Rabu, 25 Februari 2009

Doa Perlu (juga)



Menurut saya cerita dari film pertama sangat bagus.Film tersebut bisa digunakan untuk memberi masukkan pada pemerintah agar pemerintah tidak membenahi sekolah-sekolah yang ada di kota besar saja.Tetapi sekolah di daerah terpencil seperti yang ada di Kalbar juga perlu di perhatikan dan dibenahi.Karena sudah bertahun-tahun sekolah di Kalbar tersebut belum dibenahi.Jadi pemerintah sangat perlu untuk ke Kalbar melihat langsung dan segeramemberi bantuan.

Tidak ada dana untuk membangun sekolah yg lebih baik.Tidak ada jasa guru pengajar.Dari tahun ke tahun yang mengajar hanya satu orang guru dan hanya bertambah satu orang guru saja.Dan hanya dua guru itu saja yang bergantian mengajar dari kelas satu sd samapi enam sd.

Solusi pemerintah harus langsung ke tempat yang terkena masalh pendidikan tersebut.Karena jika pemerintah tidak melihat langsung maka pemerintah tidak akan mengerti masalahnya.Jadi pemerintah harus langsung ke Kalbar agar mengerti masalah yang dihadapi oleh anak-anak di Kalbar

Saya hanya bisa membantu dalam doa.....Karena saya tidak bisa untuk pergi ke daerah tersebut.Semoga sja pemerintah bisa langsung ke tempat itu dan seger amembenahi sekolah tersebut.




G B U


Jaya


X2-15

Pendidikan di Kalbar--




Kehidupan saudara-saudara kita di pedalaman nun jauh di sana tidaklah senyaman di sini. Di sana belum ada teknologi yang bagus.
Tapi, di samping hal itu, kehidupan di sana juga terasa nyaman karena jauh dari kebisingan.
Di pedalaman Kalimantan Barat, banyak anak yang masih belum bisa sekolah dengan fasilitas yang memeadai. Belum ada guru, tempat dan fasilitas seperti di kota-kota besar. Hal ini disebabkan belum majunya teknologi di pedalaman itu, serta guru belum masuk ke daerah tersebut.
Sebaiknya guru ditambah, jangan hanya terfokus di perkotaan saja, tetapi juga di pedalaman. Fasilitas seperti kursi, meja, buku. papan tulis, dsb juga di supply. Pemerintah daerah juga seharusnya turut memikirkan.
Yang dapat saya lakukan adalah dengan belajar tekun dan rajin. Setelah itu bekerja, dan menghasilkan uang yang banyak. Dan uang itu akan saya gunakan untuk membantu saudara-saudara kita di pedalaman.

riyan/x5/30

Sosialisasi Dalam Masyarakat

Pada zaman dahulu kala perekononian memang masih rendah sekali bahkan sekolah-sekolah yang ada di pedesaan fasilitasnya sangat minim sekali. Mulai dari fasilitas umum sampai fasilitas yang pribadi pun mereka tak mampu untuk memenuhinya. Mereka adalah manusia jadi seharusnya mereka juga mendapatkan yang selayaknya.

Baik pada zaman sekarang maupun pada zaman dulu permasalahannya tetaplah sama yaitu perekonomian dan kurangnya sosialisasi dalam hidup bermasyarakat ini. Pada zaman dulu sekolah-sekolah hanya memiliki dana yang sangat minim bahkan untuk merenovasi sekolah pun mereka tak mampu sehingga mereka harus belajar di tempat yang tidak layak. Seperti atap yang bocor, meja dan kursi yang sudah rusak, suasana di kelas yang tidak mendukung untuk proses belajar-mengajar, dll. Tetapi bedanya sosialisasi di antara mereka pada zaman dulu sudah terjalin dengan baik.

Sekarang kita semua harus bisa saling bertoleransi dan membantu satu sama lain. Contohnya seperti ikut bersosialisasi dengan orang-orang lain, memberikan sedekah kepada fakir miskin, memberikan motivasi kepada anak-anak yang kurang mampu agar dapat mengembangkan bakatnya masing-masing, dll.

Yang dapat kita lakukan sekarang untuk dapat membantu orang-orang yang kurang mampu adalah seperti ikut bersosialisasi dengan orang-orang yang berkekurangan, memberikan motivasi dan inspirasi agar mereka yang berkekurangan dapat mengembangkan bakatnya yang mungkin terpendam, atau memberikan sedekah kepada fakir miskin.

Kita sebagai makhluk hidup memang tidak dapat hidup sendirian di dunia ini karena kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
(Evina /X3/ 15)

LIMBAH TAMBANG RESAHKAN WARGA SEKITAR

Tambang emas adalah salah satu bagian aset penting bagi perkonomian negara.Tetapi haliitu bukan hal baik bagi masyarakat sekitar yang bermukim di sekitar daerah pertambangan.Emas sebenarnya bukan kebutuhan pokok di masyarakat luas.Benda tersebut hanyalah untuk melengkapi kekayaan ataupun memperindah penampilan bila dipakai.Emas memang salah satu benda yang menarik dan indah,harganyapun mahal.Tetapi kemahalan dan kemewahan benda tersebut tak dapat menggantikan kerusakan alam untuk mencari pasir emas yang akan dijadikan emas murni.Dan kerusakan alam tersebut dapat meresahkan warga sekitar,hidupnya menjadi kurang nyaman.
Pembuatan emas tersebut tergolong menyiksa warga yang bermukim di sekitar wilayah penambangan emas.Dalam proses pembuatan suatu emas emas murni harus di tambahkan dengan zat-zat kimia yang cukup berbahaya,dan zat-zat tersebut tidak dibuang di tempat yang khusus tetapi sisa-sisa zat tersebut dibuang seenaknya saja oleh para penambang di sungai yang bersih dengan bebas.Dan limbah tersebut dapat menyebabkan penyakit,karena masyarakat sekitar pembuangan limbah cuci baju,piring juga mandi seseringkali kegiatan tersebut dilakukan di sungai yang terkena limbah.adapula orang yang mengambil air di sungai untuk di konsumsi.Hal itu dapat menyebabkan kematian dan sangat membahayakan bagi masyarakat sekitar penambangan .
Sebaiknya pemerintah lebih mengkhususkan jalur pembuangan limbah dan memisahkan antara pembuangan limbah dengan masyarakat yang bermukim.Para penambang sebaiknya diberikan suatu penyuluhan untuk menumbuhkan kesadarrannya agar tidak membuang limbah tambang sembarangan,dan tidak mengeksploitasi daerah sekitar tambang secara besar-besaran,agar alam tidak menjadi rusak dan hancur,belum lagi bila cuaca buruk.Dan terkadang para penambang juga pemimpin bila sudah mendapat kepuasan dengan mengeruk banyak emas,maka tempat tambang yang sudah terpakai tidak dikembalikan asalnya malah dibiarkan begitu saja.maka dari itu sebaiknya para penambang diarahkan untuk timbul akan ksadaran masing-masing bila merusak maka harus menggembalikan seperti semula.
Mungkin salah satu hal yang saya dapat lakukan dengan menyumbangkan air bersih yang dikirimkan setiap 1bulan 2x.Juga memberi bantuan makanan bagi masyarakat sekitar.Bertemu dengan pemerintah sekitar dengan menggungkapkan pendapat saya agar pemerintah membuatkan jalur khusus untuk memisahkan antara pembuangan limbah dengan sungai yang bersih untuk menanami kembali bibit-bibit tanaman di sekitar tempat pohon-pohon yang rusak atau telah tumbang.Dan dari pohon tersebut dapat diambil kayunya untuk sebagian digunkan membangun rumah dan sisanya dapat dijadikan kerajinan tangan dan dijual.

Bila terdapat kesalahan ketikan mohon maaf,dan maaf belum ada foto.Terima kasih.


Nama:Irvan Stanly A
Kelas:x3-27

JERITAN BOCAH PEDALAMAN....

Menurut saya, film tersebut sangat menyentuh dan membuat saya sadar betapa pentingnya/dibutuhkannya pendidikan bagi anak - anak pedalaman. Dan juga merubah pandangan saya terhadap anak pedalaman.
Masalahnya, pemerintah tidak menyadari dan hampir tidak peduli dengan nasib anak - anak pedalaman. Selain pemerintah, banyak orang yang juga tidak peduli dengan nasib mereka, padahal kita dengan mereka satu negara.
Solusi saya, pemerintah mendengarkan aspirasi / jeritan rakyat yang sudah semakin menggema. Dan supaya pemerintah menggunakan uang negara untuk masalah yang lebih penting dan untuk masalah lokal dulu dari pada harus menghabiskan uang negara untuk masalah negara orang lain.
Yang dapat saya lakukan saat ini adalah lebih peduli dengan sesama dan lingkungan sekitar. Dan juga membantu dengan hal yg mudah tapi bermakna sesuai dengan status saya sebagai murid.
(Vonny A.P/X5/39

PRIORITASKAN PENDIDIKAN

Dalam kedua film yang berjudul Secercah Harapan dan Mahalnya Emas sangat menarik untuk ditonton. Kedua film itu cocok ditonton untuk kalangan remaja dan dewasa agar mereka lebih mengerti apa yang membuat pendidikan sangat penting bagi penerus bangsa saat ini.Film itu sangat bermanfaat dan kita jadi lebih banyak tahu tentang saudara-saudara kita di pedalaman yang kurang dalam hal pendidikan. Tapi mengapa para siswa jaman sekarang justru menyia-nyiakan kesempatan sekolahnya dan beralih ke pergaulan bebas???

Kedua film itu sama-sama mengangkat tema pendidikan yang dimana tepatnya Dusun Pemintau kekurangan fasilitas dalam kegiatan belajar-mengajar. Apalagi adanya penebangan pohon yang dirubah menjadi tempat penambangan emas. Walaupun penambangan emas lebih banyak meraup keuntungan tapi justru yang menjadi darah Dusun itu menjadi berantakkan, seperti sungai yang tadinya untuk mandi, minum, dll sekarang justru bercampur dengan air raksa, kapur yang berpolusi dan tidak sehat. Bukan hanya hewan atau tumbuhan saja yang menjadi korban dalam peristiwa itu tapi juga para siswa. Siswa yang tadinya berpikir bahwa sekolah itu lebih penting justru berpendapat behwa mendapatkan uang lebih penting daripada sekolah.

Sebaiknya Pemerintah dapat lebih memperhatikan orang-orang yang ada di dalam pedalaman apalagi para siswa-siswanya yang ingin melanjutkan sekolah. Selain itu juga dapat memberikan fasilitas yang memadai karena sekolah sangat penting bagi penerus bangsa masa kini yang nantinya akan mengembangkan dan memajukan bangsa kita ini. Tak hanya pemerintah tapi juga kesadaran dari masyarakat sendiri untuk mau bersekolah ataupun menyekolahkan.

Sebagai siswa, yang dapat saya lakukan untuk meningkatkan pendidikan adalah mensyukuri akan pendidikan yang saya emban hingga dapat mencapai SMA ini dan memanfaatkannya pendidikan sebagai ajang untuk lebih maju dalam segala sektor. Dan satu yang terpenting adalah andalkan Tuhan dalam segala sesuatu. Akhir kata ada sebuah pepatah mengatakan bahwa "Jangan bertanya apa yang sudah orang lain berikan tapi bertanyalah apa yang sudah kamu berikan untuk orang lain."

Pelajar SMAK Santa Maria Malang
Luluk Setiawati Hartono
x5/23

Pedalaman Perlu Perhatian

Menurut komentar dari saya film tersebut menggambarkan tentang kehidupan dan pendidikan. Dimana kehidupan dan pendidikan haruslah terpenuhi. Film yang sudah diputar pada hari Jumat yang lalu, menunjukkan bagaimana kehidupan yang ada di daerah pedalaman (Kalimantan). Kehidupan disana sangat susah sekali. Dengan keadaan seperti itu, mereka harus bertahan hidup.
Untuk film yang pertama, beban guru dan juga murid-murid adalah masalahnya. Pada awalnya sebuah sekolah disana hanya memiliki atau guru dimana guru ini harus mengajar murid-muridnya dari kelas 1-6 yang terbagi menjadi 3 kelas di waktu yang bersamaan. Fsilitas sekolah disana apa adanya. Sampai pada akhirnya ada seorang ibu yang dengan sukarela mau mengabdikan dirinya di sekolah tersebut. Anak-anak disana memakai baju seragam pun apa adanya. Ada yang memakai sandal, bahkan ada pula yang tidak memakai alas kaki. Untuk film yang kedua, memiliki masalah dimana kehidupan sangat penting. Tetapi, pendidikan pun juga tidak kalah pentingnya. Anak-anak banyak yang tidak sekolah atau membolos sekolah untuk bekerja mencari emas. Lalu, pohon karet yang awalnya menjadi tiang kehidupan merekadalam sekejap menjadi tumbang diantara 'Dong Peng' (mesin yang digunakan untuk menggali tanah yang mengandung emas).
Solusinya adalah pemerintah juga harus memperhatikan keadaan di pendalaman. Bukan hanya di daerah perkotaan atau desa. Tetapi, di daerah pedalaman juga harus diberikan bantuan. Contohnya, pembangunan sekolah. Agar sekolah tersebut layak dipakai untuk belajar-mengajar. Pemerintah juga dapat mengirimkan guru-guru yang mau menjadi sukarela untuk mengajar disana. Lalu, dapat memberikan bantuan berupa alat tulis atau pun baju-baju seragam yang masih layak pakai.
Setelah melihat film tersebut, yang dapat saya lakukan adalah saya tidak boleh menyia-nyiakan pelajaran yang saya dapatkan di sekolah maupun, diluar sekolah. Karena pelajaran tersebut dapat menjadi bekal saya nantinya.

Lusi Santoso
Film yang menceritakan kesusahan ekonomi memberikan arti/makna yang dalam bagi penonton film tersebut. Karena dari film itu memberikan rasa iba sekaligus ingin membantu meringankan beban. Begitu banyak orang yang membutuhkan pertolongan di luar sana.
Kesulitan ekonomi adalah faktor utama dalam penderitaan dalam film tersebut, apapun mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa memperdulikan kesehatannya. Daerah yang jauh dari lapangan pekerjaan juga membuat kesulitan mendaptkan pemecahan masalah. Pendidikan di daerah Ketapang juga membuat khawatir karena fasilitas dan jumlah pengajar juga tidak memungkinkan, nasib anak bangsa menjadi terganggu akibatnya.
Pemecahan masalah dari film tersebut dengan memberikan bantuan berupa dana dan kita juga bisa menyumbangkan ketrampilan untuk masa depan. Tidak hanya mengandalkan tenaga kita juga bisa membantu dengan menyumbangkan pikiran untuk masa depan kelak.
Yang dapat saya lakukan adalah memberikan sumbangan dana karena kita juga bisa memberi dana tersebut dari rasa ikhlas orang-orang yang benar-benar ingin memajukan kesejahteraan negara, dan mencerdaskan kehidupan berbangsa.

Untuk Uang Alam Pun Dikorbankan

Saat itu saya sedang mengikuti pelajaran Sosiologi,pada pelajaran ini kita x 4 sedang menyaksikan sebuah film.Sewaktu saya menyaksikan film pertama saya merasa kagum pada masyarakat di dusun Pemintau terutam pada ank-anak disana yang berusaha sekali dalam mengenyam pendidikan. Tapi setelah saya menyaksikan film kedua saya sudah tidak merasa kagum lagi, rasa itu hilang berganti rasa trenyuh dihatiTerlihat sekali perubahan sikap maupun kondisi masyarakat disana yang sangat tidak pantas ditiru parahnya lagi kerusakan alam disana sudah sangat parah.

Sekilas kehidupan didusun Pemintau sangat mengagumkan. Masalah utama terlihat pada situasi pendidikan disana yang sangat sulit. Tetapi ditahun 2001 semua berubah, dusun Pemintau telah menjadi kawasan penambangan emas yang rusak parah. Ditambah lagi para anak-anak yang tidak melajuutkan sekolah ternyata mereka bekerja menjadi penambang emas.

Solusi yang tepat bagi mereka adalah dengan adanya tim penyuluhan dari pihak pelestarian alam seperti “Green Peace” dalam menanggapi masalah ini, dan membantu masyarakat disana untuk mencibtakan kembali keasrian alam yang sudah rusak. Selain itu, juga ada tanggapan serius dari Diknas untuk membantu kelangsungan pendidikan disana.

Selanjutnya yang dapat saya lakukan hanyalah berharap dan berdoa untuk saudara-saudara kita yang kekurangan disana.kelak dusun Pemintau dapat bangkit maju kearah positif.

( BeLLa x4/22 )

Selasa, 17 Februari 2009

"Terkadang bila kita menginginkan sesuatu kita harus mengorbankan hal lain"




1. Komentar : Saya sungguh prihatin dengan masalah lingkungan saat ini. Bencana alam terjadi di mana-mana.Itu semua karena keserakahan manusia sendiri. Seperti kasus di Kalimantan ini,ada sebuah daerah yang berpenghasilan karet. Namun tak lama kemudian penduduknya berubah profesi menjadi penambang emas. Daerah yang awalnya subur menjadi tandus dan kering,pohon-pohon banyak ditebang dan dibiarkan berkeliaran di jalan,air sungai menjadi beracun karena mengandung air raksa. Sungguh mengerikan,apalagi sungai ini sudah menjadi sumber kehidupan bagi penduduk di sekitarnya. Sungai ini biasanya dipakai untuk mandi,mencuci piring,bahkan digunakan sebagai air untuk memasak. Bisa dibayangkan,banyak penduduk yang keracunan dan menderita penyakit gatal-gatal. Hal ini sangat memprihatinkan,namun belum juga mendapatkan penanganan langsung dari pemerintah. Ini menjadi momok yang sangat menakutkan seperti kehidupan yang mendekati kematian.

2. Masalah : Ada sebuah daerah di Kalimantan ,di mana daerahnya menjadi tandus dan kering. Pohon-pohon banyak yang ditebang demi pencarian emas di bawah tanah,air sungai tercemar air raksa, dan penduduknya seperti tumbuh jauh seiring perkembangan teknologi saat ini bahkan bisa dikatakan sama sekali tak tersentuh teknologi dan sama sekali tidak mendapat perhatian langsung dari pemerintah. Benar-benar seperti desa kematian.

3. Solusi : Memang susah untuk menolak tawaran langsung menggiurkan untuk menjadi buruh tambang dengan penghasilan Rp 40.000,00/hari karena selama ini mereka hidup kekurangan dengan bekerja hanya sebagai pekerja di perkebunan karet dengan gaji yang amat murah. Namun dengan kerugian besar yang mereka dapat karena lingkungan mereka menjadi rusak.Para petinggi agama,ketua adat mulai berkoar-koar ribut membahas mengenai masalah yang terjadi di kampung mereka. Mengapa tidak daridulu saja mereka menyadari hal ini? Namun apadaya nasi sudah menjadi bubur. Solusi yang dapat dilakukan ialah mulai berbenah diri dan menanami daerah sekitar dengan pohon besar yang dapat menyerap air, dan meminta bantuan kepada pemerintah supaya mau turun tangan langsung dalam menangani kasus ini.

4. Yang dapat saya lakukan : Memang yang dapat saya lakukan sebagai pelajar tak banyak namun saya dapat memulainya dari diri saya sendiri. Dengan melakukan perbuatan yang kecil saja ,saya sudah bisa melakukan suatu perubahan yang dampaknya besar.Contohnya: membuang sampah di tempat sampah,tidak membuang sampah di got karena bisa terjadi penyumbatan,dan menanami halaman rumah dengan tanaman ataupun pohon itu bisa lebih memperindah lingkungan kita.

(yunie/x3/4)

PELAJARAN BERHARGA



Kedua film itu memberi pelajaran yang berharga. Mengingatkan pada kita bahwa masih ada orang lain yang lebih menderita daripada kita. Memberi kita pelajaran untuk tidak cepat puas dan harus mau berusaha.
Di dusun Pemintauan, Ketapang, Kalbar, anak-anaknya kurang pendidikan. Banyak anak yang memutuskan untuk berhenti sekolah setelah lulus SD. Dusun Kenanga, sumber penghasilannya yaitu pohon karet telah rusak oleh kenikmatan sesaat dari mesin diesel yang ada.
Untuk mengurangi kebodohan, di dusun Pemintauan di tambah satu guru lagi. Sedangkan dusun Kenanga, harus bisa berpikir panjang, memikirkan resiko dari perbuatan yang dilakukan.
Saya hanya dapat berdoa, semoga pemerintah mau memperhatikan pendidikan di dusun Pemintauan. Mungkin saya akan mengumpulkan buku-buku untuk dikirim ke sana. Untuk dusun Kenanga, saya berharap agar sumber penghasilan mereka bisa diperbaiki.

(anneke/X5/08)

Mereka sangat butuh perhatian



Saya merasa sedih melihat anak-anak di pedalaman tersebut. Walaupun anak-anak tersebut sekolah tetapi mereka hanya mendapat pendidikan Sekolah Dasar. Keinginan mereka untuk melanjutkan pendidikan pun tinggal harapan karena mereka tidak mempunyai biaya yang cukup. Apalagi pekerjaan orang tua mereka tidak mendapat penghasilan yang sepadan dengan kerja keras mereka.
Masalah sekarang yang sekarang adalah kurangnya pendidikan bagi anak-anak tersebut. Masalah ekonomi yang ada membuat kehidupan mereka menjadi susah.
Pemerintah seharusnya ikut membantu memberi pendidikan yang layak dan memberi bantuan dana untuk membangun sekolah yang baru. Pemerontah juga membantu memberi sembako kepada mereka.
Yang dapat saya lakukan hanyalah berdoa untuk mereka semua. Mungkin suatu saat saya kelebihan rejeki saya akan membantu mereka.

(Grace Albertin/X3/20)

Kegagalan "Out of The Box", Buku Kedua

Buku Pertama 366 Kata, Kata Bijak

Minggu, 15 Februari 2009

Keluh kesah Pemintuan dan kenanga keadaan yang ada di kenanga maupun di pemintuan cukup memprihatinkan. Memang dalam hal yang cukup berbeda. Pemintua

keadaan yang ada di kenanga maupun di pemintuan cukup memprihatinkan. Memang dalam hal yang cukup berbeda. Pemintuan memprihatinkan oleh karena mutu dan sarana pendidikan yang jauh dari layak, sedangkan kenanga harus hancur akibat ulah dong peng, namun secara keseluruhan, kondisi kedua daerah di kalbar ini cukupmenyesakan jiwa.

Untuk pemintuan, pemerintah kurang peduli dalam pemajuan persoalan pendidikan, ini ditunjuakan dengan tidak adanya sarana pendidikan yang layak, hal ini diperkuat dengan lambatnya penyaluran honor untuk guru kontrak, yaitu bpk. pengui subekti, dan ibu indut. Lain halnya di kenanga, dususn yang dahulu asri ini harus rela berubah menjadi kuburan bagipohon karet yang mati, sungai tercemar, dan lahan yang hancur akibat peladangan emas.

Untuk menghadapi masalah di pemintuan, pemerintah haruslah peduli dan turun tangan untuk menyediakan sarana, dan prasarana yang layak bagi standar pendidikan, serta mulai menggenapi honor guru disana. Untuk di kenanga, pemerintah pun harus menindak para pekerja Dong Peng, serta menggalakan warga untuk mulai membenahi desa mereka.

Untuk dusun pemintuan, saya hanya bisa berharap pemerintah sepenuhnya dapat sadar, lalu saya juga dapat bercerita tentang keadaan di pemintua, berharap dengan tersebarnya cerita ini dpat menyindir para pemerintah.. Untuk di kenanga, saya hanya bisa berharap,dan berdoa supaya pemerintah mau peduli untuk memperbaiki, dan menyelamatkan kehidupan di sana.



Satria katana(pelajar SMAK Santa Maria Malang)

Tangisan dalam kebahagiaan

Setelah saya melihat film tentang pendidikan anak SD di pedalaman,menurut saya film tersebut sangat menyentuh.Film tersebut dapat memberi kita pelajaran yang sangat berharga.Bagaimana kita mensyukuri apa yang telah kita terima saat ini.Tidak seperti anak anak di pedalaman tersebut yang kkurangan banyak hal.
Didusun yang terpencil tersebut,keadaannya sangat memprihatinkan.Sekolah dasar yang bediri di sana pun masyarakatlah yang membangun,tanpa bantuan sedikitpun dari pemerintah.Anak anak di sana juga terbatas pendidikannya ,Guru merekapun hanya 2 ,Kelas mereka haya 3 dan itupun di gabungkan,kelas 1 dan kelas 2,kelas 3 dan kelas 4,kelas 5 dan kelas 6.Bangunan sekolah yang urang memadai dan kurangnya bantuan juga butuh perhatian dari pemerintah.Bnyak sekali anak anak yang tidak melanjutkan ke SMP,Itu mungkin juga karena terbatasnya kemampuan mereka dalam banyak hal.
Seharusnya pemerintah melihat kondisi kondisi daerah di pedalaman.Dan tidak hanya terpusat pada daerah daerah tertentu.Pemerintah paling tidak sedikit demi sedikit membantu mereka untuk mebangun sekolah yang lebih layak.Dan mendatangkan guru yang lebih banyak.
Mungkin saya tidak dapat berbuat sesuatu bagi mereka,karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.Tetapi saya hanya bisa berdoa dan berharap semoga anak2 di dusun tersebut dapat terus bersekolah dan masyarakat di sana dapat hidup lebih layak.
*foto tidak bisa dilampirkan*

(valentina/X4/38)

Lingkaran Kelompok Sosial Di Masyarakat

Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam kurun waktu tertentu, seperti yang kita ketahui selain meiliki peranan sebagai makhluk individu manusia juga memiliki peranan sebagai makhluk sosial. Begitu halnya dengan masyarakat, di dalam kehidupannya masyarakat membutuhkan peranan orang lain di dalam kehidupannya sehingga itulah yang menimbulkan suatu hal yang dinamakan kelompok sosial, kelompok sosila terjadi karena adanyainteraksi dan persamaan ciri di dalam kelompok itu. Kelompok sosial di masyarakat dapat dibagi menjadi paguyuban, dan patembayan. Paguyuban contoh di dalam masyrakat adalah seseorang yang memiliki teman di dalam lingkaran kelompok itu sendiri, sedangkan patembayan memiliki contoh seseorang yang memiliki teman di luar kelompoknya, dimana paguyuban dan patembayan sering terjadi di lingkungan masyarakat.

Teori di dalam masyarakat salah satunya adalah Gemeinschaft of place (paguyuban berdasarkan tempat tinggal), dimana kelompok sosial terbentuk ketika masing-masing individu di dalamnya memiliki rasa persamaan karena berada di satu tempat tinggal yang sama, seringnya bertemu karena berada di satu lingkup menjadi hal yang memicu hubungan kelompok sosial itu terjadi, secara tidak langsung interaksi di antara mereka berlangsung secara perlahan-lahan namun karena adanya persamaan, serta kebutuhan masing-masing dari mereka di dalam kehidupannya kelompok sosial itu pun terbentuk.

Manusia di dalam kehidupannya memiliki sifat dan peranan masing-masing, perbedaan di dalamnya menjadi alasan memicu perbedaan di kelompok sosial. Ada seseorang yang mudah bergaul sehingga mudah mendapat teman, dan diterima di dalam masyarakat, namun ada juga orang yang merasa minder/cuek sehingga sulit diterima di masyarakat. Seorang yang mudah bergaul terkadang merasa lebih, sehingga merendahkan yang lainnya, ia cenderung hanya mau bergaul dengan seorang yang sederajat atau lebih daripada mereka, sebaliknya orang yang merasa dirinya kurang/minder tidak bisa bangkit dari keterpurukan, ia menerima nasibnya begitu saja.

Mengapa masalah ini bisa terjadi? Perbedaan status sosial, cara mereka tumbuh di lingkungannya, orang-orang yang ada di sekitar mereka merupakan beberapa faktor dari timbulnya perasaan itu. Seseorang yang terbiasa berada di lingkungan yang bebas, ramai, dan teman-teman yang menyenangkan tentu akan menjadi seorang easygoing ,sebaliknya seorang yang hidup di lingkangan suram, terkekang, memiliki teman yang tidak peduli akan kehidupan orang lain pasti akan menjadi seorang yang tertutup sehingga menimbulkan perasaan minder. Sebenarnya masing-masing orang itu dari contoh tersebut adalah orang yang sama, tapi bagaimana mereka mau untuk berubah, memperbaiki kesalahan mereka, menjadi seorang yang barulah yang merupakan cara mengatasi hal itu. Sebuah perubahan bisa terjadi asalkan ada kemauan, dan kemauan itu timbul dari diri mereka masing-masing.

Kesimpulan yang bisa saya ambil dari segala permasalahan mengenai kelompok sosial adalah seorang individu yang menjadi bagian dari kelompok sosial haruslah bisa menjadi bagian di dalam kelompok itu, dimana ia harus bisa melakukan peranannya di dalam kelompok sosial karena ia adalah satu bukanlah menjadi seorang individu lagi, ia harus bisa menyelaraskan kepentingan dirinya dengan kepentingan yang lain. Perbedaan yang timbul dari kelompok memang merupakan penghambat bagi kemajuan suatu kelompok sosial, namun kita menyadari di dalam kehidupan sehari-hari kita pasti banyak melihat adanya perbedaan, namun hendaknya perbedaan itu hendaknya bisa menjadi pemicu sekaligus kunci kesuksesan kita di dalam memiliki kelompok sosial yang baik.


Pengirim : Gloria Valentcia Lomarga / SMAK Santa Maria, Malang / XISOS2

HARAPAN SEJATI ANAK DUSUN




Menurut saya filmnya bagus dan menarik karena menceritakan kondisi sosial di sebuah desa yang terpencil. Anak-anak SD di sana bersekolah di tempat yang kecil dengan hanya tersedianya 3 kelas dan fasilitas yang terbatas. Murid-murid di situ ada yang ingin melanjutkan sekolah dan ada yang tidak. Di sekolah itu hanya mempunyai 2 guru dan mereka hanya mendapat imbalan yang tidak seberapa dari warga sekitar. Di sebelah sekolah itu juga ada sebuah gereja kecil yang dulu juga pernah digunakan untuk sekolah. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan keadaan sekolah di situ, agar mereka dapat bersekolah seperti layaknya anak-anak yang lain. Dan juga saya berharap agar ada SMP dan SMA di situ agar mereka lebih mudah bila ingin melanjutkan sekolah. Mungkin, yang dapat saya lakukan saat ini hanyalah membantu merekia dalam doa dan mensyukuri keadaan saya sekarang ini yang lebih beruntung daripada mareka.

Yosephina X 4

I Love My Earth

Menurut saya, film karya Kata Gambar yang berjudul Penambang Emas ini bermanfaat. Karena dapat menyadarkan kita bahwa bumi kirta ini makin lama makin rusak. Sehingga kita dapat lebih menjaga lingkungan sekitar kita agar kerusakan bumi tidak bertambah parah.
Desa di pedalaman kalimantan yang awalnya tentram dengan penduduk yang bekerja sebagai penambang karet kini menjadi rusak. Akibat datangnya Dong Peng dari penambang emas. Penambang emas memanfaatkan kepolosan penduduk desa untuk diajak bekerja sama. Padahal setelah proyek tersebut selesai, selesai pulalah kebahagiaan mereka. Karena lahan kerja mereka yang berupa hutan pohon karet telah dibabat habis untuk proyek penambangan emas tersebut.
Agar hal semacam ini tidak terjadi lagi, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan pendidikan orang-orang pedalaman. Karena apabila orang-orang pedalaman tersebut memiliki pendidikan dan pengetahuan, mereka tidak akan dibodohi mentah-mentah.
Yang dapat saya lakukan adalah dengan membuat poster-poster yang menghimbau orang-orang agar lebih menyayangi lingkungannya. Selain itu saya akan mengurangi penggunaan benda yang berbahan dasar plastik dan semacamnya yang susah diuraikan.


(Audrey/X4/40)
Foto g

Kelompok Sosiologi Drama SMAK Santa Maria Malang









Sosiologi Drama SMAK Santa Maria Malang

Sosiodrama Kelas XI IPS
Sosiologi Drama SMAK Santa Maria Malang

Kelas dibentuk dalam kelompok

Tema “Kelompok Sosial”
Durasi : min 5 ' mak 15 '
Unsur : Kerumunan, Massa, Publik, Paguyuban, Patembayan (Dikemas dalam satu rangkaian cerita)

Diberi judul
Dipilih ketua, sekretaris kelompok
Nama anggota kelompok
Masing-masing : mempunyai peran

Yang perlu dipersiapkan
Skenario
Gerak-lagu-musik non listrik

Jumat, 13 Februari 2009

Nasib Orang Pedalaman

Nasib orang-orang di pedalaman,Kal-Bar sungguh menyedihkan dan membuat orang yang menontonnya ikut merasakan kesedihan dan penderitaannya..
Hal ini disebabkan karena kurangnya kepedulian dan perhatian pemerintah, sehingga masyarakat yang tinggal di pelosok pun mereka tidak tahu keadaannya.Dan jarak antara desa dengan kota pun jauh,apalagi dengan jalan yang tidak layak untuk dipakai, sehingga mereka tidak dapat bersosialisasi dengan orang luar.
Seharusnya pemerintah memberi perhatian lebih dan kalau bisa orang orang luar banyak yang mendatangi pedalaman ini, sehingga orang-orang tahu keadaannya. Penduduk yang tinggal di pedalaman ini pun juga harus mengeluh dan memberikan hak berpendapat kepada pemerintah.
Saya hanya bisa berharap dan berdoa,agar mereka dapat mendapatkan hak kebebasan, hidup, dan hak memiliki. Saya juga mengetahui lewat film yang diputar ini, bahwa hidup ini begitu berat dan kita harus bekerja keras dalam mencapai sesutau yang berguna bagi masa depan kita.Oleh karena itu saya harus lebih rajin belajar, karena pendidikan sangat berharga, seperti halnya anak-anak pedalaman yang begitu antusias bersekolah walaupun fasilitas tidak begitu memadai.

Melissa
Kelas dan Nomor Absen gak ada
foto terlalu besar

Pengiriman Bantuan dari Pemerintah

Sekilas saya telah melihat kehidupan desa Patimun,tak banyak memang yang saya tau tapi cukuplah membuka mata hati saya,bahwa jauh di kalimantan barat terdapat desa yang sangat terpencil dengan fasilitas jalan, fasilitas pendidikan yang kurang memadai.Saya sangat terbawa dalam kehidupan yang ada disana.Dengan bantuan guru yang tanpa pamrih membantu mereka dalam belajar hingga mereka bisa.Betapa bersyukurnya aku pada Tuhan karena berkat dan rahmatnya memberi aku segala kemudahan dan kehidupan yang sangat indah.
Masalah yang timbul di desa Pantimun cukuplah banyak sehingga butuh sekali uluran tangan kita.Masalah yang ada diantaranya ialah yang pertama jalan yang sangat becek dan tidak beraturan sehingga sangat membahayakan bagi semua orang yang akan lewat.Yang kedua adalah kurang diperhatikannya fasilitas sekolah yang ada dimana semua serba memperihatinkan.Yang ketiga fasilitas seperti listrik yang sebenarnya mereka dapatkan tanpa harus meminta terlebih dahulu supaya mereka dapat mengetahui tentang perkembangan dunia luar yang sangat pesat.Yang keempat ialah kurangnya tenaga kerja guru yang bertugas mengajari kelas-kelas yang ada sehingga setiap warga Indonesia terhindar dari kebodohan.
Solusi yang paling tepat adalah sosialisasi dari pemerintah dengan mengirim segala bantuan dan memberikan segala fasilitas yang terbaik.Dimulai dengan pembangunan jalan yang ada untuk memudahkan setiap aktivitas yang ada dalam masyarakat.Lalu memulai membangun beberapa gedung sekolah yang layak hingga tingkatan sekolah yang tinggi agar mereka dapat meraih cita-cita yang diinginkan tanpa perlu bermimpi.Dan peralatan yang mendukung seperti peralatan tulis dan seragam yang baru dan tidak kumal agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.

(paulina wijaya/x4/25)

Pedalaman Yang Liar dan Ganas

Memang pada awalnya saat menambang emas merupakan kesenangan karena mereka mendapatkan keiuntungan dan upah yang besar,tetapi akibat yang didapat dari pekerjaan itu juga parah.Tanah mereka menjadi rusak dan menjadi tanah yang benar benar tidak bisa di reboisasi dan menjadi ladang gersang.Mungkin hubungan antara kedua film itu (Secercah Cahaya di Desa Pemintuan dan Mahalnya Emas) adalah para murid SD Pemintu lebih memilih bekerja daripada bersekolah yang mana lebih tidak berguna.Terlebih lagi pendidikan di dusun itu sangatlah minimal bagaimana tidak, guru yang mengajar hanya 2 orang dan tidak digaji.Oleh sebab itu kita juga harus turut berempati pada orang orang yang kurang beruntung, juga jika kita sudah menjadi orang besar jangan hanya mengejar keuntungan belaka, tetapi juga perhitungkan apa yang terjadi dari hasil suatu kegiatan yang kita lakukan agar tidak merugikan orang lain dan diri kita sendiri di esok hari

(Ryan\X4\30)
Foto gak ada

Lenyapnya Ketenangan

Film tadi cukup bagus. Film tersebut menceritakan kehidupan sebuah desa yang sangat tenang. Namun ketenangan itu lenyap ketika traktor-traktor yang disebut Dong Peng datang ke desa itu. Dong Peng itu digunakan untuk menggali emas di bawah pohon-pohon karet desa itu. Itulah hal yang menurut saya paling menarik dalam film tersebut.

Desa tersebut awalnya adalah desa yang sangat tenang dan tenteram. Kedatangan Dong Peng telah merubah masyarakat desa itu menjadi penambang emas. Desa tersebut kemudian semakin maju, sekarang desa itu memiliki warung makanan sehari-hari. Di balik itu semua, pohon-pohon karet di desa itu telah bertumbangan, tanah berlumpur, dan air di desa itupun telah menjadi keruh.

Kerusakan alam telah melanda desa tersebut. Kemajuan desa itu ditukar dengan ketentraman desa dan juga sumber-sumber daya alam. Cara untuk menanggulangi ini semua adalah dengan melakukan penghijauan di desa itu. Cara lain juga didapat dengan tidak memperbesar atau memperluas kinerja penambangan emas itu.

Kerusakan alam tersebut sangat memperihatinkan. Yang bisa saya lakukan di sini hanyalah berdoa. Doa yang tulus kepada Tuhan agar desa tersebut mendapatkan ketenangannya kembali dan juga semakin maju dengan tidak menghancurkan sumber daya alam yang ada.

(Eric/X4/10)
Foto terlalu besar

Mengurangi Melibatkan Alam

Mengapa selalu melibatkan alam untuk dijadikan korban dalam keegoisan masyarakat,mungkin masyarakat tidak tahu kalau alamlah yang memberi mereka kebutuhan dan kehidupan. Walaupun pada akhirnya mereka maju dengan fasilitasnya tetapi mereka selalu tetap membutuhkan alam.
Di dalam dunia yang luas ini memang yang sangat berharga adalah uang. Karena uang dapat membeli semua barang.
Jika kita mencari uang sebaiknya kita harus mencarinya dengan usaha yang keras sehingga tidak melibatkan banyak alam. Dan alam yang rusak seharusnya di tananami tumbuh-tumbuhan kembali.
Saya ikut mendoakan bagi alam yang rusak agar segera ditanggulangi dan saya menjaga lingkungan sekitar saya supaya tidak rusak.

(Ivan/X-4/16)
Foto terlalu besar

PENAMBANGAN EMAS

Menurut saya dalam film kedua yang ditayangkan tersebut merupakan perbuatan yang mengeksploitasi alam secara berlebihan yang berdampak pada perusakan alam, seperti perusakan tumbuhan karet dan lingkungan di sekitar pertambangan. Tetapi ada dampak positif yang dapat diambil, yaitu masyarakat desa yang tidak mempunyai pekerjaan jadi mempunyai pekerjaan tetap yang diambil dari keuntungan penyewaan lahan.
Masalahnya yaitu, di Dusun Ketapang Kalimantan Barat jika terus terjadi pengeksploitasi alam berlebihan dengan penambangan emas maka akan terjadi kerusakan alam yang dapat mengakibatkan bencana alam, seperti tanah longsor, banjir, dll.
Dengan cara melakukan reboisasi kembali tanah akan menjadi subur, sehingga tanah tidak gundul. Kita harus mencari uang dengan usaha yang keras dan tidak melibatkan alam.
Ikut mendoakan kerusakan alam dan menjaga lingkungan alam di sekitar saya supaya tidak rusak.

Victor/X-4/39)
Foto terlalu besar

Anak-anak Sekolah yang Mengadu Nasib

Film tadi sangat berkesan sekali karena menceritakan anak yang berjuang untuk sekolah dengan fasilitas yang kurang memadai.

Masalahnya adalah kurangnya fasilitas yang memadai sehingga ada anak yang tidak bisa duduk dan kurangnya guru yang mengajar.

Solusi agar dapat mengatasi masalah di atas adalah memberikan brosur kepada masyarakat bahwa SD Ketapang sedang membutuhkan guru. Dan yang kedua adalah mengumpulkan dana agar dapat menambah fasilitas untuk belajar agar murid dapat lebih nyaman dalam proses belajar mengajar.

Yang dapat saya lakukan untuk memajukan SD tersebut adalah mendoakan/memohon kepada Tuhan agar sekolah tersebut diberkati dan diberi anugrah yang berlimpah.

(Febrian Limanto Angka/X4/11)
Fotonya terlalu besar sulit di down load

Perjuangan anak sekolah

Film tadi cukup bagus dan berkesan . lihat anak-anak di film tersebut , mereka menujukkan sosok yang pantang menyerah . meskipun mereka kurang dana dan hanya hidup di desa kecil yakni desa ketapang , mereka berjuang untuk bisa sekolah dan akhirnya tidak melanjutkan sekolah. ada yang bisa melanjutkan dan ada yang tidak bisa nelanjutkan sekolah.

Tetapi anak - anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah dikarenakan mereka kurang dana . mereka tidak ada biaya hidup karena mereka hanya tinggal di desa kecil dengan pendapatan yang terbatas .

sebagai masyarakat kota yang kaya , anak-anak yang kurang dana dan kurang diperhatikan oleh masyarakat , seharusnya mereka juga diperhatikan khususnya pemerintah . pemerintah harus memperhatikan desa desa terpencil tersebut . pemerintah seharusnya bisa memberi bantuan berupa dana , memberi tempat yang layak , pendidikan yang lebih bermutu , tempat yang lebih memadai dan sebagainya. semua bantuan itu dikirim ke anak yang tidak mampu melanjutkan sekolah agar mereka mendapat pendidikan yang layak.

Sungguh memprihatinkan nasib anak-anak desa tersebut. saya sebagai penulis hanya dapat mendoakan mereka semua agar anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah dapat perhatian pemerintah dan masyarakat dan mereka ditolong Tuhan dan mereka bis sekolah seperti lainnya.


( EL HEZEKIAH SABBAT/ X4 / 09)
Fotonya Gak Ada

Peladang KARET jadi Peladang EMAS Kok Bisa ????

Di cerita mahalnya emas ya saya brkomentar kasihan sama hutan karet yang memberikan kehidupan pada masyarakat sekitar karena pengerusakan, untuk kepentingan pengusaha emas yang menebang dan menggali tanah, hingga lapisan yang dapat ditemukannya emas dan penggalian yang dilakukan juga menggunakan air sungai yang menjadi keruh dan sangat keruh sehingga tidak dapat dipakai lagi.

masalahnya banyak pengusaha emas tidak memperhatikan kerusakan alam seperti hutan menjadi gundul dan air sungai menjadi kotor sehingga rakyat suku dayak tidak dapat melakukan adatnya.

solusi dalam penggalian emas besar-besaran itu kita dapat memberikan penghijauan lagi di tempat lain mungkin jika di dekat sumber air yang sudah rusak dan tidak dirawat dan penambahan tanah pada tanah di tempat yang digali!!!

yang dapat kulakukan sekarang mungkin tidak ada tetapi saya dapat memberikan bantuan berupa kebutuhan peerkebunan seperti bibit tanaman yang unggul dan dapat tubuh di tanah yang mungkin sudah tandus akibat penggalian tersebut!!!

(Christianto. W/X-5/1)
Foto gak ada

Mendoakan, Salah Satu Solusi

cerita ini sangat menarik bagi saya, anyak peristiwa yang dapat menyentuh hati saya untuk berbuat sosial bagi orang yang membutuhkan. dengan peristiw ini mungkin ita diajak ebih solid pada siapa saja yang kekurangan.
didalam cerita tersebut, banayak permasalahan yang ada. aktifitas disana tidak dapat berjalan dengan lancar karena kekurangan guru maupun fasilitas yang kurang memadai. dengan ada nya permasalahan ini siswa-siswi yang ada didaerah terpencil tersebut, sulit untuk mendapat pendidikan yang layak. sedangkan guru yang mengajar disekolah gaji hanya dapat dari masyarakat sekitar.
sebagai masyarakat sosial seharusnya membantu orang yang kekurangan. ada beberapa cara untuk membantu mereka antara lain: meminta bantuan pemerintah untuk memberikan dana bantuan berupa fasilitas perlengkapan dan lain-lain.
mungkin saya hanya dapat membantu mereka hanya sedikit. dengan doa kita dapat membantu meskipun dengan cara tidak langsung. ada beberapa cara lain untuk membantu mereka antara lain: memberikan dana , mengedarkan brosur untuk guru yang rela membantu mereka ditempat tersebut.

william n. c x-4/03
Foto gak ada

GAMBARAN SEBUAH KEHIDUPAN

Menurut saya film tersebut sungguh menyentuh hati karena menceritakan sebuah realita kehidupan yang terjadi pada saat sekarang di sebuah desa terpencil dimana orang-orang tersebut masih polos dan berpoendidikan rendah. Mereka telah dibodohi oleh orang kaya dan pintar. Mereka dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan tanpa memperdulikan lingkungan dan dampak-dampak yang akan terjadi, mereka yang berpendidikan rendah menganggap bahwa tak ada jaminan bahwa meneruskan sekolah akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Salah satu penyebanya yaitu pendidikan rendah sehingga solusinya adalah harus melanjutkan sekolah agar tidak dibodohi oleh orang lain dan dapat menciptakan atau menjaga lingkungan agar tetap lestari. Salah satu yang dapat saya lakukan sebagai siswa adalah belajar tekun agar esoknya menjadi seseorang yang sukses sehingga dapat menggubah semua, membantu meningkatkan mutu pendidikan, menciptakan lapangan kerja tanpa merusak lingkungan.

LILIS/X-4/21)
Foto terlabi besar

KURANGNYA PERHATIAN PEMERINTAH TERHADAP PENDIDIKAN MASYARAKAT PEDALAMAN

Pemerintah kurang memperhatikan masalah pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di daerah pedalaman. Masih banyak daerah-daerah terpencil di pedalaman yang anak-anaknya juga memerlukan pendidikan yang layak untuk masa depan mereka. Namun sungguh disayangkan, semangat mereka untuk terus dapat belajar dan menuntut ilmu dengan baik itu tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai. Untuk itu, hendaknya pemerintah juga dapat, walaupun hanya sedikit saja, untuk memudahkan jalan mereka memperoleh ilmu, misalnya dengan memberikan dana untuk pembangunan sekolah, buku-buku, atau untuk renovasi sekolah-sekolah yang kurang layak dan nyaman untuk tempat belajar. Kita pun juga bisa ikut membantu mereka, misalnya saja dengan menyumbangkan baju seragam, tas, sepatu, serta buku dan alat-alat tulis milik kita yang masih layak dipakai oleh mereka semua.

Inge Noviana/X3/25)
Maaf fotonya gak bisa dimasukkan

Kamis, 12 Februari 2009

Refleksi Sosiologi Kelas XI IPS SMAK Santa Maria Malang

Materi : Kelompok Sosial

Siswa-siswi diajak mencermati film. Ada dua judul film Mahalnya Emas, dan Secercah Harapan dari Dusun Pemintau.
Siswa-siswi diminta untuk mencari benang merah dari kedua film tersebut atau memilih salah satu. Kedua film tersebut berlokasi di Kalimantan.
Siswa-siswi setelah membuat refleksi mengirim ke :

kukuhwidyatmoko@gmail.com
subject : refleksi sosiologi (nama/kls/no abs)


Reflesi Sosiologi

Pilih salah satu atau menggabungkan kedua film tersebut
Minimal satu kalimat maksimal 5 kalimat
Serta foto diri terbaik dan terakhir
Dan, diberi judul

Isi Refleksi :

1. Komentar
2. Masalah
3. Solusi
4. Yang dapat saya lakukan

Refleksi dikemas dalam bentuk alinea/paragraf :

Catatan :
*) butuh waktu tidak lebih dari satu jam
*) jika lebih berarti Anda lebih fokus pada hal lain
*) Terima kasih
Akan ditampilkan di
kukuhwidyatmoko.blogspot.com

Refleksi Sosiologi Kelas X SMAK Santa Maria Malang

Materi : Sosialisasi dan Kepribadian

Siswa-siswi diajak mencermati film. Ada dua judul film Mahalnya Emas, dan Secercah Harapan dari Dusun Pemintau.
Siswa-siswi diminta untuk mencari benang merah dari kedua film tersebut atau memilih salah satu. Kedua film tersebut berlokasi di Kalimantan.
Siswa-siswi setelah membuat refleksi mengirim ke :

kukuhwidyatmoko@gmail.com
subject : refleksi sosiologi (nama/kls/no abs)


Reflesi Sosiologi

Pilih salah satu atau menggabungkan kedua film tersebut
Minimal satu kalimat maksimal 5 kalimat
Serta foto diri terbaik dan terakhir
Dan, diberi judul

Isi Refleksi :

1. Komentar
2. Masalah
3. Solusi
4. Yang dapat saya lakukan

Refleksi dikemas dalam bentuk alinea/paragraf :

Catatan :
*) butuh waktu tidak lebih dari satu jam
*) jika lebih berarti Anda lebih fokus pada hal lain
*) Terima kasih
Akan ditampilkan di
kukuhwidyatmoko.blogspot.com

Rabu, 11 Februari 2009

Penggunakan Dana Agar Lebih Bermanfaat

Kampanye-kampanye partai politik menjelang pemilu kian marak diadakan di berbagai daerah. Masing-masing partai mendukung calonnya sendiri-sendiri. Baik dengan memasang spanduk, iklan, poster, bahkan membagikan kaos bergambar calon dari masing-masing partai. mereka melakukan itu semua untuk menggalang banyak suara dalam pemilu nanti.
Namun, hal tersebut berdampak negatif pada lingkungan. poster-poster yang dipasang di pohon membuat lingkungan tampak kotor. belum lagi jika terkena hujan, poster-poster tersebut hanyut terbawa air, lalu menyebabkan banjir. Ditambah lagi dengan angin yang akhir-akhir ini bertiup sangat kencang yang mengakibatkan papan-papan iklan yang dipasang roboh dan mencelakai pengendara motor.
Menurut saya, cara tersebut kurang efisien dan hanya membuang-buang dana. Karena belum tentu dengan memberikan kaos kepada masyarakat, maka yang mendapat kaos mendukung partai yang memberi tersebut. Lagipula, masyarakat sekarang ini sudah bosan dengan janji yang digembar-gemborkan pada saat pemilu. Mulai dari sekolah gratis, pengobatan gratis, dana BLT, dsb. Namun pada kenyataannya semua itu tidak berjalan sesuai dengan yang dijanjikan. Buktinya, masih banyak rakyat miskin yang tidak mendapat BLT, rakyat dipersulit jika ingin mendapat pengobatan gratis, dsb. Memang tidak semuanya seperti itu. ada sebagian yang mendapatkan BLT utuh (tanpa disunat disana sini), ada juga yang mendapatkan dana BOS sehingga sekolah gratis. Namun itu hanya sebagian. Jadi kesimpulannya, masih banyak rakyat yang hanya mendengar janji-janji namun tidak mendapatkannya. Rakyat sudah susah, malah dibuat makin susah.
Daripada menghabiskan banyak dana hanya untuk mengumbar janji dan merusak lingkungan, alangkah lebih baik jika mereka menggunakan dana tersebut untuk hal-hal yang berguna bagi masyarakat. Misalnya saja membersihkan gorong-gorong yang tersumbat agar aliran air menjadi lancar dan banjir dapat dicegah. Atau dengan menghimbau dan melaksanakan tanam 1000 pohon agar lingkungan tampak lebih asri, dan berbagai kegiatan positif lainnya. Lebih baik memberikan bukti daripada hanya sekedar mengumbar janji. Dengan begitu, rakyat yang puas dengan kinerja partai tersebut akan mendukung partai tersebut. Jadi, rakyat tidak mendukung karena uang atau benda apapun yang diberikan melainkan karena mereka puas dengan kinerja partai tersebut.
Maka dari itu, wahai pemerintah lakukanlah perubahan untuk sesuatu yang lebih baik, agar rakyatmu ini menjadi sejahtera.

Pengirim
YAP FELIN, pelajar XIS2
SMAK Santa Maria
Jl.Raya Langsep 41
MALANG

Senin, 09 Februari 2009

Hakim Benteng Perlindungan Hutan *)

Redaksi Yth,
Ada yang menarik tentang pemberitaan di media massa mengenai daftar vonis kasus pembalakan liar, yakni adanya ketimpangan yang sangat tajam antara tuntutan dan vonis. Tuntutan sekitar 5-7 tahun denda Rp 5-25 juta, tetapi vonis yang dijatuhkan sembilan bulan–tiga tahun, sedangkan 24 nama terdakwa dengan peran berbeda-beda. Yang paling banyak divonis adalah nakhoda, 12 orang. Pemodal atau pemilik kayu ada tujuh orang, sedangkan dari pejabat ada lima orang.
Tampak bahwa dari variabel di atas jelas ada jaringan yang pas, pejabat dengan kuasa yang disalahgunakan, pemilik modal yang mampu membiayai dan operator atau pelaku yaitu nakhoda.
Vonis yang dijatuhkan tidak berpengaruh bagi kelangsungan kondisi alam. Pohon-pohon yang sudah ditebang dengan vonis yang dijatuhkan sangat tidak seimbang. Terlebih vonis yang dijatuhkan pun hanya beberapa bulan saja sehingga hakim seharusnya memerhatikan sisi pulihnya kondisi alam. Sebelum menjatuhkan vonis, hakim perlu mempelajari butuh waktu berapa lama tanaman bisa sebesar pohon yang ditebang.
Hakim sebetulnya mampu berperan aktif dalam menjaga lingkungan alam (hutan) dari pembalakan liar. Yang dapat dilakukan adalah memperluas pertimbangan bukan hanya dari sisi administrasi dan fakta hukum saja, tetapi juga fakta keberlangsungan alam. Jika para hakim dijuluki benteng hukum maka hakim pun jadi benteng perlindungan hutan melalui vonis. Jika vonisnya hanya beberapa bulan saja dapat dipastikan para pelaku tidak akan gentar melakukan pembalakan lagi.

Kukuh Widyatmoko
Warga Epistoholik Indonesia
Jalan Janti Barat C dalam 3
Malang 65148.
*) dimuat di Sinar Harapan 17 Januari 2009

kata Bijak Bangunn Motivasi*)

Nama Siswa/Kelas: Yap Felin/XI S2

Guru Favorit: Kukuh Widyatmoko/Sosiologi

Nama Sekolah: SMAK St Maria, Malang

Orangnya kalau ngajar kocak. Jadi, bisa cepat nyambung sama materi pelajaran. Selain itu, Pak Kukuh senang nulis kata-kata bijak di papan. Jadi menambah motivasi siswa-siswi untuk giat belajar. Kata-kata favoritnya "Sukses dibangun setiap hari".

*)Dimuat di Jawa Pos, 1 Februari 2009

PR Ujian Nasional Tahun 2007 *)

Tampaknya rakyat semakin sulit menangkap arah kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Jangankan rakyat, guru sendiri sebagai pendidik di garis depan lebih sering "ditinggalkan" pemerintahan dalam membangun pendidikan di Tanah Air ini.

Polemik pengelolaan pencerdasan kehidupan bangsa seperti diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 masih belum usai. Masih ditambah lagi segera berubahnya kurikulum dari KBK (sering dipelesetkan sebagai Kurikulum Bikin Kurus) ke Kurikulum 2006, yang dimulai dimasyarakatkan sebagai kurikulum tingkat satuan pendidikan alias kurikulum sekolah.

Memang ada keistimewaan Kurikulum 2006, yaitu guru diberi wadah untuk mengembangkan dan menentukan sendiri kompetensi setiap mata pelajaran kepada siswa. Seiring dengan gagasan tersebut, guru "dihadang" kegigihan lembaga eksekutif, yaitu Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), untuk tetap mempertahankan pelaksanaan ujian nasional (UN) 2007.

Entah apa yang ada di benak dan pikiran para pembuat kebijakan dalam hal pencerdasan bangsa. Tidak hanya satu orang cerdik pandai yang menolak UN sebagai "hakim" kelulusan siswa. Tetapi, toh, Mendiknas juga bersikukuh mempertahankan pendapatnya sendiri tanpa mau mengakomodasi suara rakyat.

Proses belajar-mengajar tahun pelajaran 2006/2007 sudah berjalan beberapa bulan, tetapi sampai tulisan ini dibuat pemerintah belum juga mengeluarkan keputusan mengenai apa saja mata uji nanti. Para guru masih mendapat informasi yang simpang siur, sementara proses belajar-mengajar berjalan terus.

Boleh dikatakan dalam perjalanan tahun pelajaran ini, para pendidik secara mendadak mau tidak mau, suka tidak suka, harus menerima "penumpang gelap" yang bernama kurikulum di tingkat satuan pelajaran.

Kalau guru tidak boleh mengeluh tentang munculnya kebijakan pendidikan yang tambal sulam ini, pemerintah hendaknya perlu sungguh-sungguh mengurangi kebijakan yang menimbulkan situasi kontraproduktif. Pemerintah maunya tingkat kecerdasan siswa tinggi, sisi lain kebijakannya sama sekali tidak mendukung guru untuk meraih tujuan tersebut.

Guru yang berada di garis depan tentu membawa tanggung jawab yang tidak ringan dan tidak sepele. Masa depan anak bangsa sungguh ada di pundak para guru. Setiap guru tentu bercita-cita siswanya lulus, tetapi jika pemerintah membuat kebijakan yang tidak mendukung cita-cita guru, maka yang terjadi pemerintah bertepuk sebelah tangan alias gayung tidak bersambut.

Komplain masyarakat (orangtua, siswa) jika anaknya tidak lulus, maka sasaran pertama adalah sekolah dan guru. Sementara pihak pemerintah tidak mau "tangannya kotor" karena kebijakan yang kontraproduktif. Kalau boleh menoleh ke belakang tepatnya tahun 2006, reaksi pengumuman kelulusan tahun 2006 merupakan catatan buruk dalam perjalanan pendidikan bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, ada sekolah yang siswanya lulus nol persen. Artinya, siswa sekolah tersebut tidak ada yang lulus. Ada siswa yang tidak lulus hendak membakar sekolah. Ada siswa tidak lulus yang hendak melukai guru.

Para siswa yang tidak lulus melakukan demo yang ditujukan kepada guru mata pelajaran, pihak sekolah, DPR, DPRD, bahkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Siapa akar penyebab perilaku siswa tahun pelajaran 2005-2006 sampai seperti itu?

Bencana

Tampaknya tidak berlebihan jika realita penyelenggaraan UN 2006 merupakan bencana pendidikan nasional. Ada beberapa hal yang menarik dari penyelenggaraan UN 2006

Pertama, semakin kuat bukti bahwa sistem pendidikan nasional, utamanya pelaksanaan UN, hanya menekankan satu aspek saja, yaitu kognitif.

Semestinya evaluasi kelulusan berdasarkan penilaian pada tiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun, yang terjadi saat ini, pemerintah melalui pranata pendidikan mempertahankan diri dengan berpegang pada sisi kognitif, sementara dua ranah lain (sengaja) diabaikan.

Kedua, siswa-siswi ditekan untuk selalu berprestasi dengan nilai tinggi. Mampu mengerjakan soal-soal yang diberikan. Ikut try out di sana-sini. Mengikuti bimbingan belajar, bahkan mencari kunci jawaban.

Siswa-siswi di kelas, bahkan di sekolah, "menelan" mentah-mentah ideologi, peringkat satu, tanpa diajak menggali ranah afektif dan psikomotor.

Ketiga, dari pengumuman kelulusan, ada siswa dengan prestasi hebat di tingkat nasional, bahkan Asia, ternyata tidak lulus. Ada siswa-siswi yang sudah diterima di perguruan tinggi dengan jalur prestasi, toh saat pengumuman tidak lulus.

Di sisi lain, ada juga SMA di Malang, pelajar kelas III yang jarang sekali masuk sekolah, sering berkelahi, perilaku kurang berkenan, saat pengumuman bukan hanya lulus, ia meraih nilai tertinggi di antara teman-temannya, bahkan mengungguli pelajar yang rajin dan pintar sekalipun.

Artinya, negara sebagai pihak penyelenggara UN memiliki kemampuan yang sangat terbatas menilai perilaku siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Negara hanya tahu dari satu sumber, yaitu UN, itu pun lewat ranah kognitif.

Keempat, berpijak dari hal ketiga, tampaknya ada yang tidak beres dalam pemeriksaan jawaban. Pemeriksaan dengan menggunakan teknologi komputer besar kecenderungannya terjadi kesalahan teknis, seperti mengarsir yang salah, saat mengarsir terlalu tebal atau terlalu tipis, pensil yang tidak sesuai dengan ketentuan, lembar jawaban komputer kotor, ada coretan, atau kena lipat. Bisa juga masalah software.

Alhasil, bisa jadi kegagalan atau keberhasilan siswa-siswi bukan berdasar pada kemampuan yang kurang atau lebih, tetapi lebih pada faktor teknis. Kalau hal ini sungguh terjadi, alangkah sayangnya energi guru dan siswa belajar mati-matian, penentunya adalah faktor teknis.

Entah sampai kapan diskusi, seminar, opini, dan debat terbuka tentang penyelenggaraan UN berlangsung. Sudah berapa pakar dan praktisi pendidikan menyampaikan pandangannya tentang UN.

Pihak eksekutif (Baca: Mendiknas) juga tidak kalah gencar menyampaikan penjelasan tentang pentingnya pelaksanaan UN. Perlu disadari, penjelasan dari pihak eksekutif bersifat linier, garis lurus, di atas kertas. Pertanyaannya adalah seberapa dekat analisis, penjelasan pihak eksekutif itu, dengan kondisi lapangan pendidikan bangsa ini.

Kalau memang Mendiknas beserta jajarannya bersikukuh mempertahankan pelaksanaan UN, saya berharap hal itu tidak menjadi penentu kelulusan. Sebab, UN tidak dapat menilai dua ranah penting lainnya, yang diketahui persis oleh guru, dewan guru.

Kukuh Widyatmoko
Guru Sosiologi SMAK Santa Maria, Malang
*) Dimuat kompas 14 Oktober 2006

Mengusir Kesan Angker Kelas *)

Mengusir Kesan Angker Kelas

Oleh: Kukuh Widyatmoko
"Baca buku paket halaman!" Perintah semacam itu tentu masih sering dilontarkan guru kepada siswa. Atau, guru setengah membentak dengan mengatakan, "Ayo cepat kerjakan soal-soal latihan." Masih banyak lagi kalimat-kalimat sejenis yang kerap diucapkan guru kepada peserta didik. Hal itu sangat berpotensi menciptakan situasi tegang, kaku, dan gugup dalam kegiatan belajar di kelas.

Secara tidak langsung, kondisi semacam itu berpengaruh negatif terhadap proses penyerapan materi pelajaran oleh peserta didik. Mengapa tidak dicoba cara-cara lain? Misalnya, guru memulai pelajaran dengan membacakan dongeng atau cerita. Caranya, peserta didik memejamkan mata dalam hitungan satu hingga sepuluh. Setelah itu, guru membaca cerita atau dongeng selama dua sampai tiga menit.

Ini merupakan suasana menyenangkan yang bisa mempermudah peserta untuk mencari makna di balik cerita. Guru pun bisa mengajak siswa mencari hubungan dongeng dengan materi pelajaran yang hendak disampaikan. Manfaat yang bisa diambil dari cara itu adalah menenangkan pikiran peserta didik dari pelajaran sebelumnya. Mereka juga bisa diajak mendisposisi hati dan pikiran dalam materi pelajaran.


Buku Paket Bukan Segalanya

Dalam mengajar, guru memang terikat pada buku paket. Namun, tidak berarti mereka harus terpaku pada buku paket melulu. Materi dalam buku tersebut perlu dilengkapi dengan visualisasi yang memudahkan siswa dalam memahaminya.

Dalam buku paket memang telah diberikan contoh-contoh. Tetapi, contoh itu hanya sebatas kata-kata atau gambar mati. Wawasan peserta didik akan makin bertambah jika diberikan contoh berdasarkan pengalaman sehari-hari. Misalnya, setelah membaca buku paket, peserta didik diajak memahami materi yang ia pelajari dengan cara mencermati lingkungan sekitar.

Terlalu fokus pada buku paket membuat pekerjaan guru ringan dan monoton. Mereka tinggal menyuruh siswa untuk membaca, menghafal, lalu memberi kesempatan siswa untuk bertanya jika menemui kesulitan. Model semacam itu biasanya diakhiri dengan mengerjakan latihan soal. Pekerjaan guru pun selesai.

Jika itu yang dilakukan guru, wawasan peserta didik hanya sebatas tebalnya buku paket. Pola pikir mereka sulit berkembang karena terbiasa menerima apa yang sudah ada. Mestinya, pembelajaran mengarahkan peserta didik untuk bisa membuat korelasi antara materi pelajaran dengan kenyataan hidup. Inilah yang sebenarnya menjadi tantangan bagi guru.

Perkembangan metode pembelajaran jelas menuntut peran guru menjadi lebih kompleks. Tak sekadar memindahkan ilmu dari buku paket ke dalam otak peserta didik, guru juga ditantang untuk menghidupkan materi pelajaran di kelas. Tentu hal itu tak bisa dilakukan hanya dengan duduk di meja guru, lalu membacakan materi pelajaran. Gaya seorang guru harus lebih interaktif dan lebih empati kepada peserta didik.

Paradigma membangun wibawa guru dengan menempatkan siswa pada posisi subordinat sudah bukan jamannya lagi. Justru yang harus lebih ditekankan, posisi guru bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan. Guru berperan membantu peserta didik agar lebih memahami persoalan. Dengan demikian, ucapan yang dilontarkan guru kepada siswa bukan lagi kalimat perintah, melainkan ajakan dan motivasi.

Jika seorang peserta didik dinyatakan berhasil ketika nasik kelas, maka guru dinyatakan berhasil jika seluruh siswanya naik kelas. Tentu hal tersebut bukan perasalan mudah. Sebab, latar belakang peserta didik dalam satu kelas sangat beraneka ragam. Guru juga dihadapkan pada beragamnya tingkat kecerdasan siswa, latar belakang keluarga, sikap, kemauan, serta minat mereka dalam belajar. Keadaan tersebut sangat mungkin memancing emosi guru.

Contoh gampang, ketika di setiap kelas terdapat lima peserta didik yang membandel, kemudian guru mengajar lima kelas dalam sehari, maka dia berhadapan dengan 25 peserta didik bermasalah. Apalagi jika guru tersebut sedang terbelit masalah keluarga. Bukan mustahil terjadi kekerasan guru terhadap peserta didik atau sebaliknya. Jika sekolah mempunyai pemikiran bahwa guru adalah investasi, jangan sekali-kali keberatan mengeluarkan sejumlah uang untuk mengadakan pelatihan pengelolaan emosi bagi guru.


Penting Memberi Teladan

Penulis sepakat bahwa pembelajaran harus bisa mendorong siswa berpikir kritis. Karena itu pula, model yang paling tepat digunakan adalah mengajak mereka menemukan masalah, mengetahui dampak yang ditimbulkan, dan mencari alternatif pemecahannya. Untuk membuat peserta didik bisa melakukan itu semua memang bukan pekerjaan mudah. Tetapi, dengan motivasi dan pendekatan yang humanis, mereka akan mampu menemukan masalah dan mencarikan pemecahannya.

Dari pembelajaran berpikir kritis, peserta didik diarahkan untuk mengomunikasikan ide dan gagasannya melalui artikel sederhana. Mungkin diawali lima atau tujuh paragrah, lalu di sampaikan di kelas. Peserta didik lain diberi kesempatan untuk memberikan komentar. Bila perlu, artikel berisi gagasan itu dikirim ke media cetak.

Agar peserta didik mau melakukan hal tersebut, guru perlu memberi contoh terlebih dulu. Ketika ide dan gagasan guru dimuat di media cetak, peserta didik akan bangga karena teladan mereka diakui oleh masyarakat. Yang tidak kalah penting, hal tersebut juga menjadi sarana uji publik kemampuan kritis guru. Ini perlu disosialisasikan.

Menghidupkan pembelajaran juga perlu dilakukan saat ujian. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah memberikan iringan musik ketika siswa sedang mengerjakan soal. Paling tidak, hal itu bisa membantu siswa untuk tidak tegang, kemudian memfokuskan diri dalam mengerjakan soal.

Tentu bukan asal musik yang dapat diputar saat ujian. Musik instrumen sangat positif menurunkan tekanan kerja otak. Berdasarkan pengalaman penulis, peserta didik merasa terbantu mengerjakan ulangan disertai iringan musik instrumental. Alat yang dipakai sederhana, sebuah tape dan satu kaset, Bukan barang mewah kan. (*)
Kukuh Widyatmoko
Guru Sosiologi SMAK Santa Maria Malang

*) Dimuat di Jawa Pos Kolom Untukmu Guruku 13 Februari 2008

Sempat Down Tiga Tahun, Kini Masuk KBM *)

Kukuh Widyatmoko SPd MPd, Tak Lekang Asa Ajak Menulis
Identitas penulis kian melekat dalam diri Kukuh Widyatmoko SPd MPd sejak tujuh tahun terakhir. Kini, ia aktif di berbagai kegiatan berkaitan dengan menulis, seperti mengikuti Forum Penulis Kota Malang (FPKM), pembina esktrakurikuler jurnalistik hingga menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Setaman CU, media internal anggota suatu koperasi.
Namun tidak dinyana, guru SMAK Santa Maria ini pernah memutuskan tidak menyentuh dunia menulis selama tiga tahun. Alasannya, tulisan hasil karyanya tidak pernah dimuat lagi di media cetak. ”Sempat down, sehingga akhirnya memilih untuk tidak berkecimpung dengan dunia menulis dan membaca,” kenang Kukuh.
Padahal waktu itu, salah satu alasan Kukuh menulis ialah agar dimuat. Apalagi, ketika kali pertama tulisannya dimuat di majalah Simfoni terbitan ibukota, keinginan menulis pun semakin kuat. Produktivitas menulis Kukuh semakin tinggi, harapan dimuat pun semakin besar. Namun apa daya, beberapa bulan lamanya, tidak satupun tulisan Kukuh yang dimuat.
Kekesalan tersebut ditumpahkan dengan tidak menekuni aktivitas menulis. Ia lebih getol mengikuti kegiatan keorganisasian. Saking banyaknya organisasi yang diikuti, Kukuh sampai kewalahan membagi waktu. Selang beberapa tahun, kerinduan terhadap menulis membuncah. Kukuh mencoba mengulang memori lama mengenai kepenulisan.
Lambat laun, bakat menulis bapak satu anak ini mulai terasah, karena ia telah mengubah orientasi menulis, mulai dari sekadar honor menjadi sarana berlatih dan mengungkapkan pendapat.
”Untuk kali pertama sejak berhenti menulis, karya tulis pribadi bernuansa kerohanian ini dimuat di website www.gloria.net,” kata Kukuh.
Menulis bukan lagi berdasarkan keinginan untuk dimuat, sebab alasan demikian justru merupakan kesalahan besar bagi seorang penulis. Bahkan Kukuh memiliki alasan pribadi telah mengubah orientasi menulisnya. ”Sebab yang terjadi, tidak satupun karya tulis saya yang dimuat di media,” ungkapnya.
Bisa jadi dikarenakan tulisan terkesan dipaksakan untuk mengejar materi, sehingga malah tidak menghasilkan karya tulis yang berbobot dan layak dibaca banyak orang. ”Setelah vakum sekian tahun, baru menyadari bahwa menulis bukan mengejar materi semata, melainkan tumbuh atas keinginan berbagi pengetahuan dengan orang lain,” tandas Arema kelahiran 3 Agustus 1972.
Dikatakan, hingga sekarang sudah puluhan kali ia menembus media nasional, lokal maupun komunitas baik cetak maupun elektronik. Saking seringnya mengirimkan tulisan dan dimuat, Kukuh pun ditawari mengisi rubrik secara tetap di media elektronik. ”Saya tidak dapat merinci secara tepat jumlah tulisan yang sudah dimuat. Namun, semua tulisan tersebut saya kumpulkan sebagai dokumentasi,” katanya.
”Sebagian besar tulisan saya berupa non fiksi. Pernah mencoba menulis fiksi, namun tidak pernah selesai dan saat dibaca ulang hasilnya tidak semaksimal non fiksi. Mungkin terbiasa mengandalkan logika dengan menyesuaikan fakta dan opini pribadi, bukan mengembangkan imajinasi,” ucap Kukuh tersenyum.
Di sela-sela kesibukan mengajar dan aktivitas di luar berkaitan dengan menulis, Kukuh tetap meluangkan waktu demi meluapkan ambisi pribadi untuk terus menulis. ”Seringkali muncul ide tapi tidak dapat segera dituangkan, karena tingkat mobilitas terlalu tinggi. Sebisa mungkin mencari waktu luang untuk menyalurkan keinginan menulis,” ujarnya.
Namun, Kukuh menyadari aktivitas menulis pun tidak dipaksakan. Tatkala memiliki waktu senggang, ide-ide segar kerap sulit muncul. ”Jika selesai pun, membutuhkan waktu berjam-jam. Sebaliknya, saat menulis dengan hati, tidak sampai satu jam sudah menghasilkan satu judul tulisan,” ungkapnya.
Sebagai guru, kegiatan Kukuh tidak jauh-jauh dari siswa, alhasil aktivitas menulis pun merambah pada kegiatan belajar mengajar. Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ini membiasakan seluruh siswa yang diajarnya agar menulis. Tidak secara paksaan, melainkan memberi kesempatan siswa memperoleh nilai 100 tanpa mengikuti ulangan harian.
”Awal tahun baru, saya selalu menyosialisasikan kepada siswa tentang kemudahan mendapat nilai tanpa ikut ulangan, yakni siswa dapat menulis baik berupa opini maupun surat pembaca kemudian dikirimkan ke media cetak. Bagi tulisan yang dimuat, secara otomatis mendapat nilai 100. Namun syaratnya, harus mencantumkan nama sekolah, sekalian promosi kepada masyarakat,” katanya.
Sebagai pengajar sosiologi, Kukuh memang tidak memberikan materi menulis secara khusus. Ia hanya memberikan kiat praktis yang berasal dari pengalaman menulis secara otodidak. ”Suatu opini berisi mengenai fakta suatu permasalahan, pendapat pribadi dan solusi yang ditawarkan,” bebernya.
Sesungguhnya tidaklah berat bagi mereka yang mau menulis. Namun, tidak semua siswa suka menulis, sehingga ada saja yang protes terhadap kebijakan tersebut. ”Jika sudah demikian, saya hanya mendorong dan tidak memaksa. Sedangkan bagi siswa yang berpotensial, saya kerap mendorongnya supaya tetap menekuni aktivitas menulis, walau tidak lagi diiming-imingi nilai 100,” pungkasnya. .tia-KP

*) Dimuat di Koran Pendidikan 6 Oktober 2008

UU BHP (Biasanya Hanya Pasrah)*)

RUU BHP sudah disahkan oleh pemerintah (presiden bersama DPR). Intinya adalah pengelolaan pendidikan oleh swasta mendapat payung hukum. Sumber pendanaan berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan dikelola oleh pemiliki badan hukum pendidikan.

Pemerintah makin tampak kewalahan mengelola pendidikan nasional. Kewalahan dalam mengelola pendidikan nasional terbukti munculnya berbadai produk hukum yang makin jauh dari tanggung jawab pemerintah dalam mengelola pendidikan nasional.

Pemerintah menutup 2008 dalam pendidikan dan memunculkan produk yang tidak berpihak kepada pemerataan pendidik. Hak rakyat mendapatkan pendidikan makin jauh dari jangkauan. Pemerintah tampak melepaskan diri dari tanggung jawab tersebut.

Pihak eksekutif makin tidak mengerti tanggung jawabnya dalam hal pendidikan nasional. Salah satu tujuan negara yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan secara bijak. Demikian juga pihak wakil rakyat, mereka sungguh-sungguh tidak berpihak kepada rakyat. Kebutuhan rakyat dalam pendidikan tidak diupayakan oleh wakil rakyat di Senayan.

Kukuh Widyatmoko, Jl Janti Barat C Dalam 3, Malang, 65148

*) Dimuat Jawa Pos, Jum'at, 26 Desember 2008

Andai Hutan Bisa Kirim SMS *)

Sejatinya, selama berapa lama pun dan sebanyak apa pun denda yang divoniskan kepada para pelaku pembalakan liar sangat tidak berpengaruh pada kelangsungan kondisi alam. Berdasarkan data yang disajikan Kompas, 24 Desember 2008, halaman 24 berjudul "Daftar Vonis Kasus Pembalakan Liar", ada hal yang menarik.

Hal menariknya adalah adanya ketimpangan sangat tajam antara tuntutan dan vonis. Tuntutannya sekitar 5-7 tahun dan dendanya Rp 5 juta-Rp 25 juta. Namun, vonis yang dijatuhkan 9 bulan3 tahun. Adapun 24 terdakwa memiliki peran berbeda-beda. Yang paling banyak divonis adalah peran nakhoda, sebanyak 12 orang. Pemodal atau pemilik kayu sebanyak 7 orang, sedangkan pejabat ada 5 orang.

Dari variabel di atas jelas ada jaringan yang pas, pejabat dengan kuasa disalahgunakan, pemilik modal yang mampu membiayai, dan operator atau pelaku, yaitu nakhoda.

Hal yang mau saya katakan dengan vonis yang dijatuhkan tidak berpengaruh bagi kelangsungan kondisi alam adalah bisa menumbuhkan kembali pohon-pohon yang sudah ditebang dengan vonis yang dijatuhkan sangat tidak seimbang. Terlebih vonis yang dijatuhkan hanya beberapa bulan. Hakim perlu memerhatikan sisi pulihnya kondisi alam. Hakim juga perlu mempelajari berapa lama tanaman bisa sebesar pohon yang ditebang sebelum menjatuhkan vonis.

Hakim sebetulnya mampu berperan aktif dalam menjaga lingkungan alam (hutan) dari pembalakan. Hal yang dapat dilakukan adalah memperluas pertimbangan bukan hanya dari sisi administrasi dan fakta hukum, tetapi juga fakta keberlangsungan alam dari pelaku pembalakan liar. Hakim dijuluki benteng hukum, hakim juga bisa menjadi benteng perlindungan hutan melalui vonis.

Jika vonisnya hanya beberapa bulan, dapat dipastikan para pelaku tidak akan gentar melakukan pembalakan lagi. Andai hutan bisa mengirimkan SMS kepada hakim, inilah pesan singkatnya: "Pr hkim pdmulah benteng perlindungan kami. Tks."

Kukuh Widyatmoko Jalan Janti Barat C Dalam 3, Malang 65148

Widyatmoko, Kukuh

*) Dimuat di Kompas jum'at, 30 Januari 2009

Karya Sosiologi SMAK Santa Maria Malang

Mata pelajaran Sosiologi di jurusan IPS sangat mungkin menjemukan. Karena banyak penjelasan dan uraian yang sangat membosankan terlebih bagi peserta didik yang memang sudah tidak suka. Kedua, karena selama ini peserta didik hanya sebagai pihak yang menerima saja.

Lain halnya jika peserta didik di ajak untuk mengaktualisasikan ide, gagasan dan pemikiran nya tentang situasi sosial. Salah cara untuk mewujudkannya adalah dengan membuat mini artikel surat pembaca. Peserta didik sejak dini didorong untuk mulai melajar menuangkan pemikiran minimal merefleksikan situasi sosial sekitar.

Dengan menulis siswa sudah pada tahap ikut mengkritisi. Dalam blog ini memuat karya Sosiologi tentang situasi sosial yang direfleksikan melalui tulisan. Selamat menikmati pemikiran dan gagasan

"Media Massa sarana Pembentuk Kepribadian"

Pada kehidupan sekarang ini, dimana faktor kepribadian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam menjalani hidup dan berinteraksi dengan masyarakat. Media massa sebagai salah satu sarana pembentuk kepribadian sangat berpengaruh selain keluarga,sekolah dan lingkungan. Melalui media massa banyak sekali pelajaran serta nasihat-nasihat penting yang dapat dijadikan acuan sebagai pembelajaran dalam hidup, terutama bagi para anak-anak.

Di dalam media massa seperti tayangan televisi, sebaiknya mengandung tema dan nasihat yang baik yang dapat dimengerti bagi kalangan umum terutama bagi anak kecil agar tidak menimbulkan suatu permasalahan. Melalui media massa pun seseorang dapat mengambil makna dari setiap acara yang dilihat seperti makna perjuangan dalam hidup, dimana hidup itu tidak selalu indah dan mulus sesuai yang diharapkan.

Sering kali kita melihat berbagai masalah dan konflik yang terjadi di setiap sinetron, tetapi pada akhirnya pasti menuju kepada kebahagiaan. Di dalam hal seperti itu seorang sutradara dan kru yang terkait dalam pembuatan suatu film harus benar-benar memperhatikan aspek-aspek seperti gaya bicara, tingkah laku, cara berorganisasi dan aspek-aspek lain karena pemeran yang ada di dalam film tersebut merupakan public figur yang dapat ditiru dan dilihat oleh orang banyak.

Telah banyak terjadi kejadian yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak kecil yang dapat menimbulkan sesuatu yang fatal hingga berujung pada maut. Masalah faktor kepribadian bukanlah merupakan aspek yang boleh dianggap remeh karena aspek tersebut yang nantinya akan menentukan hidup seseorang, karena hanya dengan sedikit kesalahan saja masyarakat umum dapat beranggapan buruk tentang kepribadian kita masing-masing yang dapat menghilangkan kepercayaan seseorang terhadap diri kita.

Maka dari itu semua, media massa sebagai salah satu sarana pengembangan dan pembentukan kepribadian harus mampu menyajikan sesuatu yang mempunyai makna dan nasihat yang baik. Tidak cuma media massa, orang tua dan sekolah pun harus mampu membentuk kepribadian seorang anak sejak dini, agar apabila seorang anak telah dewasa tidak salah dalam memilih pergaulan. Karena faktor kepribadian merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kita menjalani hidup.

Malang,09 Februari 2009

Pengirim :
Charles kelas X-3
Pelajar SMAK Santa Maria
Jln. Raya Langsep 41
Malang

Prasangka

Setiap orang tak pernah lepas dari suatu prasangka, entah itu baik maupun buruk. Yang baik bisa menjadi motivasi bagi kita melakukan sesuatu yang kita rencanakan agar dapat berjalan dengan baik. Namun sebaliknya, prasangka yang buruk atau yang biasa kita sebut "negative thinking" bisa berakibat buruk, untuk diri kita sendiri dan juga orang-orang di sekitar kita.

Negative thinking bisa terjadi karena memang kita sendiri yang menciptakan pikiran itu, atau bisa juga karena pengaruh dari orang lain di sekitar kita yang tak senang dengan sesuatu yang ada pada kita atau pada orang yang dekat dengan kita. Prasangka sendiri juga bisa timbul karena kita tidak menyukai sesuatu atau seseorang, sehingga kita jadi benci atau merasa orang tersebut akan menyerang atau merugikan kita.

Adanya prasangka-prasangka yang tak baik pada seseorang sangat berpengaruh pada pola perilaku dalam kehidupan. Seseorang yang selalu berprasangka buruk dan berpikir yang aneh-aneh, yang sesungguhnya belum tentu ada bisa menjadikan orang tersebut lama-kelamaan menjadi paranoid, merasa takut yang berlebihan pada sesuatu yang belum tentu ada dan benar. Prasangka juga bisa membuat hubungan yang tadinya baik malah jadi rusak.

Untuk mengatasi hal-hal itu, sebaiknya setiap orang dapat berusaha untuk meniggalkan dan membuang jauh-jauh segala macam pikiran, dan prasangka buruk di dalam hati. Cobalah untuk selalu berpikir dengan positif agar semua yang kita harapkan dapat berjalan dengan baik. Agar terhindar dari prasangka-prasangka yang seperti itu, hendaknya kita bisa lebih banyak bersabar, menenangkan hati dan pikiran. Jika hati dan pikiran sudah jernih, maka kita bisa menilai segala sesuatunya lebih baik lagi.

Jadi, prasangka itu sebenarnya bisa dicegah dan di hilangkan jauh-jauh dari pikiran kita. Asalkan kita sendiri memiliki kemauan dan kesadaran untuk melakukannya. Boleh-boleh saja mempunyai pikiran atau anggapan sendiri mengenai sesuatu, tapi toh ya jangan berlebihan.


Inge Noviana, X3
SMAK SANTA MARIA
Jln. Raya Langsep No. 41
MALANG

Pengaruh Positif dan Negatif Sinetron Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak

Pada zaman sekarang ini sudah banyak sekali ditayangkan sinetron-sinetron. Ada yang layak ditonton dan ada pula yang tidak layak ditonton seperti yang berbau pornografi atau perkelahian yang berlebihan yang dapat menunjang kepribadian anak menjadi jelek dan tidak baik. Tetapi ada pula sinetron yang memiliki pengaruh positif terhadap kepribadian seorang anak ataupun remaja contohnya seperti sinetron yang berbau pendidikan.

Sekarang dampak-dampak dari sinetron itu sudah mengenai ke kepribadian anak dan remaja, saat ini saja sudah banyak sekali tingkah laku anak-anak yang buruk dan kebanyakan semua itu dari sinetron-sinetron yang ditayangkan di tv-tv. Contohnya seperti seorang anak yang meniru gaya di sinetron yang salah karena anak tersebut belum mengerti bahwa semua yang ada di sinetron itu hanyalah acting bukan yang sebenarnya.

Memang ada sinetron yang berbau pendidikan, persahabatan, pertemanan dll yang lebih baik, tetapi lebih banyak sinetron yang berbau jelek seperti perkelahian atau penipuan daripada sinetron yang baik. Maka dari itu kita harus mengusahakan anak-anak kita melihat sinetron yang memiliki manfaat dan pengaruh positif. Dan kita juga harus menjauhkan anak-anak kita dari sinetron yang jelek dan tidak memiliki manfaat.

Oleh karena itu orang tua harus selalu waspada terhadap apa yang dilakukan atau ditonton oleh anak-anak mereka agar mereka tidak terlanjur terjerumus dalam hal yang jelek. Paling tidak orang tua harus selalu ada di samping anaknya agar mereka dapat selalu waspada sinetron apa yang sedang ditonton anaknya itu. Selain itu para produser film juga paling tidak harus mengurangi film-film yang tidak ada manfaatnya atau yang memiliki dampak negatif.

Jadi, dari diri kita sendiri, kita juga harus waspada terhadap apa yang ada di sekitar lingkungan kita baik yang positif maupun yang negative. Para orang tua juga harus lebih meningkatkan kewaspadaannya terhadap anaknya baik dari segi tingkah laku maupun sifat karena dampak yang ditimbulkan dari setiap sinetron itu berbeda-beda.

Malang, 8 Februari 2009

Pengirim,

Evina Kurniawan kls X-3

Pelajar SMAK Santa Maria

Jln. Raya Langsep 41

Malang

Peran Hidup Berkeluarga

Pada faktanya, di jaman sekarang ini keluarga menjadi faktor atau kelompok sosial terpenting atau paling berguna dalam membina anggotanya agar berguna di masyarakat dan mematuhi etika-etika serta nilai dan norma yang ada dan berlaku di masyarakat.

Permasalahan yang akan dibahas dalam artikel ini adalah bagaimana cara kita untuk membedakan peran keluarga dalam mengembangkan seorang anak dengan cara keluarga sebagai Patembayan. Karena pada jaman ini banyak orang yang belum mengetahui peran keluarga secara Paguyuban dan Patembayan.

Menurut Prof.Mr.M.M Djojodiegono, paguyuban merupakan kelompok sosial yang anggotanya memiliki ikatan batin yang murni sedangkan patembayan merupakan ikatan yang bersifat pokok dalam waktu yang pendek. Oleh karena itu keluarga dalam peran sabagai Patembayan adalah adanya pembagian tugas dalam keluarga yang membagi peran dalam hidup berkeluarga, contohnya adalah ayah sebagai pencari nafkah bagi keluarganya, ibu bertugas melayani anggota keluarga(memasak) dan anak-anaknya bertugas belajar dengan baik dan menghormati orang tuanya. Semua itu dibagi karena Patembayan mempunyai sifat ikatan fungsional. Sedangkan Paguyuban dalam keluarga dapat dilihat dari adanya tingkatan-tingkatan secara moral sebagai ayah,ibu dan anak sehingga secara moral perilaku dan ikatan yang diberikan berbeda satu sama lain.

Solusi yang dapat dilakukan atau dapat diberikan agar setiap orang dapat membedakan peran keluarga sebagai Paguyuban dan Patembayan yaitu dengan cara melihat ikatan,peran serta tugas masing-masing anggota keluarga dalam hidup bersama di dalam keluarga.

Dapat disimpulkan bahwa keluarga sebagai Paguyuban adalah dimana adanya tingkatan-tingkatan yang ada atau berlaku di dalam keluarga sedangkan keluarga sebagai Patembayan dimana keluarga dilihat dari peran yang ada dalam pembagian di dalam hidup keluarga sehingga adanya struktur yang baik.


jeffry kurniawan suwandi

pelajar SMAK Santa Maria

jalan raya langsep 41

Sinetron Masa Kini

Jika kita menyalakan televisi, kita sudah disajikan dengan berbagai macam pilihan acara. Ada yang berita, kuliner, infotaiment gosip, sampai sinetron. Karena banyaknya minat masyarakat terhadap sinetron, banyak stasiun televisi yang berlomba-lomba untuk menyajikan berbagai sinetron. Mulai dari pagi hingga tengah malam kita bisa mendapati acara sinetron di layar kaca kita.

Dengan semakin banyaknya sinetron di televisi, apa semua sinetron yang disajikan itu benar-benar tontonan yang baik dan punya nilai edukatif? Nyatanya banyak sinetron yang tidak memiliki makna dan hanya mementingkan alur ceritanya saja tanpa memikirkan dampak positif dan negatif yang dihasilkan.

Pemainnya pun juga tidaklah orang-orang yang memang memiliki bakat berakting. Tetapi hanya tampang merekalah yang menjadi poin terpenting. Tetapi, sinetron yang ada juga memiliki cerita yang monoton dan itu-itu saja. Penonton pun juga sering bosan dan dapat menebak bagaimana akhir ceritanya. Bahkan sinetron saat ini memiliki seri yang panjang dan akhir kisahnya bisa beberapa tahun setelahnya. Di dalam sinetron juga banyak adegan-adegan yang tidak patut ditonton oleh anak-anak, tetapi anak-anak masih banyak yang memnontonnya, sehingga mereka sering menirukan adegan-adegan tersebut.

Maka dari itu kita harus pintar-pintar memilih tontonan yang baik bagi kita. Kita juga bisa memilih tindakan apa yang patut kita contoh dari tontonan terutama sinetron yang kita tonton.

Dengan begini kita bisa tahu bahwa tidak semua tayangan yang ada di televisi itu baik bagi kita. Terutama sinetron-sinetron. Selain menghibur kita, keuntungan yang lain tidak ada, apalagi banyak hal-hal buruk yang ditimbulkan. Terutama, jika anak-anak jaman ini diberi tontonan seperti itu. Sebagai penerus bangsa, tontonan seperti itu tidaklah memberi dampak positif bagi mereka.

Pengirim
Irenne Pramudita

HP dan Kemajuan Dunia

Sekarang dunia semakin maju dan banyak sekali penggunaan alat komunikasi seperti HP. HP dengan sangat cepat menyebar hingga kedesa-desa dan dari berbagai kalangan masyarakat mempunyai HP. Memang HP mempercapat kita untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Dapat kita jumpai di masyarakat telah banyak beredar HP dari yang canggih sampai yang biasa saja.
Dengan banyak penggunaan HP yang canggih maka penggunan HP dipersalah gunakan dan dapat mempengaruhi mental anak dalam hal pergaulan dan bisa membuat anak tidak mau belajar.
Banyak anak-anak muda lebih mementingkan Hp dari pada pelajaran. Tapi HP juga sangat berarti jika ingin mengirim pesan dengan cepat.
Penggunaan HP memang boleh tapi jangan sampai pelajaran terganggu dan mempengaruhi dengan hal-hal yang tidak jelas. Karena pengaruh HP yang tambah modern anak-anak tambah terpengaruh.
Jadi kemajuan HP didunia ini anak-anak semakin tergantung dengan Hp. Tidak memegang HP sehari saja kadang membuat kita Bad Mood.

Pengirim
Yunita Natalia

Kenakalan Remaja

Pada zaman sekarang ini banyak kaum remaja yang menyalahgunakan cara mereka bergaul. Mereka selalu mengikuti perkembangan zaman dan yang tidak luput dari perkembangan cara bergaul yang salah. Di antara kelompok persahabatan, adakalanya terbentuk suatu kelompok remaja yang lebih kita kenal dengan sebutan geng.

Adapun geng-geng yang terbentuk memiliki pengaruh positif atau pengaruh negatif terhadap orang-orang di sekitarnya. Dan pengaruh negatif ini menjadi permasalahan social di lingkungan masyarakat. Mulai dari merokok, tawuran antrpelajar, sampai pada terlibat penggunaan narkoba. Dan ini yang menyebabkan kata “geng” sering disebutkan sebagai kelompok persahabatan yang negatif.

Para remaja yang terlibat dalam pergaulan seperti ini biasanya digunakan mereka untuk penyaluran emosi mereka, baik emosi rasa kecewa, rasa takut, rasa khawatir, ataupun rasa gembira yang sedang mereka rasakan. Mereka melampiaskan seluruh emosi mereka dengan perbuatan-perbuatan yang menurut mereka dapat menyenangkan ataupun menenangkan emosi mereka.

Dan yang dapat memacu perbuatan mereka ini adalah kurangnya perhatian dari orang tua dan kebebasan yang diberikan terlalu berlebihan. Sebaiknya kelompok persahabatanlah yang harus mempengaruhi kepribadian seorang remaja untuk bersikap lebih dewasa. Dan rasa aman dari keluarga juga penting bagi jiwa anak.

Kesimpulannya, kita sebagai kaum pelajar harus lebih berhati-hati dalam cara begaul. Karena sekali saja kita masuk ke dalam pergaulan yang salah, maka akan selamanya kita merasakan kekecewaan. Dan kita harus mengurangi sikap emosi yang berlebihan pada diri kita agar kita tidak terpengaruh pada hal-hal negative dan kita dapat mengenal jati diri kita sebenarnya.

Malang, 5 September 2008
Pengirim,
Meilina, kelas X-3
Pelajar SMAK Santa Maria
Jl. Raya Langsep 41
Malang

Keluarga Membentuk Generasi

Dalam sebuah keluarga terdapat hubungan yang sangat erat antara ayah, ibu dan anak-anaknya. Saat anak-anak pertama kali menghembuskan nafas kehidupannya, orang pertama yang dia temui adalah orang tuanya. Ayah dan ibu bersama-sama berjuang membesarkan anak-anaknya. Mendidik mereka agar tumbuh menjadi anak-anak yang baik.

Tetapi terkadang para orang tua ada yang mendidik anaknya secara tidak benar. Mereka kurang memperhatikan pertumbuhan anak-anak mereka. Atau contohnya ada orang tua yang berharap memiliki anak perempuan tetapi ternyata saat anaknya lahir anak tersebut adalah laki-laki, mereka akan memperlakukan anak tersebut seperti anak perempuan. Dan anak tersebut tidak akan menyadari perannya dalam masyarakat.

Dalam keluarga harus ada pembagian tugas. Antara tugas ayah dan ibu serta anak-anaknya. Seorang Bapak harus bekerja untuk menghidupi keluarganya dan seorang Ibu harus bekerja mengurus rumah serta mengurus anak-anaknya.

Maka dari itu orang tua harus memahami peranannya dalam mendidik anak agar anak tersebut dapat tumbuh dewasa dengan baik. Anak-anak yang sudah tumbuh dewasa nantinya akan menyadari perannya dalam masyarakat.

Pada intinya jika anak dengan baik kita akan memperoleh generasi muda yang baik dan tidak menyimpang.



Novieka Kuswandi

Pelajar SMAK Santa Maria

Kelas: XIS3/31