Senin, 28 April 2008

Air-GCM-121

Saat Anda dan saya dibabtis sebagai tanda murid Tuhan Yesus, air menjadi elemen penting. Pencurahan air ke dalam diri Anda dan saya merupakan simbol kebersatuan dengan Allah Bapa.

Saat haus, air menjadi elemen yang mendasar. Air menjadi pelega di tengah dahaga. Air menjadi penyejuk di tengah kekeringan.

Saat mencuci, air pun tetap menjadi hal penentu. Dikatakan mencuci jika ada air. Air tetap diperlukan.

Saat dehidrasi, pertanda tubuh Anda dan saya kekurangan air. Apa yang terjadi jika hidup tanpa air?

Sebaliknya, apa yang terjadi jika sehari-hari Anda dan saya terendam air. Air ada di mana. Bukan hanya di tengah jalan tetapi di dalam setiap ruang dalam rumah. Jangankan ketinggian air satu atau dua meter. Satu sampai lima sentimeter saja. Apa yang terjadi?

Inilah situasi yang kita lihat rasakan bahkan alami. Air ada dimana dengan gerakan yang menakutkan. Dengan ketinggian yang mengerikan. Air menggenangi kampung, desa bahkan kota, terlebih ibu kota.

Keadaan demikian mengingatkan saya dengan cerita air bah. Tahun 2004 kita “dipertontonkan film Tsunami”, tahun 2008 diputar “film air bah”. Firman tentang air bah dalam Alkitab sungguh-sungguh nyata saat ini.

Allah Bapa sungguh mewujudnyatakan firman-firman-Nya kepada kita semua. Allah Bapa sedang berkarya dalam acara “reality show” bagi kita semua yang makin hari makin jauh dari kehendak Bapa. Kekerasan terhadap sesama manusia makin menjadi-jadi. Perlakuan kita terhadap alam semakin semau gue sendiri. Tanpa mau menjadi alam pun juga milik Allah Bapa.

Bagi manusia air dianggap hal sepele tetapi bagi Allah Bapa, air dapat dipakai sebagai media berkarya Allah Bapa demi mengingatkan, menyadarkan kita semua. Allah Bapa mampu berkarya lewat hal sepele yang dianggap manusia.

Marilah kita mempersiapkan hati, pikiran dan iman Ilahi sebaik-baiknya bagi setiap karya Allah Bapa dalam kehidupan sehari-hari. Amin.

Tidak ada komentar: