Senin, 04 Februari 2008

Menulis: Menebar Benih (2)

Saya memulai tulisan ini dengan satu kata “saya” tetapi seperti apa tulisan ini wujudnya saya belum tahu. Tetapi pikiran dan hati saya ingin menyampaikan suatu pesan sederhana melalui tulisan ini.

Menulis itu seperti petani menebar benih di ladang. Entah apa benihnya, bagaimana ladangnya(subur/atau tandus). Yang jelas menulis itu menebar benih ide, gagasan, unek-unek dalam hati dan atau pikiran. Itulah benih yang selalu ada bahkan tumbuh setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik bahkan tak terhitung.

Mengingat begitu cepat ide, gagasan bahkan unek-unek muncul. Jika “benih” muncul lebih sering “benih” itu dibiarkan begitu saja tergeletak. Tetapi suatu ketika “benih” yang sama tersebut muncul kemudian tanpa sadar, hati merasa kecewa dan pikiran berkata “mengapa muncul kembali”. Dan hilang lagi. Kemudian muncul lagi dan terulang beberapa kali.

Kemunculan “benih” yang sama dalam beberapa kali memunculkan pertanyaan besar dalam hati dan pikiran. Dibiarkan saja “benih” itu muncul atau harus bagaimana ? itulah pertanyaan-pertanyaan yang tidak terucapkan bahkan berusaha diredam dan tersimpan rapi dalam hati dan pikiran.

Mulailah dengan membiasakan :menuangkan atau membahasakan dengan kata-kata segala apa yang ada dalam hati dan pikiran. Itu semua benih tulisan. Dan sayang jika benih itu hanya hilang terbawa angin.

Ditebar saja atau ditulisakan saja seperti apa hati dan pikiran ingin katakan, atau apa yang hendak hati rasakan juga otak pikiran ini, ingin mengatakan apa kepada kita.


Ternyata tanpa sadar dengan memulai satu kata terciptalah satu karya tulisan seperti yang telah Anda baca. Mari mulailah menebar benih setiap saat dengan menulis !

Tidak ada komentar: