Senin, 11 Februari 2008

Menulis: Menebar Benih (3)

Jika benih dari tulisan adalah ide dalam pikiran dan unek-unek dalam hati maka bagaimana dengan ladang atau tanah sebagai tempat untuk tumbuh. Ladang dari tulisan adalah kertas. Secarik kertas. Tidakselalu kertas mesti bagus. Bisa kertas kosong sisa yang jelas dapat dipakai untuk menulis. Sangat mungkin potongan-potongan kertas yang terkumpul berisi ribuan benih ide, gagasan.

Sekali lagi kertas merupakan ladang yang siap menerima tulisan ide. Apa pun bentuk kertas, kualitasnya tebarkan ide dalam kertas. Yakinkan dalam diri bahwa kertas siap menerima benih
ide apapun yang akan ditebarkan. Kertas tidak akan protes tentang benih apa yang ditebar tetapi kertas lebih senang karena merasa berguna bagi manusia.

Tanpa kertas manusia tidak dapat membungkus kado, mencatat alamat dan masih banyak lagi yang lain. Untuk itu siap sedia secarik kertas bahkan jika mungkin buku cacatan kecil sebagai ladang berkumpulnya benih-benih ide.

Ide perlu ditanam, ide tidak bisa dibiarkan berlalu jika ingin kecewa untuk itu. Tanam benih itu dalam kertas dalam bentuk tulisan. Tanpa ladang maka benih ide tidak akan pernah berbuah. Juga dengan ladang kertas tidak akan berguna jika tidak dipakai untuk menerima benih ide, gagasan.

Sekali lagi, tebarkan benih itu dalam kertas apa pun bentuk dan wujudnya, bisa agenda, notes atau secarik kertas. Tampaknya menebarkan “benih” dalam kertas merupakan hal sepele atau kecil tetapi apabila kita dengan setia menebar “benih” dalam kertas maka bersiap-siaplah mengalami hal-hal ajaib dari “benih” yang telah ditebar.

Bukankah benih sudah tersedia, saatnya menyiapkan ladang kertas untuk menanam benih. Barang siapa menebar benih, bersiaplah memetik buah. Yakinkan dalam diri bahwa menebar benih tidaklah sia-sia tetapi sebaliknya.Sungguh, camkan hal itu !

Tidak ada komentar: