Selasa, 11 Maret 2008

Memulai Menulis Tanpa Judul

Ibarat depot, karya penulisan mesti ada nama (baca:judul). Namun proses penentuan judul dalam karya penulisan (artikel, puisi,esai, reportase, cerpen) sangat berbeda dengan menentukan nama depot.

Para pembaca tahunya bahwa karya penulisan sudah jadi siap dibaca sudah pasti “berjudul”. Namun bagaimana proses kreatif sang penulis, pembaca tidak ada yang tahu. Sampai saat ini Penulis belum menemukan teori yang menentukan menuliskan judul terlebih dahulu atau nanti.

Masalah tersebut muncul selama Penulis mendampingi penulis pemula kalangan sekolah menengah atas dalam membuat karya penulisan (Kukuh W., “Awal Menulis dari Ulangan Harian” MATABACA, Februari 2006, h. 39).Kondisi demikian jangan sampai membuat kemadekan dalam proses kreatif penulis pemula, maka perlu terobosan.

Judul
Judul menjadi titik penting dalam menulis. Dengan judul membantu penulis untuk memberikan fokus materi yang dituliskan. Fokus inilah yang membantu agar penulis tidak melenceng dari materi bahasan. Selain itu judul berfungsi sebagai rel dalam membuat karya penulis. Yang namanya rel maka judul menjadikan arah penulis menjadi jelas bagi pembaca. Memang dengan menuliskan judul terlebih dahulu sangat membantu bagi penulis yang sudah memiliki bahan material yang sudah tersimpan dengan baik dalam memory otak

Namun bagi penulis pemula, penulisan judul sejak awal merupakan bencana tersendiri.Mengapa ? Berdasarkan pengalaman Penulis mendampingi para penulis pemula khususnya pelajar sekolah menengah atas, menentukan judul menguras energi yang sangat banyak. Pikiran penulis pemula judul apa yang hendak ditulis itu merupakan kesulitan pertama yang sudah ada di depan mata. Dan otak sudah berputar cepat sementara tangan ini belum menulis satu kata pun. Akibat negatifnya orang (penulis pemula) sudah memutuskan enggan menulis.Alasannya sulit untuk memulainya. Sementara bahan materi sudah tersedia di dalam otak maka terhentilah proses penulisan.

Kesulitan lainnya adalah menentukan kata pertama yang hendak ditulis sesuai atau tidak dengan judul. Karena merasa tidak menemukan kata yang tepat untuk memulai muncullah masalah berikutnya. Masalah tersebut adalah rangkaian kata-kata tidakmunkin dapat tersalurkan dengan baik hal tersebut dikarenakan kata pembukanya saja tidak bisa. Jika sudah demikian mana mungkin tercipta karya penulisan. Ini bisa jadi menjadi penyumbat, penghambat orang memulai menulis. Meskipun kemampuan mengungkapkan secara verbal sangat baik bahkan bagus.


Judul kemudian
Beda halnya mencantumkan judul kemudian. Artinya penulis pemula menuangkan terlebih dahulu bahan materi yang sudah ada dalam otaknya. Analisis, deskripsi dituangkan terlebih dahulu. Memang kelemahan mendasarnya adalah penulis pemula bisa saja tulisannya bias. Penulisan bias terjadai karena tidak kontrol karena merasa keenakan dengan materi yang telah tersedia dalam otaknya.

Bahkan bisa jadi keluar dari materi yang sudah ditentukan sejak awal meski dalam angan-angan. Kondisi demikian bisa jadi menjadi positif karena sekaligus melihat, mengukur kemampuan dalam menulis. Seberapa luas wawasan penulis. Juga, berbagai macam sudut pandang dapat disampaikan saat itu. Toh pembaca berasumsi bahwa penulis masih memberikan deskripsi-deskripsinya kepada pembaca.

Hal ini dapat disikapi dengan keberanian penulis pemula untuk segera mengerucutkan olah pikir penulisannya. Tujuan segera mengecutkan yaitu agar pembaca segera menemukan arah penulis. Materi yang dapat disajikan dalam mengerucutkan karya penulis seperti, bagaimana sikap penulis, tataran normatif yang berlaku,bisa juga, pandangan penulis sendiri terhadap materi tersebut.

Jika model ini yang dipilih kecenderungannya mulai menulis dengan uraian isi terlebih dahulu kemudiaan penulis, pengantarnya menyusul. Secara umum ada tiga kerangka dasar dalam pengantar,isi, penutup. Bagian isi dan penutup sebetulnya materi dalam otak sudah tersedia dengan baik. Namun lebih terkendala dalam pengantar.

Pengantar
Bagian awal ini memang menentukan. Karena menjadi penentu karya tulis menarik dibaca atau tidak, dibaca sampai selesai atau tidak. Sehingga Penulis menyarakan bagi pelajar sekolah menenah atas atau penulis pemula membuat bagian pengantar menyusul. Yang penting bagian isi dan penutup sudah diselesaikan. Pertanyaannya bagaimana dan kapan membuat pengantarnya ?

Bagian pengatar memiliki fungsi mengantarkan untuk masuk ke bagian isi materi penulisan. Lalu hal yang dapat dijadikan pengatar dapat berupa fenomena, gejala-gejala, bahkan masalah-masalah yang memiliki korelasi denga isi karya penulisan. Bila perlu sebelum membuat kalimat pertama pengantar perlu menerung sebagai sarana mengendapkan otak untuk menemukan kalimat yang tepat sebagai pintu masuk dalam sebuah karya penulisan.

Hasil pengamantan dan pengalaman Penulis selama ini menunjukkan penulis pemula lebih “berani” memulai pada bagian isi dan penutup. Dengan pertimbangan orang lebih mudah memulai menulis pada bagian isi dan penutup lebih dahulu daripada bagian pengantar.

Penutup
Sebagai langkah awal bagi penulis pemula, membuat kerangka baik bagian pengantar, isi dan penutup. Kerangkan ini berisi uraian singkat dan global dari seluruh rangkaian. Daripada proses kreatif karya penulisan terhenti gara-gara judul lebih baik menulis terlebih dahulu tanpa judul. Namun tetap perlu diingat, kalau sudah membuat secara lengkap mulai pengantar sampai penutup, tetap menuliskan judul. Selamat berkarya !!

Tidak ada komentar: