Rabu, 24 Oktober 2007

Menulis Renungan

Bisakah saya menulis renungan ?

Itulah pertanyaan dari teman-teman, guru, mahasiswa, murid dan teman gereja. Renungan dalam konteks ini adalah renungan rohani. Ingat bahwa manusia makan tidak hanya dari roti tetapi makan dari setiap sabda atau firmanKu (Allah). Semakin bermunculan buku renungan hendaknya dipandang sebagai hal kesadaran dan “kehausan”umat, jemaat.Kesadaran untuk dekat dengan Sang Firman, Sang Sabda. “Haus”akan Sang Air Kehidupan melalui buku renungan harian.

Mencermati semakin brutalnya manusia maka dapat dijadikan tonggak atau moment karya Allah di dunia melalui buku renungan harian.

Setiap manusia memiliki pengalaman rohani dan dengan mudah pula memberikan kesaksian kepada sesamanya. Tetapi mampukan membuat renungan ? Maka secara perlahan dari kita mundur satu persatu. Apakah tidak bisa ? Setiap orang bisa membuat renungan,bukankah Allah sudah memberi segala “modal” untuk karya penyelamatan ? Semua sudah ada dan tersedia. Yang diperlukan adalah belajar memulai. Untuk belajar maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dicermati sebagai berikut

Ilustrasi

Untuk masuk dalam suatu materi renungan akan lebih baik jika diberi ilustrasi. Ilustrasi ini berfungsi sebagai pengantar, prologdari sebuah renungan. Ilustrasi diusahan yang selaras dengan materi renungan. Tujuan yang hendak ingin dicapai bahwa pembaca sebelum masuk lebih dalam sudah memiliki awal renungan. Ilustrasi yang baik tanpa disadari oleh pembaca akan dibawa pada suatu pokok renungan yang hendak dipergumulkan.

Untuk itu penulis renungan perlu memiliki perbendaharaan peristiwa atau sesuatu yang dapat dipakai sebagai ilustrasi renungan. Ingatan terhadap sesuatu penulis sangat dibutuhkan terlebih lagi kemampuan menghubungan suatu kejadian dengan materi renungan.

Hal tersebut dapat dicapai jika calon penulis renungan melatih kecermatan dan kepekaan suaru peristiwa dengan peristiwa lainnya sehingga dapat menghubungkan dan memiliki makna yang dalam.

Fakta

Dalam suatu renungkan perlu disajikan sebuah fakta. Fakta diambil dari kehidupan sehari-hari. Fakta inilah yang hendak diangkat menjadi bahan renungan.Fakta sosial dapat diambil baik dari media cetak maupun media elektronik.

Setiap saat kita menerima informasi baik itu positif maupun negatif. Dan informasi tersebut merupakan sebuah fakta yang dapat dijadikan bahan renungan. Fakta sosial tidak terhitung jumlahnya untuk itu perlu dipilah dan dipilih yang hendak dijadikan bahan renungan. Setiap informasi dapat dijadikan fakta.

Refleksi

Pencarian makna dari sebuah fakta sosial menjadi sangat penting dalam renungan. Pencarian makna dapat dicapai ketika dapat penulis mampu menangkap dan menyajikan bagi pembaca. Pencarian makna merupakan proses terus-menerus. Bagi penulis dimana pun tempat dan kapan pun akan menjadi sarana berproses dalam rangka pencarian makna. Pencarian makna tidak terjadi secara mendadak tetapi merupakan proses tiada henti.

Mencari makna dan menyajikan kepada pembaca merupakan hal yang tidak mudah tetapi ketika sekali kita dapat menangkap “pesan”maka dengan mudah kita ingin mencari dan mencari.

Tentu saja dalam refleksi ini “roh”yang dipakai adalah roh,semangat Kristiani. Pesan apa yang hendak disajikan kepada pembaca kionteksnya adalah Kristiani. Refleksi sangat penting dalam menulis renungan karena penulis ingin membagikan kepada pembaca.

Penutup

Dalam penutup penulis memberikan penekanan Dapat berupa seruan, ajakan, himbauan, atau instropeksi diri bagi pembaca atau lainnya. Sekali lagi penutup bagi penulis renungan merupakan pesan akhir bagi pembaca.


Itulah empat hal yang perlu ditampilkan dalam suatu renungan. Dan empat hal tersebut hendaknya saling terkait satu dengan lainnya. Namun ada satu hal lagi yang menjadi dasar membuat renungan yaitu: ayat emat,ayat kunci.

Dalam sebuah perikop penulis perlu memilih ayat mana yang hendak dijadikan pijakan dalam membuat renungan. Ayat itulah yang dinamakan ayat emas,ayat kunci. Sehingga penulis dapat dikatakan mewakili pergumulan masyarakat atau pembaca dalam menjalani kehidupan ini. Maka penulis sangat perlu memilih ayat emas tersebut. Dan ayat emas inilah yang nantinya dijakan bahan renungan. Kemampuan meramu dan merangkai sangat dibutuhkan dalam membuat renungan.

Terakhir yang mesti diusahakan adalah berdoa. Berdoa mohon pimpinan Roh Kudus dalam membuat renungan agar dimampukan dan diberi penerangan Roh Kudus. Karena penulis (manusia) penuh dosa dan kelemahan maka mohon ampun agar dilayakkan membuat renungan sehingga menjadi berkat bagi pembaca.

Hal-hal diatas semoga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dan keinginan sobat-sobatku dan para pembaca budiman tentang menulis renungan rohani. Semoga bermanfaat dan menjadi berkat bagi Anda sekalian.

Tidak ada komentar: