Jumat, 14 Maret 2008

Menulis (Tidak) Sulit !

Otak manusia memiliki kemampuan menyimpan luar biasa. Entah suada ada berapa juta kosa kata yang ada di dalamnya sejak balita sampai usia kita saat ini. Dalam otak terakumulasi kata, peristiwa yang kita jumpai setiap saat. Kita melihat saja sudah masuk dalam memori otak kita, terkecuali kita istirahat tidur. Sadarkah kita bahwa itu modal besar untuk menulis ? Betulkah menulis itu sulit jika modal sudah kita punya ?

Proses Menulis
Tidak sedikit orang mengeluh, betapa sulitnya menulis. Hal yang perlu disadari bahwa modal menulis sudah ada sejak kita lahir hingga sekarang. Apa yang kita lihat, segala yang kita baca mulai buku sampai komik merupakan modal dasar untuk menulis.

Dipilah, dari sekian juta pengalaman,kosa kata sampai peristiwa perlu diklasifikasikan sesuai dengan kategorinya. Saat ini bisa jadi kota kata, peristiwa dan pengalaman posisinya tidak teratur dalam otak kita. Untuk itu kita perlu memilah-milah kosa kata sesuai bidang,minat dan kepentingannya. Kosa kata memang ada yang dapat dipakai secara umum tetapi tidak sedikit yang berlaku khusus. Memilah kosa kata pun tidak boleh diremehkan begitu saja bagi penulis. Kalau tidak tepat memilah maka akibatnya fatal. Dengan memilah-milah maka sangat membantu kita dalam menulis.

Dari memilah-milah berdasar bidang, minat dan kepentingan maka memudahkan kita saat menuliskan sebuah kata untuk menggambarkan sesuatu yang hendak kita tulis. Karena menulis merupakan usaha untuk menterjemakan suatu hal dalam bentuk kata-kata. Dalam menterjemahkan perlu ada kemampuan untuk memilih kata mana yang tepat. Dari sekian juta kosa kata tentunya harus kita pilih satu persatu. Pemilihan kata inilah yang sering dikeluhkan oleh para penulis. Karena dari pemilihan kata-kata itulah tulisan memiliki kekuatan.


Proses memilih kata perlu dilatih dari waktu ke waktu. Untuk satu kalimat saja perlu diuji ketepatannya, apakah sudah tepat kata-kata yang tersusun dalam kalimat tersebut ? Adakah yang perlu dihilangkan, diganti atau ditambah. Dalam ini sudah masuk proses merangkat kata demi kata. Satu kalimat merupakan rangkai dari kata-kata. Sedikit banyak peran hati, perasaan dalam memilih dan merangkai kata, perlu dilihatkan. Mengkai satu paragram saja, berarti diperlukan proses merangkai dari kata menjadi kalimat. Merangkai kalimat menjadi paragraf. Merangkai juga didalamnya kombinasi-kombinasi dari kosa kata. Kombinasi pun perlu juga melibatkan perasaan, dan hati. Perasaan dan hati inilah yang menimbang-nimbang kemudian otak yang menentukan pemakaian kata.


Baik kata, kalimat dan paragraf perlu ada korelasinya. Sehingga setiap kata dalam kalimat, kemudian kalimat dalam paragraf wajib ada nilai logis. Nilai logis inilah yang memberi kekuatan korelasi dari tiap-tiap unsur paragraf. Sangat mungkin korelasi hanya terjadi di awal tulisan, di tengah, atau di akhir. Jika terjadi maka dikatakan tulisan tersebut tidak berkorelasi atau tidak logis.

Tuntutan nilai korelasi satu hal dengan hal lain menjadi penting. Dikarenakan salah satu faktor nilai jual tulisan adalah logis. Sepanjang kita mampu membuat korelasi satu peristiwa dengan peristiwa lain ke dalam bahasa kata maka dapat diterima. Meskipun menurut orang lain tidak memiliki korelasi tetapi kita mampu membuat korelasinya dengan pemilihan dan merangkai kata-kata maka bisa diterima oleh pembaca.

Kendalanya inilah yang juga tidak kecil. Selama ini kita cenderung memisah-misahkan satu peristiwa dengan peristiwa. Kita sering menilai bahwa peristiwa tersebut berdiri sendiri. Padahal tidak ada satu peristiswa yang berdiri sendiri tanpa ada keterkaitan peristiwa lain. Mengkorelasikan kata, kalimat dan paragraf sudah masuk ranah analisis. Saling dependensi dalam membuat tulisan antar kata, antar kalimat, dan antar paragraf sangat kuat.

Penulis hebat memiliki kemampuan untuk menciptakan saling dependensinya kata dalam kalimat, kalimat dalam paragraf, paragraf dalam satu naskah tulisan. Kemampuan itulah yang kemudian disajikan kepada pembaca.

Penutup
Proses akumulasi kata ditingkatkan dengan cara membaca sebanyak-banyaknya. Proses memilah ditingkat melalui penajaman, minat, bidang dan kepentingan. Proses memilih kata perlu dilibatkan juga hati, perasaan yang kemudian otaklah yang menentukan. Proses merangkai dilatih hanya dengan cara menulis atau menuangkan pikiran ke bentuk tulisan dalam kertas. Dan proses mengkorelasikan antar kata dalam kalimat, kalimat dalam paragraf, dan paragraf ke dalam satu naskah diasah dengan cara menuliskannya sedikit demi sedikit. Dan kemudian disajikan kepada pembaca. Beres !

Pertanyaannya, dimanakah letak kesulitannya ? Jadi tidak heran jika begitu banyak orang mengklaim,menulis merupakan pekerjaan berat bukan sulit !

Tidak ada komentar: