Senin, 11 Februari 2008

Gagal, Bukan Kriminal

GAGAL itu bodoh !. Gagal itu tidak layak hidup ! itulah lebel sosial yang diberikan masyarakat kepada orang yang gagal. Gagal dalam hal apa pun. Terlebih dijaman makin kompetitif, orang berusaha tidak mau gagal. Sehingga munculah budaya ngompas menurut Koentjaraningrat. Bahkan dikalangan tertentu gagal itu adalah kejahatan yang pantas dipidanakan lalu dipenjarakan. Karena memalukan. Karena mencemarkan nama baik.

Adakah hal positif yang didapat dari suatu kegagalan. Kegagalan sejatinya adalah tidak tercapainya suatu tujuan tertentu. Jika Anda memliki paradigma Gagal adalah Tindakan Kriminal, silahkan mencermahti hal-hal dibawah ini :


Tidak Menghentikan
Gagal merupakan satu fase dalam perjalanan mencapai tujuan. Komitmen dalam pencapian tujuan itulah yang dapat meneruskan perjalanan. Gagal di tengah perjalanan hendaknya tidak menghentikan komitmen. Memang ada seribu satu alasan pembenar untuk menghentikan perjalanan dari fase kegagalan. Namun alasan pembenar sebagai upaya menghentikan perjalanan itulah yang mesti dikikis. Bagaimana puh untuk ketujuan perlu biaya.

Biaya untuk Berhasil
Bagaimana cara mengikis seribu satu alasan pembenar mengehtikan perjalanan mencapai tujuan. Tanamkan dalam pikiran dan hati bahwa “untuk mencapai tujuan perlu biaya.” Biaya tidak hanya tersedianya sejumlah uang untuk memenuhi segala keperluan. Biaya dalam artian tidak terbatas adalah gagal. Jika mengalami kegagalan tanamkan dalam diri bahwa kegagalan itulah biaya mencapai tujuan. Pencapian tujuan perlu biaya. Gagal adalah salah satu biaya yang mesti dipersiapkan dan telah melakukan sesuatu.

Telah Melakukan
Selain membayar pencapaian tujuan dengan gagal, masih ada yang lain. Yaitu telah melakukan. Biaya “telah melakukan” ini perlu dicatat dengan baik. Mengapa ? Karena gagal merupakan satu bukti nyata bahwa perjalanan pencapaian tujuan telah berjalan, telah melangkah. Bukan hanya angan-angan, keingin saja tetapi telah berjalan. Gagal satu bukti telah melangkah. Kegagalan bukanlah langkah terakhir.

Bukan Akhir
Karena gagal merupakan satu fase maka gagal secara keseluruhan bukanlah akhir pencapaian tujuan. Namun, sayang tidak sedikit orang beranggapan bahwa gagal merupakan akhir segalanya. Padahal tidak demikian. Orang yang memiliki pandangan gagal merupakan akhir segalanya adalah orang paling egois. Hanya melihat dari sudut pandang dirinya sendiri tidak mau melihat dari sudut pandang yang lebih luas. Yang mesti dicermati ada musuh nomor satu.

Musuh Nomor Satu
Takut gagal merupakan musuh nomor satu, bahkan disebut bahaya laten. Takut. Ini satu kata yang paling keji. Karena dapat menghentikan kehendak, kemauan untuk pencapaian tujuan. Takut gagal. Perlu diupayakan dikikis sejak usia dini. Namun jika sejak dini sudah ditanam benih takut gagal maka perkembangan seseorang akan menghadapi kendala di masa mendatang. Yang perlu disadari ada cara lain.

Cara Baru Muncul
Sisi lain yang belum disadari dengan kegagalan adalah munculnya cara baru. Cara yang sebelumnya terpikirkan dengan menglami kegagalan maka orang akan menukan cara untuk mencapai tujuan. Ini sungguh hal yang menarik. Dari yang belum terpikir menjadi muncul pemikiran baru. Membiasakan bukan hanya hal positif tetapi kegagalan dalam artian positif juga perlu pembiasaan.

Membiasakan
Tanpa disadari, gagal juga menumbuhkan kebiasaan baru dari yang sebelumnya. Membiasakan gagal akhirnya membuat seseorang untuk berinovasi. Seperti iklan “inovasi tiada henti” . Tanpa kebiasaan, tanpa membiasakan diri maka orang tidak akan menemukan hal baru. Hal positif dari gagal yaitu jadi hebat.

Jadi Hebat
Apanya yang jadi hebat, gagal ko’ dibilang hebat ?! Kehebatan seseorang dilihat bukan karena tidak pernah gagal. Tetapi seberapa sering dia bangkit setiap mengalami kekegalan. Ini yang perlu dihargai. Karena jika gagal lalu berhenti maka itu hal yang biasa tidak ada hebatnya. Namun jika seseorang berani gagal lalu bangkit untuk memulai lagi perjalanan untuk mencapai tujuan itu yang hebat !! Sisi humanismenya adalah rendah hati.

Cara Rendah Hati
Tidak ada cara yang dapat merendahkan hati seseorang tanpa mengalami kegagalan. Kegagalan membuat seseorang untuk lebih berinbtrospeksi. Butuh berapa banyak kegagalan agarseseorang dapat merendahkan diri. Setiap orang memiliki ukuran yang berbeda untuk mencapai kerendahan hati. Tetapi momen yang paling tepat adalah kegagalan. Karena dengan mengalami kegagalanlah seseorang bisa merendahkan hati. Dan, setiap orang bisa.

Setiap Orang Bisa
Peristiwa gagal mencapai tujuan sejatinya bukan semata milik kelas sosial tertentu. Latar belakang pendidikan tertentu. Tetapi siapa pun, dan apapun latar belakang serta bagaimana pun keadaanya seseorang sangat mungkin mengalami kegagalan. Mulai yang kaya sampai yang paling miskin pernah gagal. Mulai rakyat biasa sampai yang punya jabatan tertinggi sekalipun pernah gagal. Jadi gagal adalah miliki setiap orang. Juga, gagal adalah guru yang paling kejam.

Guru yang Kejam
Ini yang paling mengerikan. Gagal adalah guru paling kejam. Tidak main-main memang. Gagal berarti hancur. Gagal berarti kalah. Gagal berarti…dipandang sebelah mata oleh orang lain. Mana ada orang yang mau melihat jika seseorang mengalami kegagalan. Sangat mungkin orang yang gagal mengalami stres berkepanjangan. Orang mengurung diri secara terus menerus. Gagal merupakan guru. Yaaa… kegagalan adalah guru menuju sukses.

Sisi Lain Sukses
Terima kasih gagal. Tanpa gagal tidak mungkin saya seperti sekarang. Tanpa saya mengalami kegagalan tidak mungkin saya sebahagian saat ini. Memang kegagalan adalah sisi lain dari kesuksesan. Keberhasilan. Kegagalan dan sukses selalu seiring sejalan. Secara nyata gagal dan sukses saling bermesraan. Dimana ingin sukses, gagal selalu menyertai di sisi lain. Untuk gagal kedua sakitnya berkurang.

Sakit Kedua berkurang
Karena kegagalan yang kedua tentu rasanya sudah berkurang. Bahkan menantang seseorang untuk terus dan terus mencari menemukan rasa tantangannya. Pencapaian tujuan dan gagal yang pertama jauh lebih sakit. Tetapi gagal yang kedua orang mulai terbiasa. Namun ini yang memacu seseorang untuk terus maju melangkah mencapai tujuan meski siap menerima kesakitan meski tidak terasa menyakitkan lagi. Ini jika dipelihara dapat menghalangi potensi berkembang.

Menghalangi Potensi
Seseorang yang takut sakit karena gagal sama juga menutup potensi diri. Gagal dapat menghentikan aliran energi yang terus mengalir dalam diri. Potensi diri terus mengalir tetapi karena takut gagal maka secara ekstrem potensi terhenti dengan cepat bahkan mendadak. Maka ini yang sebetulnya menjadi salah satu sumber penyakit yang berbahaya. Potensi yang tidak tersalur karena takut gagal atau gagal lalu berhenti sama juga menutup diri. Rasa khawatir perlu dikurangi agar menemukan arah lain.

Cari Arah Lain
Untuk mencapai tujuan sepanjang yang direncanakan hanya akan menemukan beberapa alternatif jalan. Dan itu yang menjadi konsentrasi melaui jalan-jalan yang sudah ditemukan dan direncanakan. Tetapi sejatinya jalan yang sudah direncanakan tersebut bukan satu-satunya. Sangat mungkin jalan yang direncanakan menemukan kegagalan. Saat menglamai kegagalan itulah akan ditemukan arah jalan lain yang tidak pernah diduga sebelumnya. Dan sangat mungkin jalan yang didapat saat gagal sangat menakjubkan. Tetapi ingat itu merupakan bahan utama.

Bahan Utama
Sepanjang sejarah manusia pencapaian tujuan selalu disertai kegagalan. Kegagalan inilah yang menjadi bahan utama dalam mencapai tujuan. Apa pun tujuan yang ingin diraih, menghadapi kegagalan selalu menjadi topik pembicaraan tersendiri. Apa yang menjadi penyebab kegagalan. Bagaimana cara mengatasinya. Apa yang perlu dilakukan. Jadi untuk mencapai tujuan siapakan diri dengan bahan utama yaitu kegagalan. Disini keberanian seseorang diuji.

Menguji Keberanian
Bahan utama itulash yang akan menguji keberanian mencapai tujuan. Kerbaranian menghadapi kegagalan menjadi hal yang serius disiapkan sungguh. Keberanian sejati bukan hanya berani melawan yang lebih lemah atau kuat. Tetapi keberanian sesungguhnya adalah berani menghadapi kegagalan. Dari sini pula siapa diri kita seungguhnya nampak.

Jati Diri
Karena dari keberanianmenghadapi kekegalan itulah akan diketahui siapa diri kita sesungguhnya. Bagaimana diri kita sejatinya. Kegagalan akan memebentuk watak, kepribadian, pola pikir yangsesungguhnya. Kalau kita berhenti karena gagal bahkan takut gagal maka jati diri perlu dilatih lagi. Membentuk watak dan kepribadian yang dapat dilatihkan adalah menghadapi kegagalan dalam pencaian tujuan. Tingkat kreatifitas seseorang akan nampak.

Kreatif
Identitas diri yang terbentuk dari keberanian menghadapi kegagalan secara tidak langusng memebuat seseorang lebih kreatif dibandingkan dengfan yang lain. Karena orang yang berani menghadapi kegagalan tentu memiliki segudang pengalaman yang tidak dimiliki oleh orang lain. Yangmungkin orang lain berjalan sesuai dengan logika-logika tertentu. Tetapi bagi orang yang pernah gagal tentu akan menemukan logika tersendiri yang mungkin tidak logis tetapi mengena. Karena akan dipersiapkan untuk menerima tanggungjawab lebih.

Siap Menerima Lebih Berat
Belum tercapai tujuan seperti yang diharapkan, maka diperlukan persispan yang lebih matang. Karena akan menerima tanggungjawab yang lebih berat. Yaitu mengawali perencanaan dan tindakan yang diperlukan. Namun tidak berhenti disitu. Karena perlu tindakan yang tidak sama dengan yang sebelumnya. Perlu pendekatan yang berbeda pula. Kalau pendekatan sama dengan sebelumnya maka jelas tidak sampai tujuan lagi. Inilah yang memerlukan kesiapan lebih berat. Kesempatan untuk memperbesar kapasitas.

Memperbesar Kapasitas
Karena memelukan pendekatan yang berbeda maka tidak ada hal yang perlu dilakukan selain memperbesar kapasitan energi. Memperbesar kapasitas energi perlu ditambah lebih besar lagi. Pertama, energi diperlukan untuk menetralisir rasa down. Bagaimana pun juga ini perlu energi. Kedua, energi untuk memulihkan rasa down. Ketiga energi diperlukan paling tidak untuk satu langkah ke depan, melihat peluang yang masih ada. Energi paling tidak diperlukan untuk ketiga hal di atas. Maka itulah pentingnya memperbesar kapasitas. Dalam hal yang paling tidak mengenakkan ada manfaatnya.

Mengambil Manfaat
Dari tidak tercapainya tujuan dari rencana semula, tentu ada manfaat yang dapat diambil. Untuk dapat menemukan manfaat dari tidak tercapainya tujuan adalah segerala untuk bangun, bangkit. Secepatnya bangkit untuk melangkah lagi. Tidak perlu berlama-lama larut dalam kepedihan, kekecewaan karena tidak tercapainya tujuan. Masih banyak hal positif yang dapat ditemukan. Jika mau, pasti memperoleh manfaat.

Pasti Memperoleh
Sekecil apa pun manfaat pasti akan memperoleh hal yang sangat menarik. Hal sepele dalam keadaan down tentu akan menambah energi yang luar biasa. Hal sepele yang ditemukan pasti akan menghasilkan hal yang luar biasa. Lebih sering hal sepele menghasilkan keluarbiasaan disaat down. Ide-ide cemerlang yang tidak terpikirkan sebelumnya akan muncul disaat-saat down. Pengakuan juga menjadi kunci.

Mengakui
Kedewasaan untuk menerima dan mengakui bahwa down ini sangat penting dan mendasar. Karena tanpa mengakui maka selamanya proses pencapaian tujuan tidak akan sampai. Yang ada dalam pikiran adalah penyebab tidak tercapainya adalah faktor luar bukan dari dalam. Mengakui keterbatasan sungguh menghasikan energi berlipat ganda. Mengkaui kelemahan akan mengdatangkan hal positif dalam proses menuju pencapaian tujuan. Pencapaian tanpa panduan akan tersesat.

Panduan Masa Depan
Perasaan kecewa, dari pengalaman di masa lalu yang menyakitkan tampaknya perlu segera di kurangi. Terlalu lama larut dalam rasa kecewa sungguh menguras energi yang masih diperlukan. Lebih baik menghambil pelajaran dari masa lalu dengan mengkombinasikan dengan pencapaian orientasi yang makin jelas tentu lebih bermanfaat. Pengalaman masa lalu sangat berguna sebagai panduan untuk melangkah di tahapan selanjutnya. Bukannya hal yang sia-sia tetapi justru dapat membantu mempercepat pencapaian tujuan. Dan sangat mungkin waktu yang diperlukan lebih singkat dari pada proses tanpa belajar dari penglaman yang menyakitkan. Mau belajar adalah jaminan untuk maju.

Jaminan
Bermodalkan pengalaman masa lalu, dengan memperispan dengan sungguh maka ada jaminan bahwa pencapaian tujuan segera tercapai. Tentu tidak mau karena hal sama menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan. Inilah yang menjadi jaminan. Kemajuan setahap demi setahap tentu menjadi jaminan semakin dekat jarak menuju tujuan. Tetesan keringat mampu mengharumkan.

Mengharumkan Kesuksesan
Pencapaian tujuan yang tanpa disertai perjuangan yang melelahkan itentu kurang berasa. Jika pencapaian tujuan seperti garis lurus. Namun berbeda jika pencapaian tujuan berpola garis yang carut marut. Tentu pencapaian sangat berkesan, ibarat bunga harum semerbak aromanya. Dan, itu memiliki kesan yang sangat mendalam bukan oleh diri sendiri. Tepai bagi orang lain. Fase kegagalan mengharumkan ketercapaian tujuan. Berpikirlah positif, ada cara!

Belum Menemukan Cara
Jika dalam matematika ada rumus untuk menyelesaikan soal. Demikian pula dalampencapian tujuan, tentu memiliki cara. Belum tercapaian suatu tujuan sangat mungkin penyebabnya adalah belum ditemukan cara yang “pas” untuk mencapai tujuan. Untuk menemukan cara yang “pas” tidak jatuh dari langit. Tetapi perlu mengalami berbagai macam fase. Dari berbagai fase itulah, cara yang “pas” dapat ditemukan. Gagal lebih kecil dari diri Anda dari kehidupan Anda.

Bagian Kecil
Hal lainmengapa tidak perlu terlalu larut dalam kesedihan karena tidak tercapainya tujuan. Fase tersebut adalah bagian kecil dalam seluruh rangkaian kehidupan. Fase tersebut merupakan salah satu bagian dari fase-fase yang masih perlu dilalui. Fase tersebut hendaknya tetap menyatukan seluruh rangkan yang utuh kehidupan. Terlalu besar pengorbanan yang didapat jika fase tidak tercapaian tujuan menghacurkan, bahkan meluluhlantakkan rangkaian utuh kehidupan. Sungguh fase tersebut terlalu kecil jika sampai menghanguskan kehidupan yang masih sangat panjang. Jadi ambilah saripati kegagalan.

Batu Loncatan
Lebih baik, fase tersebutdipakai sebagai batu loncatan untuk mencapai yang lebih tinggi bahkan lebih mulia dariyang sebelumnya. Penjelasan diatas sungguh dapat meningkatkan semangat untuk dipakai sebagai modal menekan yang lebih kuat agar lonacatan semakin tinggi. Sangat disayangkan jika fase tersebut sampai membuat diam bahkan jatuh tersungkur. Lebih baik dipakai sebagai pijakan, dipakai sebagai titik balik mengapai cita-cita.

Semakin jelas bahwa kegagalan tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan kriminal. Seperti pendapat filsuf Montaigne “Gagal bukan kejahatan.” Bahkan penulis mengucap terima kasih karena pernah gagal hingga bisa menuliskan ini. Terima kasih KEGAGALAN. Karena saya bisa lebih maju.

Tidak ada komentar: