Kamis, 27 Maret 2008

Ujian-GCM18

Saat duduk di bangku sekolah, setiap orang pasti mengalami ujian. Tujuan ujian di bangku sekolah adalah menguji kemampuan menyerap pelajaran. Jika nilai ujian baik maka seseorang naik kelas.

Ujian dalam kehidupan pun sebetulnya tidak hanya terjadi di bangku sekolah saja, tetapi ujian juga berlaku selama kita menjalin relasi dengan Allah Bapa. Ujian pun diselenggarakan oleh Allah Bapa bagi kita semua. Tetapi apakah kita semua menangkap ujian yang diselenggarakan Allah Bapa.

Allah Bapa menyelenggarakan ujian-Nya tidak di bangku sekolah, tetapi di bangku kehidupan sehari-hari. Setiap saat, dalam segala hal. Ujian yang diselenggarakan-Nya pun sangat bervariatif. Setiap orang mengikuti ujian yang diadakan Allah Bapa, sangat bersifat pribadi. Setiap orang memiliki soal ujian yang tidak sama dengan orang lain. Tujuan ujian yang diselenggarakan Allah Bapa bukan hanya untuk naik kelas. Namun lebih dari itu.

Kami sekeluarga, dalam pertengahan minggu sampai akhir minggu bulan Nopember 2007. Mendapat ujian dari Allah Bapa. Ujian yang kami hadapi adalah tentang Ujian Ekonomi.

Pada awal bulan Nopember 2007 selain mendapat gaji kami juga mendapat berkat ekonomi dari berbagai sumber. Tetapi "aneh". Berkat ekonomi tersebut sudah menipis sampai pertengahan bulan. Dan, kami sekeluarga menjalani hari sampai akhir bulan Nopember 2007 tersebut dengan ekonomi yang sangat terbatas. Saya berserta istri, berusaha mengarahkan hati dan pikiran bahwa ini ujian bagi kita (saya dan istri).

Saat refleksi saya mendapatkan bahwa kondisi tersebut pernah kami alami beberapa waktu lalu. Syukur bahwa kami dapat melewati saat-saat sulit tersebut. Biasa kami dengan mudah membeli apa yang kami inginkan, mau (i). Beli makan, jajan, pakaian dan lain-lain. Sungguh kami dengan mudah memenuhi, tetapi lain saat sekarang.

Kami berusaha mengarahkan bahwa ini ujian bagi kita. Toh kita pernah mengalami sebelumnya dan kita dapat melalui dengan baik meskipun kita harus menekan kemauan dan keinginan kami.

Kami berusaha melewati waktu bukan lagi hitungan bulan atau minggu, tetapi hari. Satu hari saja bagaimana saya (kami) dapat menekan kemauan kami untuk tidak jajan pada hari ini. Biasanya saya dengan mudah mengeluarkan sejumlah uang, namun sekarang tidak bisa. Pertanyaannya, bukan apa yang mau dibeli? tetapi pakai apa mau beli...?!

Sungguh kami sekeluarga menikmati hari lepas hari dengan bersyukur bahwa kami sungguh diuji oleh Allah Bapa. Allah Bapa menyelenggarakan kehidupan kami sekeluarga dengan luar biasa. Allah sungguh-sungguh memampukan kami untuk melewati hari demi hari dengan bersyukur. Allah sendiri yang mencukupkan segala kebutuhan kami meskipun dalam keadaan ekonomi yang sangat terbatas.

Salah satu didikan Allah Bapa dalam ujian ini adalah melepaskan ketergantuangan saya dari handphone, karena pulsa sejak minggu pertama sudah habis. Saya dapat merasakan bagaimana lepas dari ketergantungan handphone. Selain itu kami dididik untuk tergantung kepada Allah Bapa dengan berdoa bersama keluarga setiap pagi sebelum berangkat atau meninggalkan rumah.

Allah Bapa terima kasih untuk ujian yang telah diselenggarakan bagi kami sekeluarga. Terima kasih. Terima kasih. Dan, terima kasih Bapa. Amin.


Tidak ada komentar: