijit tangan Tina
dengan lembut.



Hari ke 25:
Peter mengajak Tina makan malam di Ancol Bay. Bulan sudah menampakan diri,
langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka
duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan
suara gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Tina memandang langit, dan
melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.



Hari ke 41:
Peter berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk Peter. Bukan
kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul dalam
hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik. Peter terharu
menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang
tahunnya.



Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama,dan
mengunjungi stand permainan. Peter menghadiahkan sebuah boneka teddy bear
untuk Tina, dan Tina membelikan sebuah pulpen untuk Peter..



Hari ke 72:
Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negeri China. Tina
penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya
mengatakan "Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang", kemudian peramal itu
meneteskan air mata.



Hari ke 84:
Peter mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi
karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan sandal dan
berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan, merasakan lembutnya
pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka.. Matahari terbenam, dan
mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.



Hari ke 99:
Peter memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana.
Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota.



15:20 pm
Tina: "Aku haus... Istirahat dulu yuk sebentar."
Peter: "Tunggu disini, aku beli minuman dulu. Aku mau teh botol saja. Kamu
mau minum apa?"
Tina: "Aku saja yang beli. kamu kan capek sudah menyetir keliling kota hari
ini. Sebentar ya"
Peter mengangguk. kakinya memang pegal sekali karena dimana-mana Jakarta
selalu macet.



15:30 pm
Peter sudah menunggu selama 10 menit and Tina belum kembali juga.
Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah
panik.
Peter : "Ada apa pak?"
Orang asing: "Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu
adalah temanmu"
Peter segera berlari bersama dengan orang asing itu.
Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari siang,tergeletak
tubuh Tina bersimbah darah, masih memegang botol minumannya.
Peter segera melarikan mobilnya membawa Tina ke rumah sakit terdekat.
Peter duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit.
Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.



23:53 pm
Dokter: "Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Dia masih
bernafas sekarang tapi Yang kuasa akan segera menjemput. Kami menemukan
surat ini dalam kantung bajunya."
Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Peter dan dia
segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina. Wajahnya pucat tetapi
terlihat damai.
Peter duduk disamping pembaringan tina dan menggenggam tangan Tina dengan
erat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Peter merasakan torehan luka yang sangat
dalam di hatinya.
Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya.
Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina untuknya.



Dear Peter...
ke 100 hari kita sudah hampir berakhir.
Aku menikmati hari-hari yang kulalui bersamamu.
Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak bisa ditebak,
tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku.
Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yang berharga dalam hidupku.
Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi
sebelumnya.
Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa memperpanjang
hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang jatuh
malam itu di pantai,
Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku. Aku ingin menjadi
kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada disisiku seumur
hidupku.. Peter, aku sangat sayang padamu..



23:58
Peter: "Tina, apakah kau tahu harapan apa yang kuucapkan dalam hati saat
meniup lilin ulang tahunku?
Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya..
Tina, kau tidak bisa meninggalkanku! hari yang kita lalui baru berjumlah 99
hari!
Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama!
Aku juga sayang padamu, Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku
kesepian!
Tina, Aku sayang kamu...!"



Jam dinding berdentang 12 kali..... jantung Tina berhenti berdetak.
Hari itu adalah hari ke 100...



Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat.
Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.
Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak akan
pernah kembali lagi.



*Dear Friends* ,

*

Tahukah anda* kalau orang yang kelihatan begitu tegar

hatinya, adalah orang

yang sangat lemah dan butuh pertolongan?

*

Tahukah anda* kalau orang yang menghabiskan waktunya

untuk melindungi

orang lain adalah justru orang yang sangat butuh

seseorang untuk

melindunginya?

*

Tahukah anda* kalau tiga hal yang paling sulit untuk

diungkapkan adalah :

Aku cinta kamu, maaf dan tolong aku

*

Tahukah anda* kalau orang yang suka berpakaian *warna

merah* lebih yakin

kepada dirinya sendiri?

*

Tahukah anda* kalau orang yang suka berpakaian *kuning

* adalah orang yang

menikmati kecantikannya sendiri?

*

Tahukah anda * kalau orang yang suka berpakaian *hitam

*adalah orang yang

ingin tidak diperhatikan dan butuh bantuan dan

pengertian anda?

*

Tahukah anda * kalau anda menolong seseorang,

pertolongan tersebut

dikembalikan dua kali lipat?

*

Tahukah anda* bahwa lebih mudah mengatakan perasaan

anda dalam tulisan

dibandingkan mengatakan kepada seseorang secara

langsung? Tapi tahukah

anda bahwa hal tsb akan lebih bernil ai saat anda

mengatakannya dihadapan

orang tsb?

*

Tahukah anda* kalau anda memohon sesuatu dengan

keyakinan, keinginan anda

tsb pasti dikabulkan?

*

Tahukah anda* bahwa anda bisa mewujudkan impian anda,

spt jatuh cinta,

menjadi kaya, selalu sehat, jika anda memintanya dengan

keyakinan, dan

jika anda benar2 tahu, anda akan terkejut dengan apa

yang bisa anda

lakukan.

*

Tapi jangan percaya semua yang saya katakan* , sebelum

anda mencobanya

sendiri, jika anda tahu seseorang yang benar2 butuh

sesuatu yg saya

sebutkan diatas, dan anda tahu anda bisa menolongnya,

anda akan melihat

bahwa pertolongan tsb akan dikembalikan dua kali lipat.


Hari ini, *bola PERSAHABATAN * ada dilapangan anda,

kirim ini kepada orang

yang benar2 sahabat anda (termasuk saya jika saya juga

sahabat).. Juga,

jangan merasa kecewa jika tidak ada seseorang yang

mengirimkannya

kembali kepada anda, anda akan mengetahui bahwa anda

akan tetap menjaga bola untuk

orang lainnya .... karena *lebih baik memberi daripada

menerima *bukan ??? =)


Ok, inilah yang harus anda lakukan . :


Kirim kepada SEMUA TEMAN anda!

*) Kiriman dari MJ. Kristiyanti

" GOOD POINT to SHARE " *)



Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur.
Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam sementara si
petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga
perlu ditimbun (ditutup - karena berbahaya), jadi tidak berguna untuk
menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetanggany a untuk datang
membantunya.

Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. Pada
mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang
sedang terjadi, ia menangis
penuh
kengerian.

Tetapi kemudian, semua orang takjud, karena si keledai menjadi diam.
Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur. Si petani
melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.
Walaupun
punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si
keledai
melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang- guncangkan badannya
agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah
itu.

Sementara tetangga2 si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas
punggung
hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah
naik.
Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur
dan melarikan diri !

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala
macam
tanah dan kotoran.

Cara untuk keluar dari "sumur" (kesedihan, masalah, dsb)
adalah
dengan
menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran dan hati
kita) dan melangkah naik dari " sumur" dengan menggunakan hal-hal
tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk
melangkah.

Kita dapat keluar dari "sumur" yang terdalam dengan terus berjuang,
jangan pernah menyerah !

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan.
3. Hiduplah sederhana.
4. Berilah lebih banyak.
5. Berharaplah lebih sedikit.
6. Tersenyumlah.
7... Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum

Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan, maka aku
meneruskannya kepadamu dengan maksud yang sama. "Entah ini adalah waktu
kita yang
terbaik atau waktu kita yang terburuk, inilah satu-satunya waktu yang
kita
miliki saat ini !

Minggu, 28 Juni 2009

Blog Sosiologioutofthebox

Sejak saya memuat foto para penyiar RRI Prog 1 94,6 FM untuk acara Solusi Agama Katolik, saya belum menulis di blog ini. Maaf kepada pembaca.

Saya sedang aktif di blog sosiologioutofthebox.blogspot.com. Jadi saya gencar untuk menulis di sana. Saya sedang menghidupkan blog sosio sebagai tempat untuk mengekspresikan di berkaitan dengan sosio.

Saya berharap Anda juga meluangkan waktu untuk berkunjung dan membaca-baca sosiologioutofthebox.blogspot.com. Jika anda kesulitan, ketik saja alamat sosiologioutofthebox maka dengan cepat anda masuk di blog saya yang bary.

Mohon maaf, terima kasih. Dan selamat membaca

Rabu, 27 Mei 2009

Sosiologi "Out of The Box"

Apa yang menjadi angan-angan saya terwujud. Angan-angan itu adalah blog sosiologi. Nama blog itu Sosiologi "Out of The Box". Blog tersebut berisi tentang mater pelajaran Sosiologi kelas X sampai kelas XII S. Blog tersebut akan berisi materi sosiologi beserta penggaliannya sehingga mengalami perkembangan lalu saya bagikan.
Filosofinya adalah saya belajar, saya menghasilkan lalu saya bagikan. Itulah filosofi yang mendasarinya sehingga siapa pun dapat dengan mudah mengakses materi sosiologi dengan sudut pandang baru (lain).
Blog tersebut launching pada tanggal 25 Mei 2009. Pemikiran lainnya, jika saya bukukan maka pengakses buku Sosiologi terbatas tetapi dengan kemajuan teknologi, dimana pun dan siapa pun bisa mengakses.
Alamat blog, sosiologioutofthebox.blogspot.com
Selamat menikmati

Terima Kasih

Aku lama tidak menulis di blog ini. Sekali lagi aktivitas yang sulit saya kendalikan sehingga saya sulit untuk berhenti sejenak mengisi blog ini.
Ada aktivitas yang membuat saya tidak mengisi, seperti beberapa waktu lalu tanggal 11 sampai tanggal 15 Mei 2009 SMAK Santa Maria wisata ke Bali.
Dann aktivitas lain.
Pada saat ini ada kabar baik yang saya dapat, kemarin tanggal 26 Mei 2009 ada surat dari universitas swasta untuk saya. Saya lihat mungkin untuk bapak ternyata untuk saya. Kalau untuk saya mungkin untuk alumni.
Saya buka ternyata baris hal teryulis UNDANGAN. Saya baca lagi acaranya adalah :persiapan pengajuan jabatan fungsional akademik.
Terima kasih .. saya sengaja tidak menulis lengkap. Nanti pasti saya tulis secara lengkap. Dan, ini merupakan berkat Terima kasih.Terima kasih..

Senin, 04 Mei 2009

Selalu antara engkau dan Aku

SELALU ANTARA ENGKAU DAN AKU
Oleh Bunda Theresa

Orang kerap kali tak bernalar, tak logis, dan egois
biar begitu, ma'afkanlah mereka
Bila engkau baik, orang mungkin akan menuduhmu menyembunyikan motif egois
biar begitu, tetaplah bersikap baik
Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu
biar begitu, tetaplah jujur dan berterus terang
Bila engkau sukses, engkau akan mendapat teman-teman palsu dann teman-teman sejati
biar begitu, tetaplah meraih sukses
Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun, mungkin akan dihancurkan seseorangdalam semalam
biar begitu, tetaplah membangun
Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri hati dan dengki
Biar begitu, tetaplah berbahagia dan temukan kedamian hati
Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin akan dilupakan orang keesokan harinya
Biag begitu, tetap lakukan kebaikan
Berikan pada dunia milikmu yang terbaik, dan mungkin itu tak akan pernah cukup
biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbai
Ketahuilah, pada akhirnya,

sesungguhnya ini semua adalag antara engkau dan Tuhan
Tidak pernah antara engkau dan mereka.

Tulisan ini pemberian dari Bu Kang. Terima kasih.

MENULIS SIP

M.E.N.U.L.I.S S.I.P.

Mulailah Membuka Tombol Seluruh Indrawi

Entah Sulit atau Mudah, Mulailah Saat Ini

Nanti akan Ada Rasakan Manfaatnya

Untuk Itu Bukalah Hati

Lanjutkan, Bukalah Pikiran

Ini Saling Berkaitan

Saling Mempengaruhi antara Hati dan Pikiran

Sebarkan Virus Keterkaitan Antara Hati dan Pikiran

Ini Kesempatan untuk Berbagi Diri lewat Menulis

Potensi Diri, Lejitkanlah Ditengah Keterbatasan Waktu

Menulis dengan Metode Mbois

Membaca
Hampir setiap orang bisa membaca. Mulai membaca buku bahasa Inggris sampai koran harga seribuan. Saya jumpai seorang tukang becak dengan penghasilan tidak menentu berani menyisihkan uangnya sebesar seribu rupiah demi membaca. Bahkan ada orang-orang rela berdiri untuk membaca koran di pinggir jalan. Ada juga orang dengan senang hati membelanjakan sebagian pendapatannya untuk membeli buku-buku sampai ratusan ribu.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat tingginya minat untuk membaca bahkan menuju menjadi kebutuhan.
Dengan membaca maka mendapat data, informasi. Dengan membaca maka melakukan penggalian terhadap suatu data maupun informasi. Ada berbagai macam data, informasi, mulai dari bersifat simpati, empati, sugesti, motivasi sampai kontravensi.
Itu merupakan keragaman data-data atau informasi dari membaca.

Olah
Dari menggali data dengan membaca maka memunculkan reaksi atau respon baik secara spontan maupun sistematis. Respon tersebut lebih sering disalurkan secara verbal. Contoh, saat membaca ada koruptor divonis 3 bulan. Maka respon macam-macam dan menjadi bahan perbincangan dengan teman. Respon tersebut sampai bersifat emosional ada juga respon tenang.
Dari hal diatas sebetulnya sudah memasuki tahapan mengolah data, informasi.
Pengolahan tersebut mulai dari merangkai informasi dengan berbagai hal di dalam otak. Mau melakukan pendekatan dari sudut pandang manapun, menghasilkan pola pikir. Dari pola pikir menghasilkan pernyataan dalam bentuk verbal.

Ikat
Budaya kita masih didominasi dengan budaya verbal. Masih lebih senang berbicara. Berbicara memang tingkatannya rendah. Siapa pun bisa berbicara. Namun ada pepatah yang pernah saya baca “berbicara hanya didengar oleh orang dalam ruangan tetapi menulis mampu dibaca oleh orang dimanapun.”
Berbicara orang lebih cepat lupa. Maka agar hasil olahan tidak seegera hilang terbang terbawa angin maka perlu diikat.
Cara mengikat paling efektif adalah menuliskan. Hasil olahan tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan menulis maka hasil olahan diwujudnyatakan dalam bentuk huruf-huruf terangkai dalam kata. Kata terangkai dalam kalimat-kalimat. Kalimat terangkai dalam paragraf.

Sebar
Dengan mengikat dalam bentuk huruf-huruf entah siapa pun yang membaca sejatinya tuliskan saja. Yakinlah alam semesta pasti membaca tulisan kita. Tulislah hal-hal baik dan bermanfaat bagi diri dan orang lain.
Baik jika hasil tulisan dikirimkan ke media. Memang persaingan penulis ketat tetapi ada kolom bisa diisi, seperti surat pembaca.
Pada jaman dunia maya, banyak pilihan web blog gratis tersedia. Selamat menulis ! Dan rasakan dampaknya !!!!

Menulis dengan Emosi

Menulis dengan Emosi-Panduan Empatik Mengarang Fiksi,
Carmel Bird, Kaifa, Bandung, 2001

Menulis adalah seni yang begitu rumit, sungguh rumit memahami apa yang Anda coba keluarkan dari imajinasi Anda sendiri, dari kehidupan Anda sendiri (Willliam Kennedy)
Menulislah-pada saat awal- dengan hati. Setelah itu, perbaiki tulisan Anda dengan pikiran. Kunci pertama menulis adalah bukan pikiran, melainkan mengungkapkan apa saja yang dirasakan (William Foster)
Saat ini saya sangat bergembira. Saya merasa telah menemjkan suara saya, seperti. Saya tahu saya memainkan nada yangtepat, nada yang saya inginkan (John de Carre)
Dia yang tidak bisa menolong tidak akan menemukan kawanannya (Charles Simic)
Permainanlah, bukan kepatuhan yang menjadi urat nadi, yang menjadi inti yangmenjadi batang otak dari kehidupan kreatif (Clarissa Pinkola Estes)
Semua bahan untuk karya sastra tidak lain adalah kehidupan masa lalu saya (Marcel Proust)
Imajinasi tanpa realita akan membusuk (Angela Carter)
Tentunya, di lubuk hati, segala yang ditulis oleh penulis harus merupakan bagian dan berasal dari diri si penulis sendiri (Graham Swift)
Kalau soa kata, masalahnya adalah siapa yang menjadi tuan, itu saja (Hampty Dumpty)
keberanian adalah hal penting yang pertama (Katherine Annel Porter)
Kita tidak bisa begitu saja menceritakan cara memulai sebuah nocel.. Ini ibarat perlahan jatuh cinta kepada seseorang, kita tidak yakin kapan awalnya (Christoper Koch)
Seniman sejati adalah oarng yang tidak pernah menganggap remeh apa pun (Nabokov)
Saya berhati-hati agar tidak membuat kesalahan. Sungai saja tidak pernah mengalir ke hulu (Elizabeth Jolley)
Aku hanya ingin dunia murni dari diriku dan tulisanku, ketika tulisan layaknya suatu religi (Barbara Hanrahan)
Jika Anda ingin mencipta, Anda harus mengorbankan kedangkalan, sedikit rasa aman, dan rasa ingin disukai. Anda harus menata wawasan Anda yang paling kuat, visi Anda yang paling jauh (Clarissa Pinkola Estes)
Carilah asal usul psikologis dari kelumpuhan itu (Anais Nin)
Ketika berbicara tentang masa kecil mereka, para penulis nyaris mencapai pusat misteri diri mereka sendiri (Seamus Heaney)
Anak, seperti juga hewan, menggunakan semua indra mereka untuk menemukan dunia. Kemudian seniman datang dan menemkannya lagi dengan cara yang sama (Eudora Welty)
Saya tidak pernah kehilangan masa kecil saya dan mudah-mudahan tidak akan pernah, karena itulah mata air dan sumber tulisan saya (Edna O'Breen)
Seorang novelis dapat melakukan apa pun yang dia inginkan sepanjang dia membuat orang mempercayainya (Gabriel Garcia Marquez)
...dalam kehidupan nyata bisa ada akibat tanpa sebab, sebab tanpa akibat. Akan tetapi, di dalam fiksi tidak begitu (Fay Weldon)
..lewat ciptaan, Anda membuat sesuatu yang bukanperwakilan melainkan suatu hal yang benar-benar baru, yang lebih benar daripada apapun yang benar dan hidup, serta Anda membuatnya hidup dan apabila Anda membuatnya dengan cukup baik, Anda memberinya keabadian. Itulah alasan Anda menulis (Ernest Hemingway)
Saya baru menyadari saat saya mulai menulis betapa banyak yang tidak saya ketahui bahwa saya tahu dan ketika saya mulai menulis ia keluar secara refleks (Mary Lavin)
Lamunan adalah dasar dari segala fiksi (Colin Wilson)
Pujian terbesar untuk karya saya tertuju kepada imajinasi, padahal sebenarnya tidak satu pun baris dalam smua karya saya yang tidak berpijak pada kenyataan (Gabriel Garcia Marquez)
Kalau saya bercerita, saya suka menempatkan adegan yang sedang saya tulis di depan saya. Hal itu membuat saya lebih akrab dengan apa yang terjadi dan membantu saya masuk ke dalam tokoh-tokohnya (Umberto Eco)
Ketika menulis, separo yang Anda lakukan dilakukan secara tidak sadar, dan tugas Anda adalah menata kegiatan bawah sadar ini (Christoper Koch)
Orang yang kembali ke buku harian adalah orang yang mencari dirinya, penyusunan jalan menuju pengembangan dan keasadaran, jalan menuju kreatifitas (Anais Nin)
Saya banyak mencatat malah buku catatan saya sudah terlalu tebal sehingga kurang menyenangkan. Memang saya punya naluri yang langsung bereaksi bagitu saya mengenali hal-hal yang bisa dimasukkan dalam suatu buku yang belum saya tulis (David Foster)
Saya bekerja sepanjang waktu dalam benak saya-di atas kerja buram karena saya tidak bisa mengingat segalanya (Elizabeth Jolley)
Saat menemukan perjalanan panjang bawahlah mesin tik dan kertas, serta manfaatkan sebagian besar waktu Anda (Dorothea Brande)
Ketika buku pertama saya diterbitkan hari itu saya habiskan dalam mimpi, bahagia (Enind Bagnold)
Yang terpenting adalah menemukan pesan yang membebaskan, memerdekakan respon tak sadar seseorang (Anais Nin)
Bunyi kata yang tertuang dihalaman kertas mengawali proses pengujian kebenarannya (Endora Welty)
Aku menulis bukan karena aku memahami dunia, melainkan karena aku tidak memahaminya (Gerald Murnane)
Ini hanya masalah ketekunan-sedikit bakat. Pokoknya jangan menyerah. Maka permainan belum berakhir (William Kennedy)

Bareng, 21.17, 290409

Buku ini saya dapat dari Pak Yosef Mangkung. Saya sudah membaca tiga buku tentang kepenulisan. Saya bahagia dan bersykur. Semoga pembaca mendapat manfaatnya.

Rabu, 29 April 2009

Mendidik Kreatif

Mendidik Dengan Kreatif

Materi : Tetap

Sumber Materi : Luas dan mendalam

PBM : Komunikatif, punya nilai edukasi, adaptasi, tantangan, aktualisasi diri

Akademis

Emosi

Relasi

Tantangan

Kinestetik

Konvensional : membaca buku paket saja, mendengarkan saja, mengerjakan lat soal, ulangan teks book.



Guru Kreatif

Agar : keluar dari rutinitas dan kebiasaan

Kendala : malu (tidak biasa dann seperti lain, dianggap aneh)

Jika : segar

Tujuan : menarik, lebih melekat


Model IKI

Inovatif : cara penyajian, berani mewujudkan

Kreatif : Vertikal (lebih dalam), horisontal (Lebih luas)

Inspiratif : Menghidupkan potensi imajinasi, memberi tantangan

Menulis dengan Emosi

Menulis dengan Emosi-Panduan Empatik Mengarang Fiksi,
Carmel Bird, Kaifa, Bandung, 2001

Menulis adalah seni yang begitu rumit, sungguh rumit memahami apa yang Anda coba keluarkan dari imajinasi Anda sendiri, dari kehidupan Anda sendiri (Willliam Kennedy)
Menulislah-pada saat awal- dengan hati. Setelah itu, perbaiki tulisan Anda dengan pikiran. Kunci pertama menulis adalah bukan pikiran, melainkan mengungkapkan apa saja yang dirasakan (William Foster)
Saat ini saya sangat bergembira. Saya merasa telah menemjkan suara saya, seperti. Saya tahu saya memainkan nada yangtepat, nada yang saya inginkan (John de Carre)
Dia yang tidak bisa menolong tidak akan menemukan kawanannya (Charles Simic)
Permainanlah, bukan kepatuhan yang menjadi urat nadi, yang menjadi inti yangmenjadi batang otak dari kehidupan kreatif (Clarissa Pinkola Estes)
Semua bahan untuk karya sastra tidak lain adalah kehidupan masa lalu saya (Marcel Proust)
Imajinasi tanpa realita akan membusuk (Angela Carter)
Tentunya, di lubuk hati, segala yang ditulis oleh penulis harus merupakan bagian dan berasal dari diri si penulis sendiri (Graham Swift)
Kalau soa kata, masalahnya adalah siapa yang menjadi tuan, itu saja (Hampty Dumpty)
keberanian adalah hal penting yang pertama (Katherine Annel Porter)
Kita tidak bisa begitu saja menceritakan cara memulai sebuah nocel.. Ini ibarat perlahan jatuh cinta kepada seseorang, kita tidak yakin kapan awalnya (Christoper Koch)
Seniman sejati adalah oarng yang tidak pernah menganggap remeh apa pun (Nabokov)
Saya berhati-hati agar tidak membuat kesalahan. Sungai saja tidak pernah mengalir ke hulu (Elizabeth Jolley)
Aku hanya ingin dunia murni dari diriku dan tulisanku, ketika tulisan layaknya suatu religi (Barbara Hanrahan)
Jika Anda ingin mencipta, Anda harus mengorbankan kedangkalan, sedikit rasa aman, dan rasa ingin disukai. Anda harus menata wawasan Anda yang paling kuat, visi Anda yang paling jauh (Clarissa Pinkola Estes)
Carilah asal usul psikologis dari kelumpuhan itu (Anais Nin)
Ketika berbicara tentang masa kecil mereka, para penulis nyaris mencapai pusat misteri diri mereka sendiri (Seamus Heaney)
Anak, seperti juga hewan, menggunakan semua indra mereka untuk menemukan dunia. Kemudian seniman datang dan menemkannya lagi dengan cara yang sama (Eudora Welty)
Saya tidak pernah kehilangan masa kecil saya dan mudah-mudahan tidak akan pernah, karena itulah mata air dan sumber tulisan saya (Edna O'Breen)
Seorang novelis dapat melakukan apa pun yang dia inginkan sepanjang dia membuat orang mempercayainya (Gabriel Garcia Marquez)
...dalam kehidupan nyata bisa ada akibat tanpa sebab, sebab tanpa akibat. Akan tetapi, di dalam fiksi tidak begitu (Fay Weldon)
..lewat ciptaan, Anda membuat sesuatu yang bukanperwakilan melainkan suatu hal yang benar-benar baru, yang lebih benar daripada apapun yang benar dan hidup, serta Anda membuatnya hidup dan apabila Anda membuatnya dengan cukup baik, Anda memberinya keabadian. Itulah alasan Anda menulis (Ernest Hemingway)
Saya baru menyadari saat saya mulai menulis betapa banyak yang tidak saya ketahui bahwa saya tahu dan ketika saya mulai menulis ia keluar secara refleks (Mary Lavin)
Lamunan adalah dasar dari segala fiksi (Colin Wilson)
Pujian terbesar untuk karya saya tertuju kepada imajinasi, padahal sebenarnya tidak satu pun baris dalam smua karya saya yang tidak berpijak pada kenyataan (Gabriel Garcia Marquez)
Kalau saya bercerita, saya suka menempatkan adegan yang sedang saya tulis di depan saya. Hal itu membuat saya lebih akrab dengan apa yang terjadi dan membantu saya masuk ke dalam tokoh-tokohnya (Umberto Eco)
Ketika menulis, separo yang Anda lakukan dilakukan secara tidak sadar, dan tugas Anda adalah menata kegiatan bawah sadar ini (Christoper Koch)
Orang yang kembali ke buku harian adalah orang yang mencari dirinya, penyusunan jalan menuju pengembangan dan keasadaran, jalan menuju kreatifitas (Anais Nin)
Saya banyak mencatat malah buku catatan saya sudah terlalu tebal sehingga kurang menyenangkan. Memang saya punya naluri yang langsung bereaksi bagitu saya mengenali hal-hal yang bisa dimasukkan dalam suatu buku yang belum saya tulis (David Foster)
Saya bekerja sepanjang waktu dalam benak saya-di atas kerja buram karena saya tidak bisa mengingat segalanya (Elizabeth Jolley)
Saat menemukan perjalanan panjang bawahlah mesin tik dan kertas, serta manfaatkan sebagian besar waktu Anda (Dorothea Brande)
Ketika buku pertama saya diterbitkan hari itu saya habiskan dalam mimpi, bahagia (Enind Bagnold)
Yang terpenting adalah menemukan pesan yang membebaskan, memerdekakan respon tak sadar seseorang (Anais Nin)
Bunyi kata yang tertuang dihalaman kertas mengawali proses pengujian kebenarannya (Endora Welty)
Aku menulis bukan karena aku memahami dunia, melainkan karena aku tidak memahaminya (Gerald Murnane)
Ini hanya masalah ketekunan-sedikit bakat. Pokoknya jangan menyerah. Maka permainan belum berakhir (William Kennedy)

Bareng, 21.17, 290409

Buku ini saya dapat dari Pak Yosef Mangkung. Saya sudah membaca tiga buku tentang kepenulisan. Saya bahagia dan bersykur. Semoga pembaca mendapat manfaatnya.

Inti Sari Menulis

Inti sari ini saya temukan di chiken soup semoga bermanfaat

Chiken Soup for tha Writer's Soul
Para penulis berbagi cerita Harga Sebuah Impian dan kisah-kisah nyata lainnya
Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Bud Gardner, Gramedia, Jakarta, 2007

Ada satu hal yang dimiliki semua penulis sukses : tabah menghadapi penolakan.
Lebih banyak orang mempunyai bakat daripada disiplin. Itu sebanya disiplin dibayar lebih tinggi (Mike Price)
Rasa takut ditolak lebih buruk daripada penolakan itu sendiri (Nora Profit)
Lakukanlah dan kau akan mempunyai kekuatan (Ralph Waldo Emerson)
Aku ingin memberitahu dunia satu kata saja. Karena tidak bisa melakukannya, aku menjadi penulis (Stanislaw Lec)
Dan masalahnya adalah, jika kau tidak mengambil resiko apa pun, kau akan menanggung resiko yang lebih besar (Erica Jong)
Dan tidak ada ruginya kau mengulangi, sesering mungkin,”Tanpa aku industri buku takkan ada; para penerbit, agen, sub-agen, sub-sub agen, akuntan, pengacara penuntut, fakultas sastra, profesor, tesis, buku kritik, pengulas, halaman-halaman buku-semua struktur luas yang berkembang biak ini ada karena orang kecil yang dihina, disepelekan dan dibayar kurang ini.” (Doris Lessing)
Tidak ada hal luar biasa yang telah dicapai kecuali oleh mereka yang berani percaya bahwa sesuatu di dalam diri mereka lebih unggul daripada keadaan (Bruce Barton)
Ketika kamu berbicara, kata-katamu hanya bergaung ke seberang ruangan atau di sepanjang koridor. Tapi ketika kamu menulis, kata-katamu bergaung sepanjang zaman (Bud Gardner)
Di balik kerja keras terdapat peluang, karena itu kebanyakan orang tidak melihatnya (Ann Landers)
Kata-kata adalah pakaian yang dikenakan pikiran (Samuel Butler)
Bahan mentah karya-karya besar hanyut mengapung mengitari dunia, menunggu untuk dibungkus dengan kata-kata (Thornton Wilder)

Ada pepatah kuno : Jika kau gagal, penyebabnya karena kau mencoba. Jika kau berhasil, penyebabnya kau menggunakan sebuah peluang. Peluang datang dalam bentuk terselubung. (h.17)
Menulis adalah sejenis doa, yang terus membantuku mencapai dan menaklukkan hidupku tanpa merasa, pada akhirnya, ditaklukkan olehnya. (h.25)
Kuminta kalian jangan salah paham; uang itu menyenangkan. Aku menyukainya. Dan kenyataan yang hebat adalah, sejak berhenti memujanya, aku menghasilkan lebih banyak uang daripada sebelumnya. Tapi uang bagiku merupakan produk sampingan yang menyenangkan dari menulis; uang bukan alasanku menulis (32)
Tapi jika inilah satu-satunya pekerjaan yang cocok untuk kalian , jika inilah pekerjaan yang menghidupkan jiwa kalian, maka terjun dan bekerja keraslah. Berjuang, menangis, dan gigihlah menulis. (32)
Jangan sampai kau meragukan dirimu sendiri. Kau akan rugi (39)
Karena bahkan saat itu pun aku tahu jika seseorang ingin menjadi penulis, ia harus menulis, bukan membicarakannya (40)
“Sikapmu adalah segalanya. Yakinlah kepada dirimu sendiri dan percayalah kepada materimu. Untuk menjadi penulis berhasil, menulislah setiap haruskanlah dirimu entah kau menginginkannya atau tidak. Jangan pernah putus asa dan dunia akan memberimu anugerah yang melampaui impianmu yang paling mustahil (50)
Aku beruntung: seseorang benar-benar menghadapkanku dengaan kekuatan pekerjaanku. Hal ini membuatku menyadari bahwa pada akhirnya menulis bukanlah tentang uang. Uang adalah peristiwa besar, kejadian hebat yang meskipun menyenangkan, tidak bertahan lama dalam hati. Menulis adalah tentang frase-frase yang mengesankan, penggambaran yang menyentuh. Menulis adalah tentang tersambung dengan pemahaman orang lain mengenai dunia (54)
Aku sudah cukup kesulitan menyampaikan kebenaran di dalam fiksi; aku tidak perlu secara sadar mengkhawatirkan pesan yang diterima oleh pembaca. Itu bukan pekerjaanku. Aku tidak perlu menyelamatkan dunia. Aku hanya perlu memastikan bahwa pembaca menikmati membaca apa yang telah kutulis (59)
Aku telah belajar bahwa cara paling pasti untuk mewujudkan impianku sendiri adalah dengan membantu orang lain mencapai impian mereka (59)
Ikuti hatimu. Kerahkan keberanian untuk mewujudkan impianmu. Tidak ada di antara kita yang benar-benar mengetahui berapa banyak waktu kita yang tersisa. Menulis adalah tugas kita. Itulah tanggungjawab kita di bumi ini. Jika kau gemar menulis, jangan tunda prosesnya. Menulsilah setiap hari, penuhi hidupmu dengan khayalan yang tak kenal takut akan kesulitan melakukannya, tapi disiplin yang kamu jalani akan membentuk dan mengisi hidupmu. (64)
Ada sesuatu yang menarik dalam memahat kata-kata – menambang permata dari alam bawah sadar yang kreatif- yang membuat waktu terasa terbang (71)
Yang bisa kita dilakukan sebagai penulis hanyalah mencoba, mengerahkan usaha, menabur benih, dan menuai panen apa pun yang diberikan dengan penuh suka cita dan syukur (75)
“menulis,” katanya, “seperti mengirimkan pesan bersandi ke ruang angkasa. Kamu tidak pernah tahu apakah di sana ada orang yang menerimanya.”(78)
Profesiku bukan penulis, aku hanya ingin memberi mereka sesuatu yang akan mengungkapkan cintaku kepada mereka. Tapi ketika aku mulai menulis, pengalaman itu terasa seperti sebuah peristiwa mistis. Cerita itu mulai menulis diri sendiri, memasuki pikiranku sendiri seperti aliran ilham yang deras (101)
Aku tidak paham hal itu, tapi aku telah belajar bahwa penulis menghasilkan sesuatu dari nol. Kami membuat impian menjadi kenyataan. Itulah sifat kami, misi kami. Kami dilahirkan untuk melakukannya. Aku takkan pernah melepaskan impianku lagi. Tidak pernah (117)

Bareng, 20.17,29.04.09

*) Aku dapat buku ini merupakan jawaban atas pencarianku buku tentang menulis. Saya sangat bahagia dan bersyukur. Terima Kasih...

Rabu, 22 April 2009

Saat Menulis

Alirkan Jati Dirimu
Natalie Goldberg, Mizan, 2005

1.Buku ini tentang menulis juga, tentang menulis sebagai latihan, sebagai sebuah cara untuk membantu Anda menyelami kehidupan dan menjadi seimbang (h.25)
2.Percayalah pada apa cinta dan ia akan membawamu kemana kamu ingin pergi. (h.25)
3.Saya menemukan bahwa ketika saya menuliskan sesuatu yang emosional, saya harus menuliskannya pertama kali secara langsung dengan tangan di atas kertas. Tulisan tangan lebih terhubung dengan gerakan hati(31)
4.Ini adalah mahzab latihan menulis. Seperti berlari, semakin sering Anda melakukannya, akan semakin baik hasilnya. Sesekali Anda tidak ingin berlari dan Anda enggan melangkahkan kaki untuk menempuh jarak tiga mil itu, toh Anda tetap melakukannya. Anda tetap berlatih, suka atau tidak suka. Anda tidak duduk menanti ilham dan hasrat mendalam untuk berlari (37)
5.Jika setiap kali akan duduk menulis Anda mengharapkan sesuatu yang hebat, menulis akan selalu menjadi kekecewaan besar. Plus, harapan itu akan membuat Anda menjauhi menulis (38)
6.Dalam menulis, ketika Anda benar-benar larut, tidak ada si penulis, tidak ada kerta, tidak ada pulpen, tidak ada pikiran. Hanya menulis yang menulis-yang lainnya lenyap (39)
7.Roshi Katagiri: kehendak kecilmu tidak bisa melakukan apa-apa. Diperlukan Tekad Besar. Tekad besar bukan berarti hanya kamu yang melakukan usaha. Artinya seluruh alam semesta ada di belakangmu dan bersamamu-burung-burung, pepohonan, langit, bulan dan sepuluh penjuru.” Tiba-tiba, setelah lama terpendam, Anda selaras dengan bintang-bintang atau masa atau lampu hias ruang makan di atas kepala Anda, dan tubuh Anda merekah terbuka dan berbicara (44)
8.Kita perlu mempunyai cara pemanasan sebelum mulai menulis; jika tidak, mencuci piring lantas menjadi hal terpenting di dunia-apa saja yang mengalihkan Anda dari menulis. Namun pada akhirnya, kita hanya mesti tutup mulut, duduk dan menulis (55)
9.Ada ungkapan Zen yang mengatakan: “Bicaralah ketika Anda bicara, berjalanlah ketika Anda berjalan, matilah ketika Anda mati.” Menulislah ketika Anda menulis. Berhentilah memerangi diri sendiri dengan rasa bersalah, tuduhan dan ancaman-ancaman (56)
10.Jadi inilah salah satu cara untuk melahirkan tulisan. Saya tidak punya rencana sebelum masuk ke dalam kelas itu. Saya mencoba untuk hadir, tanpa takut, terbuka dan situasilah yang memberi saya pokok pembicaraan. Saya tahu ini berlaku ke mana pun saya pergi. Caranya adalah dengan membuka hati (62)
11.Bagaimana cara memunculkan ide-ide tulisan, hal yang akan dituliskan ? Apa pun yang ada dihadapan Anda adalah awal yang baik. Kemudian bergeraklah ke semua jalan. Anda bisa pergi kemana saja (63)
12.Miliki apa pun yang Anda inginkan di dalam tulisan Anda dan kemudian biarkan dia pergi (64)
13.Jangan khawatir soal bakat atau kemampuan Anda: itu akan tumbuh seiring dengan latihan. Roshi Katagiri berkata: “Bakat itu seperti sumber air di bawah tanah.” Tak seorang pun yang memilikinya, tapi Anda boleh mengambilnya. Anda bisa mengambilnya dengan usaha Andaa dan dia akan mengalir ke arah Anda (65)
14.Orang justru sering mulai meulis dari mentalitas yang miskin. Mereka merasa kosong dan mereka kejar guru-guru serta kelas-kelas untuk belajar tentang menulis. Kita belajar dengan cara melakukannya (65)
15.Tulislah puisi yang bagus, kemudian biarkan puisi itu pergi. Terbitkan puisi itu, bacakan, dan teruslah menulis (69)
16.Rekamlah isi pikiran Anda sebagaimana yang mengalir melalui diri Anda. Latihan menulis akan melunakkan hati dan pikiran, membantu kita agar tetap luwes, sehingga pembedaan ketat antara apel dan susu, hari mau dan seledri, lenyap. (73)
17.Orang-orang mengatakan bahwa dia harus menjadi penulis, tapi setiap kali duduk untuk menulis, dia tidak bisa menghubungkan kata-kata di atas kertas dengan peristiwa atau perasaanya (75)
18.Dan karena inilah, saya pikir menulis itu religius. Ia membukakan diri Anda dan melunakkan hati Anda terhadap dunia yang tidak menarik (76)
19.Mulailah menulis dengan cara yang bodoh dan canggung seperti seekor binatang yang menjerit kesakitan, dan disana akan Anda temukan kecerdasan Anda, kata-kata Anda, suara Anda (76)
20.Biarkan dirimu menulis untuk beberapa lama. Pelajari apa menulis itu. “Menulis adalah keseluruhan kehidupan dan latihan yang banyak. Saya mengerti ketergesaannya. Kita ingin melakukan sesuatu berguna, mengarah ke suatu tujuan, mencapai sesuatu-”Aku sedang menulis buku.” (77)

Kreatif (2)

Kreatif

Hakekat: sesuatu yang baru
a. bentuk
b. bahan
c. warna
d. teknik

Agar
a. mencari : menggali, mengumpulkan
b. menemukan : mendapatkan
c. membuat : mewujudkan

Kendala
a. kurang motivasi
b. malas
c. takut
d. tidak dihargai
e. tidak percaya diri

Sumber
a. Lingkungan sekitar
b. Diri sendiri

Inspirasi
a. melihat
b. membaca
c. mengalami

Tujuan
a. olah jiwa
b. sosial

Selasa, 21 April 2009

8 Spirit Membaca

Saat ini saya ada diperpustakaan Kota Malang, di Jalan Ijen. Setiap kali saya berkunjung puluhan orang dari penduduk kota MAlang ada di perpus. Salah satu aktivitas menonjol adalah membaca buku. Akalau ada yang internetan hanya beberapa saja. Tetapi yang dominan adalah membaca.
Mulai anak kecil sampai mbah-embah. Semua membaca.
Selain itu ada juga aktivita mencatat.
Saya mendapat inspirasi tentang spirit membaca. Saya tidak tahu apakah orang-orang didepann saya mendapatan spirit membabaca apakah mereka menyadari bahwa ada spirit dari sebuah aktivitas membaca ?
Saya mendapat spirit membaca adalah sebagai berikut :
1. membaca itu mendengar
2. membaca itu makan
3. membaca itu mengisi
4. membaca itu jalan-jalan
5. membaca itu mengasah
6. membaca itu mengikis
7. membaca itu mencari
8. membaca itu memnggarami

itulah spirit membaca. Semoga spirit ini sedikit mencerahkan. Anda pun saat ini sedang mendengar saya, makan pikiran saya. Mengisi pikiran anda, jalan-jalan ke kota malang, mengasah imajinasi anda, mengikis keegoan, mencari yang anda cari, menggarami pikiran agar lebih terasa.
selamat membaca.. teruslah membaca

Perpus Malang,21 April 2009, 14.30

8 Spirit Menulis

Menulis menjadi hal biasa. Karena hal biasa orang mulai kehilangan spirit menulis. Menulis dimakna sebagai aktivitas mencurahkan, membahasatuliskan ide, gagasan, gambaran, angan-angan. Kegiatan ini sejatinya memiliki nilai yang dahsyat. Hanya tidak sediki orang mengalami masalah dengan kegitan tulis-menulis.
Salah satu kendala adalah sulitnya memulai. Huruf apa yang mau di tulis. Lalu, huruf apa kemudian, dan kalimat serta paragraf.
Saya menemukan spirit menulis kaitan dengan hal-hal diatas.
1. Menulis itu berbicara
2. menulis itu memasak
3. menulis itu membentuk
4. menulsi itu melempar
5. menulis itu mengendalikan
6. menulis itu mendaki
7. Menulis itu menjembatani

Saya masih belum menguraikan satu per satu. Ini tadi tadi saya dapat secara cuma-cuma. Maka segera saya ikat agar ide cuma-cuma ini tidak segera hilang percuma.
Selain menulis juga saya dapat, spirit membaca...

21 April 2009

Senin, 20 April 2009

Merajut Citra Diri

Publikasi Bupati Disoal. Dana publikasi atau pencitraan Bupati Blitar Herry Noegroho mulai menuai kritik. Beberapa kalangan mempertanyakan sumber dana pencitraan tersebut setahun bisa menelan Rp 200 juta, atau rata-rata Rp 50 juta per triwulan (h. 7). Ada juga judul lain, Sisyantoko : Pelopor Konservasi Modern Dengan Mikrohidro. .. Pria itu bukan hanya peduli terhadap kelangsungan ekosistem dan biota air, tapi juga aplikasi menjaga kondisi lingkungan dengan penerapan teknologi tepat guna yang dapat langsung dirasakan masyarakat (h. 9). Kedua berita tersebut bersumber dari Surya Senin, 30 Maret 2009.

Kedua judul tersebut menarik untuk dicermati. Ditengah arus modernisasi salah satu ciri yang menonjol adalah soal citra diri. Setiap individu menginginkan citra dirinya diakui oleh publik. Citra diri menjadi hal penting, berdasar kebutuhan manusia menurut Teori Maslow, salah satunya, aktualisasi diri. Yaitu, kebutuhan manusia agar leberadaan diri diakui oleh orang lain. Citra diri ada yang positif ada yang negatif. Citra diri positif dimaknai sebagai hal-hal baik atau tinggi yang dilihat, diketahui oleh publik. Citra diri negatif dimaknai sebagai individu yang “rendah”, miskin, tak mampu, orang biasa-biasa saja.

Ada banyak cara agar citra diri terbentuk sehingga menjadi “bangunan” diri positif di mata publik. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, Silsilah. Metode yang dipakai berdara keturunan. Yaitu menggunakan garis keturunan dari orang tua. Orang tua yang berasal dari golongan ningrat atau bangsawan maka dalam diri seseorang melakat citra diri. Citra diri ini diperoleh secara otomatis. Seperti penggunaan “label” Raden, atau Roro.

Selain dari keturunan, ada juga metode yang dipakai adalah pernikahan. Salah satu pihak baik laki-laki atau perempuan menikah dengan lawan jenis yang berasal dari keluarga kalangan berada atau bangsawan, pihak lain dari kalangan dibawahnya. Sehingga bagi pihak yang berada dari kelas yang rendah, maka citra dirinya pun mengalami mobilitas vertikal, statusnya meningkat.

Berkaitan dengan daya tahan citra diri di tengah arus modernisasi yang maju pesat, cara ini sangat tergantung dengan dinamika sosial masyarakat. Jika masyarakat kental dengan latar belakang keluarga menjadi penentu maka metode ini masih bisa langgeng. Tetapi, jika masyarakat mulai kurang memperhatikan latar belakang keluarga maka citra diri dengan cara ini lambat laun pasti tersisihkan bahkan ditinggalkan. Saat ini mulai sedikit orang yang menggunakan nama Raden Mas, atau pun Roro di depan nama.

Dengan perubahan yang pesat pula maka cara ini menghapi tantangan yang makin berat. Makin beratnya karena orang mulai sadar bahwa latar belakang keluarga munjadi faktor yang tidakmenentukan citra diri seseorang. Maka waktu-waktu ke depan makin sulit mendapatkan orang yang sederajat dalam citra dirinya. Bagi orang menganut paham ini sungguh sulit untuk bertahan pada prinsipnya. Maka solusi yang bisa diambil adalah mulai menggeser paradigma dinamika sosial. Yaitu membangun citra diri yang tidak berdasarkan latar belakang keluarga.

Cara kedua, Instan . Citra diri yang dibangun dengan cara instan adalah dengan menggunakan media. Media yang paling ampuh tapi cepat untuk membangun citra diri dengan publikasi. Publikasi yang dilakukan adalah memanfaatkan media cetak, audio-visual . Cara ini tepat karena manusia modern memiliki ketrgantuangan yangtinggi terhadap media. Baik lewat poster maupun spanduk dengan menampilkan dirinya di hadapab publik. Entah di pinggir jalan maupun dengan membentangkan spanduk di atas jalan raya. Belum lagi faktor penempatan letak, di area yang banyak dikunjungi orang, diperempatan jalan, dipersimbangan atau di daerah fasilitas publik.

Cara lainya melalui media adalah lewat media elektronik. Siapa yang bisa menguasi media elektorik maka sekian juta orang melihat citra diri. Media elektronik bisa menampilkan citra diri sesuai dengan kehendak diri. Sisi-sis kebaikan bisa dengan leluasa ditampilkan kepada publik. Tujuannya agar publik tahu betul sisi kebaikan. Sehingga citra diri melekat pada mata, dan pikiran publik. Belum lagi media cetak.

Kesadaran bahwa masyarakat mulai butuh membaca koran, maka media ini sangat strategis. Citra diri bisa dibangun lewat media cetak. Hanya media cetak hanya gambar yang mati. Beda dengan media elektronik gambar bergerak, “hidup.” Nampak menjadi sarana yang tepat untuk membangun citra diri. Bisa satu halaman “dibeli” hanya untuk menampilkan citra diri. Dan, bisa ditampilkan beberapa waktu. Demikian pula untuk media elektronik bisa ditayangakan sekian detik dan beberapa kali lalu pada jam berapa.

Cara ini sangat efektif terkait dengan jangkuan publik yang akan terbangun terhadap citra diri. Itu semua seiring sejalan dengan biaya yang mesti dikeluar. Bagi yang memiliki dana maka berapa pun, dikeluarkan dari kocek demi pencitraan.

Pencitraan dengan model ini bertahan sesuai dengan dana yang tersedia. Mengapa ? Karena berkaitan dengan lama dan berapa kali penayangan baik di media cetak maupun elektronik. Semakin lama dan sering penayangan maka publik, pencitraan diri makin melekat. Sisi negatif dari model ini daya tahannya seirama dengan dana yang ada. Jika ada terbatas maka pencitraan diri berhenti dan selesai. Maka model ini pencitraan dirinya bersifat sementara.

Karena betsifat sementara maka tantangannya adalah biaya publikasi yang makin mahal. Sehingga mahalnya biaya pencitraan seiringan dengan kelangsungan pencitraan. Biaya tayang di media elektronik mahal. Karena jangkauannya luas dan menyebar. Hampir di setiap rumah pasti ada media elektronik. Bahkan dalam satu keluarga banyak yang memiliki lebih dari satu media elektronik. Ini makin menambah mahal biaya publikasi.

Juga media cetak. Biaya kertas yang mahal ikut mempengaruhi meningkatnaya biaya publikasi di medua cetak. Yang membedakan media cetak dengan elektronik tentunya dalam hal penggambaran. Media cetak gambarnya “mati” (tidak bergerak), sedangkan media elektronik gambarnya “hidup” (bergerak). Itu pula yang menyebabkan pencitraan media elektronik lebih mahal daripada media cetak.

Solusi yang dapat dilakukan dalam pencitraan diri lewat cara instan adalah menambah modal untuk pembiayaan pencitraan diri. Jika tidak cukup dana maka pencitraan diri berhenti, dan terlupakan publik.

Perjuangan merupakan cara ketiga dalam upaya pencitraan diri. Dalam jaman modern, setiap orang berlomba dalam pencitraan diri. Mulai anak-anak sampai orang dewasa bahkan orang tua. Makin banyak ajang festival, atau pun kompetisi yangdiadakan oleh media elektronik. Mulai dari lombamenyanyi sampai dengan membuat makanan aneh. Itu semua merupakan cara untuk pencitraan diri.

Bagaimana caranya? Siapa yang menjadi pemenang itulah citra diri seseorang berkaitan dengan produk tertentu. Para pemenang tentulah yang terbaik dari sekianbanyak peserta. Dan mampu menampilkan performence yang jauh lebih baik dari lawan-lawannya. Itulah yang menyebabkan ajang kompetsi menjadi hal menarik dalam proses pencitraan diri.

Dalam ketahanan pencitraan diri, cara ini sangat tergantung kontrak kerja. Setiap pemenang tentu memasuki tahapan kontrak dengan produk tertentu. Maka pemenang diwajibkan aktif mencitrakan diri sesuai dengan produk tertentu. Jika masa kontrak habis maka pencitraan diri pun selesai dan tergantikan pemenang lain.

Cara yang dapat ditempuh agar pencitraan diri model perjuangan bertahan lama yaitu kolaborasi. Kolaborasi antara pemenang lama dengan pemenang baru. Tujuannya agar pemenang lama terus dilibatkan pencitraan diri.

Cara keempat yang dapat dipakai sebagai pencitraan diri. Model ini dilatarbelakangi pemikiran bahwa perbuat baik dan bermanfaat bagi hidup orang lain dan diri sendiri. Ini yangmembedakan diantara model sebelumnya. Yang dilakukan berdasarkan refleksi kondisi sekitar. Lalu memunculkan ide “bagaimana saya dapat berbuat sesuatu”. Inilah yang menjadi pendorong berbuat baik dan bermanfaat bagi kelangsungan hidup.

Karena berkarya dengan niat baik dan bermanfaat maka awalnya membutuhkan kerja keras bahkan seorang diri. Karena bisa jadi oleh orang sekitar sebagai tindakan “gila” “edan”. Tetapi itulah kejelian dan kecermatan kondisi sekitar yang membutuhkan karya baik dan bermanfaat.

Manfaat yang menyangkut kelangsungan hidup dan dirasakan orang banyak maka melekat dalam diri individu atas suatu karya. Dan setiap orang dapat melihat, merasakan karya baik tersebut. Maka melekat kuat dalam benak setiap orang di sekitarnya. Banyak orang yang mendapat manfaat meski lambat namun pasti, orang yang dulunya tidak percaya mulai mengakui bahkan memberikan penghargaan.

Penghargaan itulah sebagai tanda dari pencitraan diri. Pencitraan diri dengan karya baik dan bermanfaat merupakan bukti otentik dan nyata yang bertahan lama.

Namun kendala yang dihadapi adalah tantangan yang makin berat. Hambatan dan persoalan makin kompleks. Meski kendalam berat namun perjalan membuktikan mampu mengatasi, menyelesaikan rintangan selama berkarya. Maka mentalnya yang terbangun kuat karena telah mampu menyelesaikan hambatan dengan berbagai macam cara.

Maka jika ada kendala bukan hal baru bahkan asing, karena sudah terbiasa. Solusi dalam menghadapi adalah terus dan terus berkarya maka secara langsung proses pencitraan diri “hidup”.


Penutup
Silahkan diamati citra diri yang saya rajut termasuk tipe yang mana. Atau mau menambahi tipe merajut ditra diri yang lain ? Monggo ...